Jakarta, CNN Indonesia -- Michael Essien bukan nama tenar pertama yang datang ke Liga Indonesia. Sebelumnya sudah banyak nama yang pernah tenar di kompetisi Eropa mencicipi atmosfer kompetisi Indonesia.
Essien adalah salah satu gelandang terbaik di dunia periode 2000-an. Kini, publik Indonesia bisa melihat aksi Essien saat bersaing di Liga Indonesia. Sebelum Essien datang ke Indonesia, ada beberapa pemain top dunia lainnya yang pernah bermain di Indonesia. Berikut diantaranya:
Mario Kempes
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Piala Dunia 1978 identik dengan nama Mario Kempes. Ia jadi pencetak gol terbanyak dan menjelma sebagai pahlawan yang mengantar Argentina juara Piala Dunia untuk pertama kalinya.
Klub asal Indonesia, Pelita Jaya pun pernah merasakan tenaga Mario Kempes, seperti halnya klub-klub Eropa yang pernah dibelanya, yaitu Valencia dan Hercules.
Namun Pelita Jaya sendiri baru merasakan tenaga Mario Kempes ketika sang pemain sudah berusia 41 tahun. Kempes datang ke Pelita Jaya di pengujung kariernya sebagai pemain.
Namun Pelita Jaya sendiri merupakan tonggak bersejarah karena klub itu merupakan klub pertama yang dilatih oleh Kempes, meskipun Kempes pada akhirnya tak sukses di dunia kepelatihan.
Roger MillaRoger Milla mencuri perhatian dunia lewat aksi mengejutkannya bersama Kamerun di Piala Dunia 1990. Selebrasi gol menari miliknya jadi salah satu hal yang dikenang dalam sejarah panjang Piala Dunia.
Empat tahun setelah sukses bersama Kamerun di Piala Dunia, Roger Milla diperkenalkan sebagai striker Pelita Jaya di musim perdana Liga Indonesia. Namun seperti halnya Mario Kempes, Milla juga datang ke Indonesia saat usianya sudah kepala empat, tepatnya 42.
 Roger Milla pernah meramaikan Liga Indonesia di musim 1994/1995. (Foto: AFP PHOTO / STAFF) |
Meski demikian, Milla masih tampil tajam untuk level Liga Indonesia. Ia menghabiskan dua musim di Indonesia dan sempat berkostum Putra Samarinda usai membela Pelita Jaya.
Pierre NjankaPierre Njanka terkenal dengan gol indahnya ke gawang Austria di Piala Dunia 1998. Saat itu ia melakukan solo run dari tengah lapangan, melewati dua pemain, sebelum melepaskan tembakan ke pojok gawang.
Dalam kariernya sebagai pemain, Njanka pernah berkostum Strasbourg dan Sedan di Liga Perancis dan sempat memenangi Piala Perancis pada tahun 2001.
Setelah bertualang di beberapa klub lainnya, Njanka memutuskan datang ke Indonesia pada 2008 dan bergabung dengan 'Macan Kemayoran', Persija Jakarta.
Kiprah Njanka di Liga Indonesia terbilang cukup bagus karena ia berpindah ke sejumlah klub seperti Arema, Atjeh united, Mitra Kukar, dan Persisam Putra Samarinda.
Njanka sendiri pernah mengangkat trofi juara Liga Indonesia bersama Arema pada 2010.
Lee HendrieNama Lee Hendrie memang tak sementereng Mario Kempes atau Roger Milla yang dikenang dalam sejarah Piala Dunia. Namun, Lee Hendrie merupakan salah satu pemain yang identik dengan Aston Villa. Hendrie ada di klub dari tahun 1994-2007. Hendrie bahkan terpilih sebagai Pemain Muda Terbaik Liga Inggris di tahun 1998.
 Lee Hendrie adalah salah satu ikon Aston Villa. (Foto: AFP PHOTO / ODD ANDERSEN) |
Hendrie juga sempat mengenakan kostum Timnas Inggris di tahun 1998 meskipun tak ada lagi panggilan untuk dirinya setelah itu lantaran performanya dianggap stagnan.
Setelah tak terpakai di Aston Villa dan berpindah ke sejumlah klub Inggris, Hendrie secara mengejutkan menerima pinangan Bandung FC, klub baru yang bersiap berlaga di kompetisi Liga Primer Indonesia (LPI).
AmaralAmaral adalah nama lain yang pernah merasakan atmosfer kompetisi Indonesia. Amaral sebelumnya pernah bertualang di sejumlah klub tenar seperti Parma, Benfica, Fiorentina, dan Besiktas, serta pernah berkostum klub-klub hebat Brasil seperti Palmeiras, Corinthians, dan Vasco Da Gama.
Amaral pernah lima kali memenangi titel juara Liga Brasil bersama tiga klub tersebut dan juga pernah mengantar Fiorentina memenangi Coppa Italia. pada 2001. Bersama Besiktas, Amaral juga memenangi Liga Turki pada musim 2002/2003.
Pemain kelahiran 28 Februari ini datang ke Indonesia saat berusia 37 tahun. Ia bergabung bersama Manado United dan kemudian hijrah ke Persebaya Surabaya. Dua klub itu berlaga di kompetisi Liga Primer Indonesia saat itu.