Jakarta, CNN Indonesia -- Tarik ulur pelatih
Timnas Indonesia berpeluang berakhir malam ini, Senin (17/9).
PSSI kemungkinan besar akan melepas
Luis Milla. Lalu siapakah sosok yang pantas menggantikan Milla?
Dalam 53 hari ke depan, tepatnya pada 9 November 2018, Timnas Indonesia akan menjalani pertandingan pertama di Grup B Piala AFF 2018 melawan Singapura. Namun, hingga kini tim Merah Putih tidak memiliki pelatih kepala.
Kondisi yang dialami Timnas Indonesia mungkin bukan situasi terburuk. Lihat saja timnas Spanyol, yang melakukan pergantian pelatih dua hari sebelum tampil di Piala Dunia 2018. Hasilnya, Spanyol terhenti di babak 16 besar Piala Dunia 2018 setelah dikalahkan Rusia lewat adu penalti.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Di sinilah letak masalahnya. Bayangkan pemain sebesar dan berpengalaman kelas dunia seperti Sergio Ramos, David Silva, Diego Costa, dan yang lainnya di skuat timnas Spanyol saja membutuhkan waktu adaptasi dengan pelatih baru untuk meraih prestasi. Lalu apa jadinya Timnas Indonesia?
Sejumlah nama pelatih pengganti Milla sudah muncul dalam sepekan terakhir, mulai dari Bima Sakti, Simon McMenemy, Rahmad Darmawan, Jacksen F. Thiago, dan Widodo Cahyono Putro. Namun PSSI masih berharap mempertahankan Milla, yang kontraknya habis usai Asian Games 2018 meski awalnya pelatih asal Spanyol mendapat kontrak dua tahun sejak Januari 2017.
 Bima Sakti menjadi asisten Luis Milla di Timnas Indonesia sejak awal 2017. (ANTARA FOTO/Akbar Nugroho Gumay) |
Masuk akal apa yang dilakukan PSSI. Pasalnya, Milla sudah membangun fondasi yang cukup bagus di Timnas Indonesia. Meski Timnas Indonesia U-23 terhenti di babak 16 besar Asian Games 2018, kemajuan signifikan ditunjukkan tim Garuda kurang dari dua tahun dilatih Milla.
Masalah harga dikabarkan menjadi penghambat negosiasi perpanjangan kontrak antara PSSI dengan Milla. Tapi, PSSI harus segera mengambil keputusan, karena waktu kurang dari dua bulan tidak cukup bagi para pemain Timnas Indonesia untuk menerima visi dan filosofi permainan jika nantinya datang pelatih baru.
Jika nantinya PSSI memutuskan untuk tidak menggunakan jasa Milla, maka Bima Sakti merupakan pilihan terbaik untuk Timnas Indonesia saat ini. Banyak faktor yang membuat Bima pantas menjadi pengganti Milla.
Pertama tentu karena Bima adalah asisten Milla sejak kali pertama menangani Timnas Indonesia. Pelatih 42 tahun itu tinggal meneruskan apa yang sudah dibangun Milla di Timnas Indonesia. Para pemain pun tidak akan sulit beradaptasi dengan gaya melatih dan permainan Bima dengan waktu kurang dari dua bulan jepang Piala AFF 2018.
Alasan kedua, Bima sedang tidak terikat kontrak dengan klub. Lain halnya dengan nama-nama kandidat seperti McMenemy, Widodo, RD, dan Jacksen yang sedang menjadi pelatih Liga 1 2018.
 Bima Sakti tidak punya pengalaman melatih sebagai pelatih kepala di level tim senior. (ANTARA FOTO/Sigid Kurniawan) |
Memilih McMenemy yang belakangan santer dikabarkan menjadi kandidat utama pelatih Timnas Indonesia menjadi tidak masuk akal. Pasalnya, Bhayangkara FC sedang bersaing dengan Persib Bandung dan Madura United di puncak klasemen Liga 1 2018. Tidak mungkin McMenemy bisa membagi fokus antara klub dan Timnas Indonesia jika terpilih.
Faktor terakhir yang membuat Bima akan menjadi pilihan PSSI adalah harga yang terlalu mahal. Dibanding Milla dan kandidat pelatih lainnya, nilai gaji Bima dipastikan di bawah dan masuk kantong PSSI yang belakangan sempat dikabarkan menunggak gaji Milla.
Satu-satunya yang menjadi keraguan jika Bima terpilih sebagai pelatih Timnas Indonesia adalah pengalamannya memimpin pertandingan. Bima mungkin kenyang sebagai pemain, tapi dia tidak pernah menjadi pelatih kepala, baik di level klub dan timnas senior.
Bima memulai karier kepelatihan menjadi asisten pelatih bersama Persiba Balikpapan pada 2016. Bima kemudian menjadi asisten pelatih Timnas Indonesia pada 2017, terpilih pelatih sementara Timnas Indonesia U-19 dan belakangan dipercaya menjadi pelatih kepala Timnas Indonesia U-15.
Meski memiliki lisensi pelatih A AFC, Legenda sepak bola Indonesia itu belum pernah dalam posisi memimpin pertandingan saat timnya posisi tertinggal. Bima belum pernah dalam posisi tertekan. Detail-detail kecil ini yang membuat pemilihan Bima pantas diragukan.
(bac)