Jakarta, CNN Indonesia -- Laga
final Piala Dunia 2018 antara
timnas Prancis melawan
Kroasia bakal menjadi duel beda karakter. Pertarungan bakal sengit di lini tengah.
Dua tim memiliki senjata andalan yang akan dimaksimalkan pada laga nanti. Les Bleus bakal memanfaatkan kekuatan mereka di lini sayap untuk menggedor pertahanan Vatreni.
Tim besutan Didier Deschamps lebih tajam dalam melancarkan serangan dari sayap. Bisa dibilang, serangan-serangan dari dua sisi itu lebih hidup dibandingkan Kroasia.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Di sisi kiri, ada Blaise Matuidi yang lebih banyak melakukan 'manuver' ke jantung pertahanan untuk membongkar pertahanan Dejan Lovren dan kawan-kawan.
Prancis juga memiliki penyerang sayap cepat dengan insting gol tinggi macam Kylian Mbappe yang menambah daya gedor skuat tersebut. Bukan hanya tembakan-tembakan akurat, penyerang Paris Saint-Germain, bahkan sangat berbahaya dalam melepaskan umpan-umpan ciamik di pertahanan lawan.
Kehadiran Antoine Griezmann juga semakin memberikan variasi serangan-serangan skuat Les Bleus. Griezmann yang biasanya diposisikan sebagai
second striker di belakang Olivier Giroud, amat mematikan di dalam kotak penalti tim-tim lawan.
 Kylian Mbappe bukan hanya akurat dalam menembak, tapi juga memiliki umpan-umpan bagus di depan. (REUTERS/Carlos Barria) |
Bukan hanya itu, penyerang Atletico Madrid juga kerap membuka ruang dengan pergerakannya yang sulit diantisipasi para pemain lawan. Ia kerap bergerak ke sisi kiri untuk memberikan umpan-umpan silang ke depan gawang lawan.
Olivier Giroud meski belum pernah mencetak gol di Piala Dunia 2018, striker Chelsea itu cukup diandalkan sebagai pembuka celah pertahanan untuk dimasuki para tukang gedor Les Bleus. Giroud sejauh ini sukses berperan sebagai pemantul bola kepada rekan-rekannya di lini depan.
Berbeda dengan Prancis, serangan-serangan Kroasia lebih hidup di sisi sayap kiri. Di posisi itu ditempati Ivan Perisic yang kerap menghadirkan ancaman serius bagi pertahanan lawan. Sementara di sayap kanan Vatreni yang ditempati Ante Rebic, tak setajam serangan Perisic.
 Antoine Griezmann menjadi penyerang lubang yang amat berbahaya di pertahanan lawan. (REUTERS/Damir Sagolj) |
Vatreni juga punya ujung tombak yang amat berbahaya dalam memanfaatkan peluang seperti striker Mario Mandzukic. Timnas Inggris merasakan keganasan striker Juventus tersebut pada laga semifinal.
Memiliki striker berbahaya, namun serangan-serangan Kroasia tak lebih variatif ketimbang Prancis yang juga memiliki Paul Pogba, gelandang dengan umpan-umpan akurat ke depan. Meski demikian, Kroasia memiliki lini tengah yang lebih solid dengan gelandang-gelandang yang memiliki kemampuan sama baiknya dalam bertahan dan menyerang.
Sebut saja Marcelo Brozovic dan Ivan Rakitic, dua gelandang jangkar Vatreni yang mampu mematahkan serangan lawan sejak dari lini tengah, sekaligus bisa menghadirkan ancaman di pertahanan lawan. Rakitic misalnya, sesekali merangsek menembus kotak penalti tim lawan.
Kroasia juga memiliki gelandang serang tipe pengatur serangan macam Luka Modric. Selain mengatur alur-alur serangan, pemain Real Madrid itu juga sangat baik sebagai 'metronom' pengatur tempo permainan timnya.
 Ivan Rakitic sebagai gelandang jangkar Kroasia yang juga diandalkan membantu serangan timnya. (REUTERS/Christian Hartmann) |
Berkat intensitas permainan menyerang Vatreni ini pula, mereka sukses tembus ke final. Prancis pun kemungkinan tak ingin terpancing untuk berebut penguasaan bola dari Kroasia. Namun, mereka juga tidak mau terlalu menunggu serangan-serangan Vatreni karena juga akan membahayakan Les Bleus.
Prancis tetap akan berusaha memotong serangan-serangan Kroasia dari tengah dengan mengandalkan sang penghancur tempo permainan lawan: N'Golo Kante. Pemain Chelsea itu bisa kembali menjadi kunci bagi tim Ayam Jago dalam menumpas lawan-lawannya di Piala Dunia 2018.
(bac)