WAWANCARA EKSKLUSIF

Hendra Setiawan Kembali ke Pelatnas demi Piala Thomas

Ahmad Bachrain | CNN Indonesia
Minggu, 20 Mei 2018 08:25 WIB
Pebulutangkis ganda putra Indonesia Hendra Setiawan kembali dipanggil ke pelatnas Cipayung pada awal 2018 setelah mengundurkan diri pada akhir 2016.
Hendra Setiawan memiliki target besar dengan kembali ke pelatnas Cipayung pada awal 2018. (CNN Indonesia/Adhi Wicaksono)
Jakarta, CNN Indonesia -- Pebulutangkis ganda putra Indonesia Hendra Setiawan kembali dipanggil ke pelatnas Cipayung pada awal 2018 setelah mengundurkan diri pada akhir 2016.

Hendra pun kini kembali mengemban peran sebagai kapten tim Thomas Indonesia untuk kali ketiga secara beruntun sejak 2014.

Ada alasan khusus mengapa atlet 33 tahun itu menerima panggilan pelatnas Cipayung pada akhir 2017 lalu.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Untuk tahu lebih jauh mengenai pandangannya mengenai tim Thomas Indonesia, berikut wawancara eksklusif CNNIndonesia.com dengan Hendra Setiawan:

Hendra dipanggil lagi ke skuat Thomas, Anda bersedia. Pertimbangannya apa?

Banyak, ya [pertimbangannya]. Pertama, saya belum pernah dapat gelar juara Thomas Cup. Kedua, saya ngobrol panjang lebar sama Koh Herry [Iman Pierngadi, pelatih ganda putra] juga. Akhirnya saya terima, jadi saya masuk sini [pelatnas] lagi dan main Thomas lagi sekarang. Mungkin kalau saya sendiri ada rasa bangga, masih bisa dipercaya.
Hendra Setiawan berharap bisa meraih juara di Piala Thomas 2018. (Dok. Humas PBSI)
Tahun ini terakhir?

Mungkin ya, tapi seandainya saya masih bisa bersaing dua tahun lagi mungkin tidak terakhir tahun ini.

Hal yang membedakan Hendra/Ahsan dulu dan sekarang?

Umur berbeda, lalu mungkin dari segi permainan. Karena usia tidak lagi muda, pasti kecepatan dan tenaga menurun. Tapi ya itu tantangan kami untuk bisa jaga terus, jadi jangan sampai drastis turunnya.

Momen paling berkesan selama ada di Thomas?

Mungkin dua tahun lalu, final yang nyaris menang. Itu paling berkesan bagi saya.
Kembali berpasangan dengan Mohammad Ahsan menjadi tantangan bagi Hendra Setiawan. (Dok. Humas PBSI)
Sisi paling menarik dari Thomas Cup dua tahun lalu?

Waktu itu mungkin timnya lebih kompak dari sebelumnya. Banyak yang muda, jadi seru.

Yang paling tidak enak diingat?

Lupa tuh, banyak sih.

Pada 2008 kalah dari Korsel, 2010 kalah dari China, 2012 kalah dari Jepang, 2014 kalah juga. Yang paling menyakitkan?

Mungkin 2014, itu harusnya saya bisa ambil poin di situ. Tapi mereka pun pasangannya baru dan malah kami kalah kalau tidak salah sama Malaysia, ya itu yang paling menyakitkan.

Sebelum memutuskan kembali ke pelatnas Cipayung, Hendra banyak berbincang dengan Herry IP. (CNN Indonesia/Aulia Bintang Pratama)
Sempat pasangan dengan Tan Boon Heong, dia memilih untuk tidak masuk tim Thomas lagi tahun ini?

Dia tidak masuk tim nasional. Sebenarnya dia ditawari mau masuk tim nasional atau tidak, lalu dia bilang tidak. Tapi kalau Thomas, dia bersedia kalau dipanggil lagi. Tapi memang tidak ada panggilan.

Waktu Tan Boon Heong tahu Hendra dipanggil, bagaimana?

Tidak masalah ya, saya kan setahun sama dia sejak 2017. Saya bilang 2018 tidak bisa partner lagi karena timnas memanggil saya, dia tidak masalah juga sih.

Di Piala Thomas pertama kali kapan?

Pada 2006 saya ikut sih, sampai sekarang.

Sampai sekarang yang Hendra ingat, perbedaannya terasa?

Terasa ya, maksudnya sejak dua tahun lalu saya rasa timnya lebih enak, cair suasananya. Kalau sebelumnya tidak terlalu. Tahun lalu dan tahun ini kurang lebih sama timnya, jadi tidak terlalu susah menyatukannya.

Di antara tim Thomas, ada tidak rekan-rekan yang ice breaker?

Semuanya sih, semuanya lah. Karena mereka muda-muda, jadi kadang kami saling meledek. Kadang kami serius, jadi oke lah ya, jadi kami tidak anggap senior atau junior.

Siapa yang paling usil?

Biasanya Fajar [Alfian], aduh biasanya ulahnya macam-macam. Yang jelas bikin suasana cair, termasuk juga dengan humor-humornya dia.

Dulu masih bujang, sekarang punya anak. Motivasi dalam bertanding bagaimana?

Motivasinya beda ya, Mas. Dulu juara untuk diri sendiri dan orang tua. Sekarang, saya ingin juara. Jadi, anak-anak bisa lihat kalau saya masih bisa juara. Bedanya di situ.

Hendra/Ahsan dijuluki 'Daddys', tahu?

Ya, tahu-tahu. Tidak masalah sih, memang sudah jadi bapak-bapak semua. Reaksi pertama kali ya biasa saja, saya tahu dari internet. Biarin lah orang mau kasih julukan apa, terserah deh.

Indonesia satu grup Kanada, Thailand, Korea Selatan. Yang paling diwaspadai?

Thailand dan Korea Selatan. Thailand sebagai tuan rumah jadi ada motivasi tambahan, kami tidak boleh lengah. Di atas kertas kami lebih unggul ya, tapi mereka punya faktor tuan rumah. Korea Selatan juga kekuatannya merata. Kemarin di Kejuaraan Asia, kami menang tipis 3-2.

Tim Thomas Indonesia memiliki pengalaman yang cukup untuk menjadi juara tahun ini. (dok. PBSI)
Bagaimana dengan Denmark?

Tidak terlalu beda jauh, ganda mereka lumayan juga.

Apa modal terbesar Indonesia untuk bisa juara?

Modalnya pasti kekompakan dan pengalaman dua tahun lalu, pemain kami sudah merasakan kalah di final dengan skor 2-3. Saya harap mereka bisa belajar dari pengalaman dan lebih siap sekarang.

Soal potensi pemain muda?

Itu juga bagus, jadi seperti Jojo [Jonatan Christie] dan [Anthony] Ginting yang sudah naik levelnya dari dua tahun lalu. Buat saya sih bagus ya.

Hendra menganggap tim Thomas Denmark memiliki ganda berkualitas. (ANTARA FOTO/Handout/Humas PBSI/wsj/18)

Sanggup berkarier di dunia bulutangkis sampai usia berapa?

Saya juga tidak tahu ya, kalau menurut saya sih setahun demi setahun dulu lah. Saya tidak mau pikir jauh-jauh empat atau lima tahun mendatang.

Anak-anak Hendra sudah tertarik bulutangkis?

Belum, sempat saya tanya mau main badminton atau tidak. Mereka bilang tidak. Mungkin nanti ketika usia 5 tahun mulai dikenalkan ke badminton lah.

Ada keinginan anak-anak ikut jejak di badminton?

Ya inginnya iya, tapi terserah anaknya lah. Percuma kalau dia tidak senang dan dipaksa, percuma juga.

Level permainan Jonatan Christie dan Anthony Ginting diklaim sudah naik level. (Dok. Humas PBSI)
Kevin/Marcus jadi buah bibir, Hendra melihatnya bagaimana?

Menurut saya mereka bagus, speed dan power ada. Ganda-ganda sekarang yang penting itu: speed dan power. Jadi saya harap mereka bisa stabil terus.

Kevin/Marcus curhat apa ke Hendra?

Jarang kalau masalah bulutangkis, biasanya Marcus tanya-tanya masalah keluarga. Apalagi dia baru menikah. Jadi lebih di luar bulutangkis justru.

Masalah keluarga bukan hal sensitif? Selain itu apalagi?

Iya. Apa ya? Biasanya kami berbagi ramai-ramai ketika ada makan bersana di ganda putra. Jadi masalah bulutangkis kadang kami bagi pengalaman tentang cara bermain di kejuaraan yang penting. (sry/nva)
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER