Ranieri Selalu Melekat di Hati Fan Leicester

Jun Mahares & Ahmad Bachrain | CNN Indonesia
Selasa, 28 Feb 2017 17:13 WIB
Claudio Ranieri memang sudah tak lagi menjabat manajer Leicester City. Namun, namanya selalu terpatri di sanubari suporter The Foxes.
Mural Claudio Ranieri masih melekat di tembok Stadion King Power. (REUTERS/Darren Staples)
Jakarta, CNN Indonesia -- Claudio Ranieri memang sudah tak lagi menjabat manajer Leicester City setelah petinggi klub memutuskan untuk mendepaknya, Kamis (23/2) malam waktu setempat. Namun, namanya selalu terpatri di sanubari suporter The Foxes.

Sejumlah spanduk dukungan atau sekadar ucapan terima kasih pun bermunculan di King Power Stadium, Senin (27/2) waktu setempat. Hari itu, Jamie Vardy dkk untuk kali pertama harus berjuang tanpa Ranieri.

Beruntung, Leicester sukses meraih kemenangan telak 3-1 atas Liverpool. Namun, rasa hormat suporter tak pernah pudar. Spanduk bertuliskan "Grazie Claudio" atau "Terima kasih Claudio" pun dibentangkan di areal tribune.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Suporter Leicester City takkan melupakan jasa Claudio Ranieri.Suporter Leicester City takkan melupakan jasa Claudio Ranieri. (Reuters / Jason Cairnduff)


Beberapan fan juga mengekspreksikan kecintaannya dengan menggunakan topeng wajah Ranieri yang identik dengan kacamata.

Pria berkacamata itulah yang mewujudkan "mimpi" seluruh pendukung setia Si Rubah dengan memastikan titel Liga Primer jatuh ke tangan Leicester pada 2 Mei 2016.

Fan Leicester mengenakan topeng wajah Claudio Ranieri.Fan Leicester mengenakan topeng wajah Claudio Ranieri. (Reuters / Jason Cairnduff)

Adapula spanduk Ranieri tengah mengangkat titel Liga Primer Inggris musim 2015/16 bertuliskan The God Father Part II.

Istilah Godfather memiliki arti bapak baptis dalam agama Katolik. Namun, the Godfather juga dikenal lewat film legendaris yang disutradarai Francis Ford Coppola dengan skenarionya ditulis Mario Puzo dan Coppola.

Meski digambarkan sebagai pemimpin mafia Italia (Vito Corleone) yang paling dipandang dalam dunia perjudian dan bisnis narkoba, Corleone memiliki jiwa rendah hati. Ia juga mengedepankan arti persahabatan.

Kehadiran Ranieri di Leicester dianggap sebagai Vito Corleone jilid kedua.

Claudio Ranieri dianggap sebagai Vito Corleone yang memiliki jiwa rendah hati.Claudio Ranieri dianggap sebagai Vito Corleone yang memiliki jiwa rendah hati. (Reuters / Jason Cairnduff)


Para pemain Leicester digadang sebagai aktor utama di balik keputusan pemilik klub untuk mendepak Ranieri.

Dikabarkan dua media Inggris, The Times dan Sky Sports, pemecatan dilakukan setelah pemilik klub Vichai Srivaddhanaprabha bertemu para pemain untuk membahas krisis yang terjadi di dalam tim.

Pertemuan itu terjadi di Sevilla, Spanyol, pada pagi hari setelah Leicester City kalah 1-2 dari Sevilla di 16 Besar Liga Champions, Rabu (22/2) malam. Ironisnya, The Foxes sendiri menuai pujian usai kekalahan itu karena dianggap tampil baik dan telah kembali ke performa mereka musim lalu.

Kali terakhir Claudio Ranieri memimpin Leicester City di sebuah pertandingan melawan Sevilla di babak 16 besar Liga Champions. Kali terakhir Claudio Ranieri memimpin Leicester City di sebuah pertandingan melawan Sevilla di babak 16 besar Liga Champions. (Reuters/John Sibley)

The Times juga melaporkan, para pemain senior menyatakan kecemasan mereka atas kepemimpinan Ranieri karena memilih menurunkan Ahmed Musa ketimbang Demarai Gray melawan Sevilla. Gray dianggap para pemain senior sedang tampil di performa terbaiknya.

Ucapan terima kasih untuk Claudio Ranieri.Ucapan terima kasih untuk Claudio Ranieri. (Reuters / Jason Cairnduff)

Ranieri resmi dipecat, tepat 298 hari setelah sukses membuat masyarakat Kota Leicester berpesta pora untuk merayakan gelar pertama dalam sejarah klub yang berdiri sejak 1884 itu.

Meski tak lagi mendampingi Vardy dkk di pinggir lapangan, namun nama Ranieri selalu terpatri di hati suporter Leicester.
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER