Pakai Jersey Qatar, Suporter Asal Inggris Ditangkap di UEA

CNN Indonesia
Rabu, 06 Feb 2019 18:52 WIB
Suporter asal Inggris Ali Issa Ahmad ditangkap polisi di Uni Emirat Arab (UEA) karena memakai jersey timnas Qatar usai menyaksikan pertandingan Piala Asia 2019.
Ilustrasi timnas Qatar. (REUTERS/Suhaib Salem)
Jakarta, CNN Indonesia -- Suporter asal Inggris Ali Issa Ahmad ditangkap polisi di Uni Emirat Arab (UEA) karena memakai jersey timnas Qatar usai menyaksikan babak 16 besar Piala Asia 2019.

Ahmad menyaksikan langsung laga Qatar vs Irak yang digelar di Stadion Al Nahyan pada 22 Januari. Duel ini dimenangkan Qatar dengan skor 1-0.

Persoalannya, Ahmad mengenakan baju timnas Qatar yang hubungan diplomatiknya dengan UEA sedang bermasalah. Pria berusia 26 tahun tersebut tidak tahu bahwa memakai jersey Qatar di UEA merupakan pelanggaran hukum.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Pihak berwenang UEA mengumumkan pada 7 Juni 2017 bahwa menunjukkan simpati kepada Qatar di media sosial atau dengan cara komunikasi lainnya adalah pelanggaran."

"Pelanggar bisa dipenjara dan dikenakan denda besar. Anda harus menghormati tradisi lokal, pakaian, hukum, dan agama sepanjang waktu," demikian pernyataan resmi dari pihak kedutaan UEA seperti dilansir The Guardian.

Peringatan tersebut terkait pada pemutusan hubungan diplomatik antarkedua negara yang terjadi sejak Mei 2017. UEA menuding Qatar telah merusak keamanan dan stabilitas di kawasan Timur Tengah dengan mendanai dan menampung kelompok-kelompok teror.

Saat ditangkap, Ahmad diberikan satu kali kesempatan untuk menggunakan telepon. Penggemar klub Arsenal ini lalu menghubungi temannya, Amer Lokie.

"Sulit untuk diceritakan. Dia hanya pergi untuk menyaksikan pertandingan sepak bola saat berlibur di UEA dan ditangkap serta dipukuli karena dituduh sebagai pendukung Qatar. Ketika dia berhasil mengontak saya, petugas keamanan duduk di samping dia," kata Lokie.

"Dia [Ahmad] tidak bisa banyak berkata-kata. Dia tidak diperkenankan berbicara panjang dan saya tidak yakin apa yang sebenarnya sedang terjadi. Tampaknya ia kemudian dibebaskan setelah ditahan dan diserang petugas keamanan dalam mobil," katanya menambahkan.

Ahmad, lanjut Lokie, mencoba melaporkan tindakan pihak keamanan tersebut ke kantor kepolisian terdekat. Alih-alih mendapat pertolongan, ia malah dituduh berbohong atas laporan setelah diserang di sebuah tempat bernama Al Sharjar.

"Dia [Ahmad] sangat mencintai sepak bola. Dia pergi untuk menonton banyak pertandingan sepak bola di Inggris. Dia pria yang baik dan pendiam, sosok orang yang selalu membantu orang lain," ucap Lokie.

"Suaranya ketakutan ketika berbicara dengan saya via telepon. Ia berbicara dengan sangat lambat," ucapnya melanjutkan.

Lokie mengatakan ponsel Ahmad diambil petugas dan dihapus segala data di dalamnya. Ahmad, lanjutnya, disekap dalam sebuah ruangan kecil selama dua hari.

"Dia [Ahmad] memohon agar dibebaskan. Saya lalu menghubungi Kantor Luar Negeri untuk meminta pertolongan. Saya kaget dan khawatir bahwa dia ditangkap dan diserang karena jersey sepak bola yang dia kenakan, ini sangat serius," ujar Lokie.

Sementara itu juru bicara Kedutaan UEA mengatakan sedang menyelidiki tuduhan tersebut. UEA, ujarnya, adalah negara yang dibangun berdasarkan aturan hukum dan menghormati individu.

"Kami akan mengambil tindakan atas segala tindakan pelanggaran hak asasi manusia dengan sangat serius --apakah itu menyangkut salah satu warga negara kami, atau 1,5 juta warga Inggris yang mengunjungi kami setiap tahun," tutur juru bicara tersebut.

Peristiwa yang dialami Ahmad bukan kali pertama terjadi di UEA. Pada November 2018, seorang akademisi Inggris bernama Matthew Hedges kembali ke Inggris setelah dituduh sebagai mata-mata.

Hedges menjalani tujuh bulan dari keputusan hukuman seumur hidup oleh pihak berwenang UEA. Hukuman tersebut ia jalani dalam sebuah sel isolasi. Ia dibebaskan usai menerima pengampunan dari otoritas UEA. (map/jun)
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER