Jakarta, CNN Indonesia -- Indonesia gagal meraih target prestasi di SEA Games 2017 Malaysia. Dari 55 medali emas yang ditargetkan, kontingen Merah Putih hanya mampu meraih 38 medali emas, 63 perak, dan 90 perunggu.
Satuan Pelaksana Program Indonesia Emas (Satlak Prima) sebagai perpanjangan tangan pemerintah yang mengurusi prestasi dan kebutuhan atlet dinilai turut bertanggung jawab atas kegagalan tersebut.
Apalagi, Indonesia akan menjadi tuan rumah Asian Games 2018 yang tidak hanya menuntut kesuksesan sebagai penyelenggara tapi juga dari sisi prestasi.
Menanggapi hal itu, Ketua Satlak Prima Achmad Sutjipto menegaskan siap mundur jika diminta Kementerian Pemuda dan Olahraga (Kemenpora).
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
 Indonesia hanya mampu finis di peringkat kelima SEA Games 2017 di Kuala Lumpur, Malaysia. (CNN Indonesia/ M. Arby Rahmat) |
Secara internal di Satlak Prima, Sutjipto mengatakan secara prestasi dirinya siap bertanggung jawab. Bentuk pertanggungjawaban itu ia serahkan sepenuhnya kepada Menpora sebagai pemilik program pembinaan atlet.
"Itu (restrukturisasi Satlak Prima) kewenangan pemerintah. Saya tahunya menjalankan perintah," kata Sutjipto usai konferensi pers bersama Menpora Imam Nahrawi di Kantor Kemenpora, Kamis (31/8).
"Saya ini tentara, jadi kalau diperintahkan ke mana saja saya laksanakan. Tapi mundur tidak ada di kamus tentara. Diperintah mundur, saya siap," sebutnya lantang pria yang pernah menjabat sebagai Laksamana TNI Angkatan Laut di Kepala Staf TNI Angkatan Laut era 1999-2001.
Sutjipto tidak mau ambil pusing dengan predikat gagal menjalankan tugas sebagai Kasatlak Prima. Baginya, kegagalan harus disikapi secara positif.
"Apa yang menyebabkan kita kalah, mari kita benahi ke depan. Itu dari segi keolahragaan. Kalau dari segi pertanggungjawaban, kalau saya dianggap sudah tidak kredibel, ya saya siap mundur. Enggak masalah," tegasnya.