Jakarta, CNN Indonesia -- Di usia 32 tahun,
Lionel Messi menghadapi kesempatan terakhir menjawab harapan 48 juta penduduk Argentina untuk kembali mengangkat trofi
Piala Dunia.
Terakhir kalinya negara Amerika Latin itu berada di puncak dunia sepak bola terjadi pada 1986 atau 32 tahun silam, ketika Maradona mengantarkan Argentina jadi juara.
Setelah lolos dari lubang jarum -- membutuhkan gol menit akhir untuk lolos dari fase grup Piala Dunia 2018--
timnas Argentina kini akan menghadapi tantangan selanjutnya, Prancis, sang finalis Piala Eropa 2016.
Diperkuat Paul Pogba, N'golo Kante, Blaise Matuidi, Samuel Umtiti, Raphael Varane, hinga Antoine Griezmann, Prancis adalah salah satu tim dengan kekuatan paling merata dari lini depan hingga ke bawah mistar gawang.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Hanya saja penampilan mereka hingga kini belum meyakinkan, meski lolos dengan status sebagai juara grup. Prancis terlihat masih bermain di gigi 1. Ketika berhadapan dengan Peru ataupun Denmark, Prancis bahkan kerap kesulitan ketika menghadapi tekanan lawan.
Satu hal yang pasti akan diwaspadai
Les Bleus pada laga nanti malam adalah kehadiran Messi, pemain yang bisa menciptakan gol dalam momen apapun. Satu kelengahan dalam menjaga sang bintang Barcelona itu bisa berarti fatal, seperti yang dialami Nigeria.
Prancis sendiri jarang menempatkan satu orang khusus untuk menjaga ketat seorang pemain. Hanya saja, mereka bisa memutus aliran bola pada Messi untuk mentralisir ancaman sang pemain.
Lalu apa saja yang bisa dilakukan untuk mematikan alran bola pada Messi?
 Timnas Argentina akan berhadapan dengan Prancis di 16 Besar Piala Dunia 2018. (REUTERS/Jorge Silva) |
Tekan Lini BelakangDi bawah Jorge Sampaoli, Argentina sering kali membangun serangan dari belakang. Hal ini terlihat dari kengototan sang kiper, Willy Cabalero, mengoper langsung pada bek-bek di sekitarnya ketimbang melambungkan bola jauh ke lini depan atau lini tengah.
Dalam laga melawan Kroasia, tiga bek tengah Argentina juga sering kali maju hingga ke garis tengah, dan menjaga kerapatan antarlini.
Hanya saja, bek-bek Argentina ini sering terlihat kebingungan ketika akan mengalirkan bola ke pemain-pemain tengah. Mereka justru lebih sering saling mengoper tanpa tujuan yang jelas. Hal inilah yang bisa dimanfaatkan Prancis untuk mematikan aliran bola pada Messi dan menetralisirnya.
Dengan memaksa aliran bola berhenti di belakang, Messi biasanya akan terpancing turun untuk menjemput bola sehingga ia semakin jauh dari gawang dan potensi ancamannya berkurang.
Prancis bisa menempatkan Olivier Giroud untuk terus memberikan tekanan pada bek-bek tengah Argentina dan berharap mereka melakukan kesalahan yang bisa berbuah serangan balik.
 Ever Banega dan Javier Mascherano diprediksi akan berduet di lini tengah Argentina di Piala Dunia 2018. (REUTERS/Javier Barbancho) |
Jaga Ketat Ever BanegaJika Sampaoli menurunkan duet Ever Banega dan Javier Mascherano di lini tengah, maka beban untuk menjaga aliran bola akan jatuh pada Banega.
Mascherano yang berposisi sebagai gelandang tengah memang tak punya kemampuan untuk menjadi metronom, mengarahkan bola dan membangun serangan.
Jika Banega dijaga ketat sehingga tidak bisa menjadi opsi untuk dioper, maka Argentina akan semakin kesulitan untuk mengalirkan bola pada Messi atau Sergio Aguero.
 Lionel Messi sering kali dijaga oleh beberapa pemain sekaligus. (REUTERS/Lee Smith) |
Jangan Tempatkan 2-3 Pemain untuk Jaga Messi SekaligusDengan kepiawaian Messi menciptakan peluang, banyak tim yang tergoda untuk menempatkan beberapa pemain sekaligus untuk menjaganya.
Hal ini bisa berarti fatal, yaitu membuka ruang bagi pemain-pemain Argentina lainnya. Apalagi Tim Tango masih memiliki Angel Di Maria, Sergio Aguero, atau Gonzalo Higuain yang piawai mencetak gol.
Prancis bisa menggunakan N'Golo Kante untuk menjaga ketat Messi selama 2x45 menit dan membiarkan gelandang-gelandang lain tetap berada pada posisi lain.
(arh)