Jakarta, CNN Indonesia -- Induk olahraga sepak bola Indonesia, PSSI, saat ini sedang dalam proses melahirkan sebuah kurikulum bermain sepak bola ala Indonesia. Kurikulum tersebut diharapkan mampu menjadi panduan dalam mengembangkan pemain usia muda.
Direktur Teknik PSSI, Danurwindo, mengatakan kurikulum tersebut dalam waktu dekat akan disebarkan ke seluruh Indonesia. Hal ini sebagai upaya peningkatan kualitas pesepakbola Indonesia, khususnya usia muda.
"Selanjutnya cari pelatih untuk jalankan kurikulum itu, galakkan kompetisi usia muda. Saya yakin
football development ya itu," ucap Danur kepada
CNNIndonesia.com.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Kurikulum sebentar lagi akan launching. Untuk menjadi pemain bagus, harus dapat 10 tahun latihan berkualitas. Lionel Messi juga bisa jadi pemain seperti itu butuh waktu bertahun-tahun," sambung Danur.
 Danurwindo berjanji kurikulum sepak bola Indonesia akan segera disebarkan. (CNN Indonesia/Andry Novelino) |
Lebih lanjut, Danur menegaskan tidak ada proses yang instan bila seorang pesepakbola ingin berprestasi, semuanya harus diawali dari pembinaan usia muda yang terarah.
"Ke mana kita akan capai dan tuju? Terutama untuk sepak bola mendatang, itulah (pembinaan usia muda yang terarah) yang menjadi landasan untuk bikin filosofi bermain. Itu suatu keharusan," ujar Danur.
"Karena untuk menjadi pemain berkualitas, harus ada fondasi yang kuat dari youth development, coach education, di mana pelatih-pelatih usia muda tahu apa yang mesti dilakukan kepada pemain usia muda itu. Sehingga, mereka punya dasar yang kuat. Terakhir, harus ada kompetisi," ucap Danur.
Agar sepak bola Indonesia dapat berkembang, Danur berpendapat pemain mulai usia 6 sampai 18 tahun harus dapat latihan yang bagus dan kompetisi. Hal ini yang menurutnya yang sangat perlu ditingkatkan di Indonesia. Mengingat belum adanya kompetisi usia muda yang berkesinambungan di dalam negeri.
"Kenapa sepak bola Indonesia tidak berprestasi? Karena kita belum punya rencana yang terarah untuk usia muda. Karena kita tak tahu apa yang mesti dibuat," tutur Danur.
Sementara itu Sekjen PSSI Ratu Tisha Destria menegaskan pesepakbola usia muda Indonesia termasuk salah satu prioritas PSSI. Ia pun mengakui hasil dari upaya PSSI meningkatkan kualitas pemain muda Indonesia tidak bisa dilihat dalam waktu singkat.
 Sekjen PSSI Ratu Tisha memastikan kurikulum sepak bola Indonesia akan diperkenalkan bulan depan. (CNN Indonesia/Mundri Winanto) |
"Saat ini masih kami revisi keseluruhan kebijakan itu (pesepakbola usia muda), sifatnya harus desentralisasi. Artinya, anggota-anggota klub dan Asprov harus berperan dalam garda usia muda. PSSI berikan fasilitas, tata cara, pedoman," kata Tisha.
PSSI, lanjut Tisha, rencananya akan membuat roadshow filosofi sepak bola pada 13 Oktober mendatang di Yogyakarta. Dalam roadshow selama satu hari tersebut, akan diperkenalkan kurikulum sepak bola Indonesia. Target utamanya adalah tim finalis Piala Soeratin U-15 dan U-17.
"Kami akan perkenalkan kepada pelatih kepala tim finalis Piala Soeratin U-15 dan U-17. Training for coaches, karena mereka (pelatih) yang turun langsung," katanya menambahkan.
Lebih lanjut, Tisha juga menekankan pentingnya mental bermain sepak bola untuk diterapkan sejak usia dini. Mental juara, lanjutnya, perlu dibina dalam kehidupan sehari-hari.
“Mental hal yang paling penting untuk anak-anak lakukan. Bahwa mereka harus kompetitif, tak boleh kalah dan menghargai orang lain. Tidak mungkin hanya PSSI yang berjuang, harus ada keinginan dan mimpi yang kuat dari anak-anak," ucap Tisha.
"Kalau mereka tidak punya mental juara, pergaulan tidak tunjukkan sikap yang baik, tak berjiwa besar, tak rendah hati ketika juara, maka tak akan membuahkan prestasi. Keberuntungan itu kerja keras bertemu kesempatan yang tepat. Tidak hanya di dalam lapangan tapi di luar perlu penananaman mental juara," sambungnya.