Memuja Greysia, Memuji Polii
Rabu, 07 Feb 2018 14:57 WIB
Greysia Polii telah merasakan berbagai fase dalam kehidupan seorang atlet, mulai dari titik terendah hingga podium tertinggi. (CNN Indonesia/Hesti Rika)
Kalimat itu terpampang bertahun-tahun lalu di profil akun twitter milik Greysia Polii. Kalimat yang mungkin jadi pegangan hidupnya dan kalimat yang akhirnya bisa diwujudkan nyata.
Bila ada pebulutangkis yang layak menceritakan momen suka-duka kehidupan sebagai atlet, pahit-manis kehidupan olahragawan, Greysia Polii adalah salah satu orang yang memenuhi kualifikasinya.
Greysia Polii muda adalah sosok pebulutangkis dengan label harapan masa depan. Bertahun-tahun berselang, harapan itu seolah tak menemukan jawaban sehingga pujian mulai bertransformasi jadi kekecewaan.
Pada Olimpiade 2012 di London, Greysia Polii, bersama Meiliana Jauhari berangkat dengan status tak diunggulkan. Di turnamen itu, Greysia/Meiliana bukan hanya pulang dengan kegagalan, melainkan dengan nama yang tercoreng tinta hitam.
Diawali kekalahan Tian Qing/Zhao Yunlei dari Christinna Pedersen/Kamilla Rytter Juhl, Wang Xiaoli/Yu Yang berusaha 'mengalah' dari Jung Kyung-eun/Kim Ha Na. Hal itu dilakukan agar dua ganda China tersebut tak berada di blok yang sama sehingga terhindar dari duel di babak semifinal.
Peristiwa itu kemudian menyeret Greysia/Meiliana dalam duel lawan Ha Jung-eun/Kim Min-jung. Greysia/Meliana terbawa emosi sesaat dalam situasi yang rumit sehingga jadi gelap mata. Kedua ganda tersebut menampilkan permainan bukan dengan tujuan ingin menang. Setelah sama-sama saling protes, akhirnya kartu hitam melayang. Greysia/Meiliana didiskualifikasi dan pulang dengan catatan kelam.
Greysia Polii punya dua pilihan setelah itu. Mundur dan pergi dari dunia bulutangkis demi menghindari hujatan, namun dengan catatan buruk di akhir karier yang tak mungkin terhapus. Tetap bertahan, menghadapi langsung cacian dan hujatan, namun punya kesempatan mengubah ujung perjalanan karier dan potret perjalanannya secara keseluruhan.
Greysia Polii memilih jalan yang kedua. Jalan yang lebih sulit ditempuh karena kritikan-kritikan tajam akan langsung mengarah padanya.
Tanpa adanya insiden London 2012, Greysia sudah sering dikritik karena penampilannya tak kunjung memuaskan. Hal itu berarti Greysia butuh lonjakan besar dalam kariernya bila ingin menghadirkan gambaran yang lebih baik dari publik terhadap dirinya.
Greysia, bersama Nitya Krishinda Maheswari, berhasil mewujudkan hal tersebut. Kerja keras Greysia/Nitya membuat mereka jadi salah satu ganda putri yang dipandang dalam persaingan di level dunia.
Greysia/Nitya menjalani periode terbaik dalam karier mereka. Mereka tercatat sebagai salah satu ganda putri yang layak diunggulkan meraih medali di Olimpiade. Sayang, faktor cedera sedikit menghambat penampilan Greysia/Nitya sehingga mereka harus terhenti di babak perempat final.
Kehadiran Greysia/Nitya yang pasti membuat Indonesia kembali memiliki ganda putri yang ditakuti.
Kejutan Greysia/Apriyani
Selepas Olimpiade, Nitya menjalani operasi dan harus absen lama. Greysia pun berpasangan dengan sejumlah pemain lainnya di nomor ganda putri.
Anggapan bahwa periode emas Greysia telah berlalu mulai muncul. Namun ternyata Greysia berhasil membuktikan bahwa ia masih bisa jadi andalan dengan pasangan anyar.
Jika pada awal kariernya perkembangan Greysia menjadi pemain yang layak diperhitungkan terbilang lambat dari harapan, maka dalam periode duet Greysia/Apriyani , mereka justru berkembang jauh lebih pesat dari yang diperkirakan.
Dalam lima turnamen terakhir, Greysia/Apriyani empat kali masuk final dan berujung pada dua titel juara. Greysia/Apriyani sudah mulai layak diperhitungkan dalam persaingan level dunia.
Selain kecermatan Eng Hian dan talenta Apriyani, hal lain yang membuat itu terwujud adalah keberhasilan Greysia menanamkan kenyamanan di lapangan. Greysia mampu membimbing Apriyani menarik keluar seluruh potensi yang ia miliki.
Greysia Polii saat ini adalah bukti bahwa kepercayaan diri tak boleh hilang dalam hari-hari olahragawan. Latihan-latihan keras bakal sulit berujung trofi kemenangan bila rasa percaya diri tak pernah ada di tangan.
Untuk hal ini, Greysia Polii layak mendapatkan puja dan puji.
PROFILE
Putra Permata Tegar Idaman
Menggemari bulutangkis dan mengagumi Roberto Baggio sejak kecil. Pernah bekerja di harian Top Skor dan Jakarta Globe. Kini menjadi penulis di kanal olahraga CNN Indonesia
SelengkapnyaARTIKEL TERKAIT
TOPIK TERKAIT
TERPOPULER
Daftar 27 Pemain Timnas Indonesia untuk FIFA Matchday September
Olahraga • 3 jam yang laluRafael Struick Dipanggil Timnas Indonesia U-23, Misi Lolos Piala Asia
Olahraga • 3 jam yang laluJens Raven, Kadek Arel, dan Rahmat Arjuna Dipanggil Timnas U-23
Olahraga • 3 jam yang laluPaes dan Ole Romeny Absen Bela Timnas Indonesia vs Kuwait dan Lebanon
Olahraga • 2 jam yang laluDaftar 27 Pemain Timnas Indonesia, Cuma Bawa 1 Striker Murni
Olahraga • 1 jam yang laluLAINNYA DARI DETIKNETWORK