Jakarta, CNN Indonesia -- Tak dimungkiri lagi jika suporter sepak bola kerap dijadikan sasaran empuk kampanye politik. Janji-janji manis mendongkrak prestasi klub kesayangan mereka pun jadi bahan bakar andalan demi meraup suara.
Hal senada dialami The Jakmania, basis suporter fanatik Persija Jakarta, menjelang Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada) DKI Jakarta yang digelar pada 15 Februari mendatang.
Ketiga pasangan calon gubernur dan wakil yang telah disahkan Komisi Pemilihan Umum Daerah (KPUD), mulai bergerilya pada masa kampanye terbuka sejak 28 Oktober 2016.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Kami sudah terlalu sering dijanjikan (soal stadion). Saya rasa janji surga itu sudah tidak mempan buat mayoritas JakmaniaFerry Indrasjarief |
Program pembangunan stadion yang telah lama didamba warga Jakarta, kembali diembuskan. Padahal, wacana ini sudah muncul sejak kepemimpinan Sutiyoso, Fauzi Bowo, hingga Joko Widodo yang kini menjabat Presiden Republik Indonesia. Faktanya, tak satupun dari mereka yang mampu merealisasikan.
Basuki Tjahaja Purnama yang menggantikan posisi Joko Widodo pun tak sanggup meneruskan rencana pembangunan stadion di kawasan Taman BMW, Jakarta Utara. Pasalnya, hingga kini kasus pembebasan lahan masih bermasalah.
Basuki yang maju sebagai petahana dengan nomor urut 2 tak lagi berani mengumbar janji soal stadion. Namun, calon wakilnya Syaiful Djarot, menjawab pertanyaan warga dengan diplomatis bahwa rencana pembangunan stadion masih bisa dilanjutkan jika mereka kembali memimpin Jakarta.
Sementara dua pasangan calon lainnya, Agus Harimurti Yudhoyono-Sylviana Murni dan Anis Baswedan-Sandiaga Uno, lebih leluasa mengumbar janji soal rencana pembangunan stadion anyar Macan Kemayoran.
Sikap Tegas JakmaniaKetua The Jakmania Ferry Indrasjarief menanggapi dingin janji manis para politisi yang berebut simpati dari anggotanya. Ia menegaskan organisasi yang dipimpinnya tidak akan mendukung salah satu calon.
“Secara organisasi kami tidak akan menyatakan dukungan terhadap calon manapun. Karena, satu-satunya yang kami dukung hanya Persija Jakarta,” kata Ferry saat berbincang dengan CNNIndonesia.com, belum lama ini.
“Kami juga tidak menutup pintu dengan siapapun (calon) yang mau bertemu dan mendengarkan keluhan kami. Tapi, kami menolak memberikan dukungan baik lewat kontrak politik atau apapun bentuknya.”
Ferry mengaku sudah kenyang dengan janji ‘surga’ para kontestan politik DKI. Mulai dari janji pelebaran Stadion Lebakbulus di era Sutiyoso, hingga
head to head Fauzi Bowo dan Jokowi yang sama-sama menyasar pembangunan stadion di kawasan BMW.
“Kami sudah terlalu sering dijanjikan (soal stadion). Saya rasa janji surga itu sudah tidak mempan buat mayoritas Jakmania. Sudah kebal,” ujar Ferry.
 Ferry Indrasjarief menyatakan Jakmania sudah kenyang dengan janji-janji manis calon Gubernur DKI. (CNN Indonesia/Arby Rahmat Putratama) |
Mendadak JakmaniaKampanye Pilkada DKI kerap menyeret Jakmania. Bahkan tak jarang sejumah paslon mengklaim telah mengantongi dukungan salah satu basis suporter terbesar di Indonesia tersebut.
Ferry mengecam keras oknum Jak Kebagusan yang menyatakan dukungan terhadap pasangan nomor 1 Agus Harimurti Yudhoyono. Apalagi, wilayah tersebut tidak tercatat sebagai kordinator wilayah (Korwil) resmi dalam struktur organisasi Jakmania.
“Banyak orang yang mendadak Jakmania, tiba-tiba jadi peduli Persija. Jujur saja saya tidak kenal dengan orang-orang yang mengklaim Jak Kebagusan. Mungkin mereka tercatat sebagai anggota, tapi Korwil Kebagusan belum ada,” ujarnya.
Ferry tak melarang anggotanya aktif berperan di bidang politik. Namun, jangan sesekali mencatut nama organisasi Jakmania ke dalam pusaran praktik politik.
Pria yang sempat menjabat sekretaris tim Persija itu juga mengimbau Jakmania tidak mudah terhasut praktik politik yang acap kali menghalalkan segala cara untuk menarik simpatik.
Baru-baru ini misalnya, nama Jakmania kembali diseret dalam kampanye akbar pasangan Nomor 3, Anis Baswedan dan Sadiaga Uno. Mereka menjanjikan target pembangunan stadion selama 18 bulan.
"Mana suaranya Jakmania?" Kata Sandiaga Uno di atas panggung Lapangan Banteng.
"Hadir," kata massa di Lapangan Banteng.
"18 bulan lagi insya Allah kami bangun stadion untuk Persija," ucap Sandiaga Uno.
 Stadion Gelora Bung Karno sedang direnovasi sehingga tak bisa lagi dijadikan markas Persija. (ANTARA FOTO/Akbar Nugroho Gumay) |
Dituntut Lebih RealistisJakmania, lanjut Ferry, dituntut lebih cerdas menanggapi maraknya janji manis dari kontestan Pilkada DKI agar suporter tidak melulu dijadikan sapi perah untuk memenuhi lumbung suara mereka.
Pembangunan stadion anyar di Jakarta, lanjut Ferry, menjadi sebuah keharusan demi kemajuan sepak bola Jakarta. Namun, proses pembangunan stadion diyakini membutuhkan waktu yang tidak singkat.
Pertama, Pemprov DKI harus menetapkan lahan yang ideal untuk pembangunan stadion selain Taman BMW yang terkendala sertifikasi tanah. Kedua, program Guberunur DKI termasuk anggaran harus melewati izin legislatif.
“Belum lagi dana APBD untuk pembangunan stadion baru akan keluar setahun setelahnya. Jadi, prosesnya butuh waktu panjang, bahkan melebihi proses pembangunan fisik itu sendiri,” ujar Ferry.
“Sekarang tiga paslon mengumbar janji yang sama, terutama paslon satu dan tiga. Menurut saya jangan kebanyakan janji-lah. Kalaupun berjanji yang realistis dulu,” sambungnya.
Menurut Ferry kebutuhan mendesak Persija adalah
homeground. Lokasi pemusatan latihan yang dilengkapi dengan fasilitas penginapan pemain. Di samping itu bisa menjadi pusat berkumpulnya suporter.
Persija sempat memiliki
homeground cukup ideal di Stadion Menteng, Jakarta Pusat. Selain tersedia lapangan pertandingan, kantor pengurus klub, dan suporter menjadi satu.
Akan tetapi, stadion Menteng tinggal kenangan. Stadion yang diresmikan Presiden RI pertama, Sukarno, itu telah digusur untuk kepentingan ruang terbuka hijau.
Sementara Stadion Lebakbulus yang semula digadang sebagai penggantinya juga tak luput dari gusuran. Stadion yang dibangun kontrak oleh Pelita Jaya itupun sudah rata dengan tanah demi kepentingan Mass Rapid Transit (MRT) atau depo transportasi massal DKI Jakarta.
"Stadion di Jakarta suatu keharusan. Tapi, yang paling mendesak
homeground. Jadi semua akan terpusat, baik itu bertemu pemain, menonton latihan, dan informasi dari pengurus suporter."
"Yang lebih realistis lagi membantu perizinan Persija tampil lagi di GBK setelah bisa digunakan kembali."
(vws)