Jakarta, CNN Indonesia -- Harapan tak semanis kenyataan. Pepatah itu menggambarkan laga pamungkas Usain Bolt di London, Sabtu (5/8).
Bolt yang mengharap medali emas guna melengkapi gelar ke-12 sebagai juara dunia harus gigit jari.
Pasalnya emas dan gelar juara dunia itu jatuh ke tangan pelari veteran Amerika Justin Gatlin. Atlet yang terkena larangan bertanding selama empat tahun karena kasus doping itu, melesat sejak start dan mencatat waktu 9,92 detik di nomor 100 meter.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Sementara rekan senegaranya, Christian Coleman, berhasil menyabet medali perak dengan catatan waktu 9,94 detik, meninggalkan Bolt dengan medali perunggu saat finis di detik ke 9,95.
“Saya minta maaf karena tidak bisa memenangkan pertandingan ini. Saya berterimakasih atas dukungan kalian,” kata Bolt, yang langsung memeluk Gatlin saat mereka mencapai finis.
“Ini adalah pengalaman yang menyenangkan, seperti biasanya,” tambah pelari asal Jamaika itu.
Bolt menyebut start jelek yang dia lakukan, menjadi alasan kekalahannya di laga terakhirnya itu.
“Start yang buruk membuat saya kalah,” ujar Bolt. “Harusnya saya bisa memperbaikinya di tengah lintasan, namun itu tidak terjadi.”
Di sisi lain, Gatlin justru mendapatkan cemoohan dari para penonton yang berjumlah lebih dari 60 ribu orang, alih-alih ucapan selamat. Meskipun begitu, dia tampak tidak terpengaruh dan justru berlutut di hadapan Bolt, untuk memberi penghormatan.
Gatlin, yang terkena larangan bertanding karena kasus doping pada 2006 hingga 2010, mengerti alasan para penonton yang justru mencibir kemenangannya.
“Mereka yang mencintai saya, akan bahagia dengan kemenangan ini. Mereka yang dirumah menyemangati saya, pelatih saya juga menyemangati. Itu yang terpenting,” kata Gatlin, dikutip
AFP.Dia juga mengucapkan apresiasinya pada Bolt.
“Dia [Bolt] luar biasa. Sangat inspiratif. Dia menginspirasi saya dan Coleman untuk kembali berlatih dengan keras dan bertanding,” sebut Gatlin.
“Itu yang saya lakukan, berlatih keras, bertanding dan saya menang.”