Pelari Ekstrem Ambon Berjuang di Maraton Lintas Alam Maroko

CNN Indonesia
Sabtu, 17 Jun 2017 03:28 WIB
Matheos Berhitu yang bekerja sebagai supir angkutan kota di Ambon akan ambil bagian dalam kejuaraan lari lintas alam sejauh 240 km di padang gurun Maroko.
Ilustrasi lari maraton di alam bebas. (Reuters/ Lucy Nicholson)
Jakarta, CNN Indonesia -- Pelari ekstrem Matheos Berhitu bakal ambil bagian dalam kejuaraan maraton lintas alam sejauh 240 km di padang gurun Maroko, September mendatang.

Atas dasar itu, pelari Ultra Marathon asal Kota Ambon, Maluku saat ini sedang mempersiapkan diri agar bisa kompetitif dalam kejuaraan tersebut.

"Kejuaraan lari jarak jauh di Maroko sangat ekstrem, karena itu perlu mempersiapkan diri dengan baik agar bisa meraih juara dan membanggakan bangsa Indonesia," katanya Matheos, di Ambon, seperti dikutip dari Antara.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Maroko adalah sebuah negara kerajaan di kawasan Afrika Utara. Secara geografis, negara itu memiliki wilayah yang sebagian besar terdiri dari gurun dan pegunungan terjal.

Sebagai persiapan berlomba di Maroko, selain berlatih berlari sendiri, Matheos pun memupuk mentalnya dengan mengikuti berbagai kompetisi maraton. Salah satunya pada Mei 2017 saat Matheos mengikuti kejuaraan lari ultra marathon di Kebun Raya Bogor (KRB) sejauh 200 kilometer.

Lomba di KRB itu dimulai pada Sabtu, 20 Mei 2017, start pukul 5.30 WIB, dan diberi waktu oleh panitia sampai Minggu (21/5) pukul 17.30 WIB. Para peserta diminta berlari mengelilingi lingkaran dalam KRB sebanyak 24 kali dan lingkaran luar 19 kali.

"Saya finis jam 8.30 WIB Minggu sebagai juara pertama, dengan catatan waktu 27,44 jam. Ini waktu tercepat saya untuk lari 200 kilometer dan rekor terbaik selama mengikuti kujaraan lari jarak jauh," kata Matheos yang sehari-harinya bekerja sebagai supir angkutan kota di Ambon tersebut.

Menurut Matheos, pengalaman di Bogor dan sebelumnya di Sumba 200 Kilometer dimana ia juga keluar sebagai juara merupakan modal yang meyakinkan dirinya untuk ikut kejuaraan serupa di Maroko.

Adapun untuk kejuaraan di Maroko, Matheos tak hanya mengeluarkan dana sendiri. Ia pun mendapatkan bantuan dana dan moril dari Panglima Komando Daerah Militer Pattimura, Maluku. Matheos mengakui keberhasilan dalam setiap kali mengikuti kejuaraan karena ada sosok yang selalu memberikan dorongan dan semangat kepadanya.

Matheos mulai tertarik pada olah raga lari sejak usia belasan. Dan sejak saat itu ia terus berlatih dan rajin ikut kejuaraan. Kini Matheos telah menginjak usia 45. Meski sudah berkepala empat, Matheos menyatakan dirinya justru merasa lebih tertantang untuk berlatih dan mengikuti kejuaraan nasional maupun internasional.

"Usia tidak ada masalah, saat ini saya masih tetap lari, tetapi kalau memang sudah merasa tidak mampu, cukup sudah sampai di situ," katanya.

Tak ada kiat khusus bagi Matheos dalam menekuni ultra marathon itu. Ia mengaku hanya menjalani latihan secara serius dan disiplin.

"Pola hidup juga harus teratur, seperti menjaga pola makan dan minuman. Saya selalu makan ikan dan sayur-sayuran hijau dan tidak mengonsumsi makanan dan minuman instan," katanya.

Kini, di usianya yang telah berkepala empat, Matheos berharap ada atlet-atlet baru yang menekuni ultra marathon seperti dirinya, terutama dari Maluku. Ia berharap para generasi penerusnya itu kelak bakal membawa nama Maluku dan Indonesia di dunia internasional.

"Kita orang Maluku, selain saya belum ada pelari level ultra marathon, yang ada mungkin pelari 10-20 kilomter. Harapan saya, kelak ada generasi penerus di bidang yang saya tekuni ini," katanya.

"Kalau memang ada kemauan dan hobi, silakan berlatih. Saya lihat sudah ada yang mulai latihan walaupun belum bagus, tetapi saya yakin jika serius dan disiplin mereka pasti berhasil menjadi yang terbaik," katanya.
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER