Jakarta, CNN Indonesia --
Tottenham Hotspur konsisten 'merusak' persaingan klub-klub papan atas
Liga Inggris dalam tiga musim terakhir atau tepatnya setelah kedatangan manajer asal Argentina, Mauricio Pochettino.
Liverpool, Chelsea, Arsenal dan Manchester United pernah dikalahkan Tottenham dalam perburuan tiket Liga Champions karena tak sanggup menembus posisi empat besar.
Kendati stabil menghuni peringkat tiga besar sejak musim 2015/2016, The Lilywhites kesulitan dalam bersaing merebut gelar juara.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Musim lalu, Spurs baru berhasil menembus peringkat ketiga pada sepertiga akhir musim. Ketika Chelsea menjadi juara pada musim 2016/2017, Spurs pun tidak bisa memberi ancaman berarti meskipun berada di peringkat kedua. Laju Harry Kane dan kawan-kawan yang cukup baik di musim 2015/2016 juga tak mampu mengejar Leicester City.
Menyambut musim baru yang akan dimulai Jumat (10/8) malam waktu setempat, klub asal London Utara itu memilih jalan yang tidak ditempuh klub-klub lain untuk menyambut musim baru. Alih-alih mendatangkan pemain untuk memperkuat tim, Tottenham justru bergeming di bursa transfer. Sebuah tindakan yang aneh dilakukan di saat sepak bola sudah sangat lekat dengan daftar pemain-pemain mahal.
 Mauricio Pochettino telah meyakinkan petinggi Tottenham Hotspur untuk tak berbelanja di awal musim 2018/2019. (Reuters / Phil Noble) |
Dalam masa pramusim Pochettino - yang kerap mengaplikasikan formasi 4-2-3-1 serta turut menjajal formasi 3 bek - mengisyaratkan sudah nyaman dengan skuat yang dimilikinya saat ini.
Manajer yang berpengalaman sebagai pemain bertahan itu mengatakan pilihan tidak mendatangkan pemain baru adalah langkah efektif untuk membuat tim lebih kompetitif. Pochettino juga menegaskan lebih memilih mengisi bangku cadangan dengan pemain-pemain muda didikan akademi Tottenham.
Dengan pemain yang sama dengan musim lalu Pochettino tidak membutuhkan adaptasi dan bisa langsung nyetel sehingga memudahkan start bersaing di papan atas, meskipun belum semua pemain utamanya kumpul.
 Harry Kane dan Dele Alli memiliki kontribusi penting dalam permainan Tottenham Hotspur. (REUTERS/Dylan Martinez) |
Kondisi demikin terjadi lantaran sembilan pemain Spurs bermain hingga fase akhir Piala Dunia 2018 yaitu Kane, Dele Alli, Eric Dier, Danny Rose, Kieran Trippier, Jan Vertonghen, Toby Alderweireld, Mousa Dembele, dan Hugo Lloris. Selain itu Son Heung-min juga dipastikan absen pada awal kompetisi lantaran harus bergabung dengan Timnas Korea Selatan yang berlaga di Asian Games 2018.
Tanpa sembilan pemain yang telat bergabung lantaran menjalani masa liburan yang lebih panjang, kedalaman skuat Spurs akan diuji.
Kane, Christian Eriksen, Alli, Vertonghen, dan Lloris menjadi pemain vital yang kehadirannya dianggap menjadi garansi poin bagi Spurs.
Pochettino berhasil membuat tim yang cukup seimbang di semua lini namun tidak memiliki kedalaman. Ada jarak yang timpang antara pemain utama dan pemain pelapis. Ketika kompetisi sudah bergulir, jadwal yang padat dan kemungkinan cedera pemain di tengah jalan juga menuntut ketersediaan pemain dengan kualitas merata.
Terlepas dari kualitas masing-masing pemain dalam tim yang diprediksi menjadi nilai minus, Spurs dihuni pemain-pemain yang berada dalam kategori usia emas.
Mayoritas pemain-pemain andalan Pochettino berada di rentang usia 24 hingga 29 tahun. Rata-rata umur skuat Tottenham ada di angka 26,2 tahun atau berada di urutan ketujuh dari semua kontestan Liga Primer musim ini.
Untuk sekadar bersaing di papan atas, Spurs memiliki potensi besar. Peringkat ketiga atau keempat cukup masuk akal untuk kesebelasan yang mencapai prestasi terbaik di Liga Primer ketika menyudahi musim 2012016/2017 sebagai
runner up.
(bac)