ANALISIS

Fandi Ahmad Baca, Puji, dan Hancurkan Timnas Indonesia

Nova Arifianto | CNN Indonesia
Sabtu, 10 Nov 2018 08:03 WIB
Tanpa rencana cadangan yang dimiliki Bima Sakti, Timnas Indonesia harus menelan kekalahan dari Singapura di laga pertama Grup B Piala AFF 2018.
Timnas Singapura meraih tiga poin ketika menjamu Timnas Indonesia di Stadion Nasional, Kallang, Jumat (9/11). (ANTARA FOTO/Sigid Kurniawan)
Jakarta, CNN Indonesia -- Timnas Indonesia meraih hasil yang tidak diinginkan dalam laga perdana Piala AFF 2018. Skor 1-0 untuk Singapura memupus harapan melakukan start apik tim Garuda di awal perhelatan.

Belum hilang dari ingatan penampilan Timnas Indonesia yang cukup menawan di Asian Games, kendati harus takluk di babak 16 besar. Ingatan itu coba untuk diwujudkan kembali dalam kejuaraan antarnegara Asia Tenggara.

Menghadapi Singapura, yang belakangan kehilangan taji di level regional, Timnas Indonesia memiliki peluang untuk meraih tiga poin.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Kubu The Lions pun seperti sadar dengan posisinya. Kiper Izwan Mahbud pun mengakuinya. Sementara pelatih Fandi Ahmad melontarkan sanjungan-sanjungan manis mengenai permainan Indonesia yang disebut spesial, berbeda, berbahaya, dan memiliki pemain lincah.

Lebih frontal lagi, mantan pemain yang pernah berlaga di Indonesia membela Niac Mitra itu menyatakan iri dengan gaya sepak bola skuat asuhan Bima Sakti yang mampu bermain satu-dua.

Alberto Goncalves berduel dengan Irfan Fandi dalam laga Grup B Piala AFF 2018. (ANTARA FOTO/Sigid Kurniawan)
Kata-kata tersebut keluar pada saat konferensi pers satu hari jelang laga. Sehari berselang, kick-off dilakukan. Timnas Singapura mendapat jatah menguasai bola lebih dulu.

Di menit-menit awal, Timnas Indonesia coba memperagakan penguasaan dominasi bola. Sebuah hal yang berhasil dilakukan. Namun, sekadar penguasaan bola tanpa peluang mencetak gol adalah sia-sia belaka.

Fandi tampak benar-benar memperhatikan kata-kata yang keluar dari mulutnya pada konferensi pers.

Mantan ujung tombak Singapura itu memang memuji Indonesia secara tersurat, tapi secara tersirat ia sudah benar-benar mempersiapkan anak asuhnya menghadapi Evan Dimas dan kawan-kawan.

Penjaga Gawang Singapura, Hassan Sunny, tidak mendapat ujian cukup berat ketika berhadapan dengan Timnas Indonesia.Penjaga Gawang Singapura, Hassan Sunny, tidak mendapat ujian cukup berat ketika berhadapan dengan Timnas Indonesia. (ANTARA FOTO/Sigid Kurniawan)
Timnas Singapura bermain rapat untuk mencegah permainan satu-dua sang tamu. Selain itu untuk menghentikan serangan sayap, Fandi menginstruksikan anak asuhnya untuk memotong bola yang dialirkan ke Febri Hariyadi dan Irfan Jaya yang kemudian digantikan Riko Simanjuntak.

Ketika bola berada di sayap, Fandi pun sudah menyiapkan barisan pemain lain untuk menjaga kelincahan pemain-pemain mungil Indonesia.

Tidak berhenti di situ saja, Fandi pun seperti memberi restu pada pemainnya untuk menjahili Evan Dimas dan Zulfiandi. Dua pemain yang menjadi otak aliran bola Timnas Indonesia selalu diganggu dalam keadaan hendak melakukan serangan balik.

Kondisi tersebut tak pelak menyulitkan Timnas Indonesia untuk membangun serangan balik cepat yang terarah.

Kemampuan timnas Singapura bermain rapat kemudian membuat lini tengah Indonesia seakan tanpa fungsi karena pemain belakang beberapa kali mengirim bola panjang ke depan.

Febri Hariyadi sempat melepaskan tembakan kencang dari luar kotak penalti.Febri Hariyadi sempat melepaskan tembakan kencang dari luar kotak penalti. (ANTARA FOTO/Sigid Kurniawan)
Keberhasilan timnas Singapura mencetak gol adalah bonus dari kemampuan mereka menghancurkan rencana permainan Timnas Indonesia.

Gol yang dicetak ke gawang Andritany Ardhyasa sejatinya dilakukan lewat proses yang tidak asing. Bola dari sisi kiri dilepas ke sisi kanan lantas dikirim ke depan gawang. Gol kemudian terjadi lantaran Singapura mampu menempatkan Hariss Harun di lini kedua untuk mengeksekusi si kulit bundar.

Proses yang hampir mirip terjadi pada menit ke-40 atau tiga menit setelah gol terjadi. Bola crossing Singapura menghadirkan ancaman.

Timnas Indonesia cukup akrab dengan skema menyerang seperti itu, namun sepanjang laga tidak bisa mengaplikasikannya.

Selama 90 menit, Beto Goncalves yang menjadi ujung tombak tidak mendapat bola-bola matang di kotak penalti. Pemain Sriwijaya FC itu lebih banyak terlihat membantu mengambil bola di area tengah dan turut memenangkan duel di sayap.

Ketiadaan rencana cadangan dari Bima untuk memainkan bola membuat Fandi cukup nyaman mengulang gaya permainan yang sama di babak kedua. Bahkan dengan kepercayaan diri tinggi berkat keunggulan di babak pertama, timnas Singapura terlihat bermain lebih aktif menyerang di awal babak kedua.

Timnas Indonesia sempat melakukan variasi serangan melalui tembakan jarak jauh dan begitu pula sentuhan satu-dua sempat terlihat, namun gagal berlangsung secara berkelanjutan sehingga hanya memunculkan harapan-harapan untuk mencetak gol.

Kekalahan harus ditelan di laga pertama. Tapi, Timnas Indonesia tidak boleh larut dalam kekecewaan. Pasalnya, laga melawan Timor Leste sudah ada di depan mata dan kemenangan wajib diraih. (har)
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER