ANALISIS

Mencari Metronom di Timnas Indonesia U-22

CNN Indonesia
Jumat, 24 Mar 2017 11:22 WIB
Sosok pemain bertipe playmaker menjadi komponen utama bagi Luis Milla jika ingin mengembangkan permainan sesuai gaya permainannya.
Evan Dimas (kanan) dicoba Luis Milla dimainkan sebagai gelandang bertipe playmaker. (ANTARA FOTO/Sigid Kurniawan)
Jakarta, CNN Indonesia -- Luis Milla mencoba menerapkan standar dan filosofi di Tim Nasional Indonesia U-22 pada uji coba pertama.

Milla tetap menginstruksikan para pemain untuk mengumpan-umpan pendek dan cepat. Ia juga menginstruksikan bermain lebih menyerang. Alhasil, Indonesia kalah 1-3 dari Myanmar yang menggunakan sejumlah pemain senior di skuat mereka.

Pelatih asal Spanyol itu pun mengakui sudah mengetahui kesan awal 'perkenalan' dengan skuatnya di uji coba pertama. Bukan kesan yang cukup bagus pula baginya.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Tak hanya kekalahan telak, sejumlah skenario yang ia terapkan sesuai harapannya tak berjalan.

Milla memang berharap umpan-umpan pendek tersebut macam tiki-taka di Barcelona. Permainan cepat yang mengandalkan seluruh sektor dari belakang, tengah, depan, dan kedua sisi sayap macam skuatnya dulu di Spanyol U-21 pada 2011.

Salah satu yang menonjol permainan tiki-taka Milla di Timnas Spanyol adalah keberadaan pemain bertipe macam Thiago Alcantara.

Sosok playmaker yang berperan sebagai poros permainan dari tengah macam Alcantara ini menjadi tumpuan Milla.

Ia berperan sebagai metronom yang mengatur tempo permainan baik dalam bertahan maupun menyerang. Playmaker seperti ini yang menentukan pula alur aliran serangan memanfaatkan celah di pertahanan lawan, serta jadi penentu dalam transisi permainan.

Milla tampaknya juga coba-coba gaya permainannya di Timnas Spanyol U-21 dengan di Timnas Indonesia U-22. Di babak pertama, ia mencoba memainkan Gian Zola di lini tengah dengan formasi 4-3-3.

Harapannya, Zola bisa menunjukkan tipikal permainan layaknya playmaker. Alur-alur serangan memang cukup baik dilakukan Zola.

Namun, ia terlihat kurang tenang dalam menguasai bola sehingga kerap kehilangan bola.

Di babak kedua, Evan Dimas dimasukkan menggantikan Zola. Kondisinya pun tak banyak berubah lantaran aliran-aliran bola masih sering mandek.

Kesan awalnya yang didapat memang tak seperti skuatnya dulu. Skuat Garuda justru lebih banyak bermain di kedua sisi sayap.

Permainan cenderung monoton karena hanya mengandalkan kecepatan Saddil Ramdani di sayap kiri dan Febri Hariyadi di sayap kanan.

Sementara variasi-variasi permainan dari umpan-umpan pendek yang diinginkan Milla masih belum muncul. Sebaliknya, umpan panjang dari tengah ke depan dan kedua sisi serangan timnas yang kerap mendominasi.

Satu-satunya gol Garuda yang diciptakan Nur Hadianto lewat sundulannya, juga bukan berasal dari skema permainan yang sebenarnya diinginkan Milla.

Gol berasal dari umpan silang di sisi kiri timnas oleh Saddil kepada Nur Hadianto. Bola berasal dari serangan balik timnas dari sayap kanan oleh Febri yang melepas bola ke sisi kiri.

Bukan gaya permainan macam Barcelona atau pula Timnas Spanyol U-21 arahan Luis Milla dulu. Tipe permainan yang diperlihatkan Indonesia lebih banyak bertumpu cara klasik di sisi sayap.

Milla tentu masih terus mencari nama-nama gelandang yang tepat sebagai metronom untuk mewujudkan keinginannya.

Sebenarnya ada satu nama lagi yang punya tipe playmaker macam yang diinginkan Milla. Ia adalah gelandang Bhayangkara FC Zulfiandi yang juga lulusan Timnas U-19 arahan Indra Sjafri.

Namun, pemain kelahiran Bireuen 21 tahun silam itu saat ini kerap mengalami persoalan cedera. Bisa jadi itu pula yang menjadi pertimbangan Milla.

Di satu sisi, Evan dan Zola tak berarti sudah dicoret dari daftar keinginan Milla. Keduanya masih bisa diasah lagi dalam latihan intensif dan beberapa kali uji coba.

Zola yang memiliki suplai-suplai umpan cukup bagus, bisa digembleng lagi dalam hal ketenangan menguasai bola.

Begitu pula dengan Evan Dimas yang tampaknya tak perlu terlalu banyak lagi dipoles Milla untuk menjadi metronom dalam skuatnya.

Jika pun tak kunjung menemukan playmaker sebagai metronom di skuatnya, Milla harus memutar otak menyesuaikan gaya permainan dengan ciri di Timnas Indonesia.
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER