Jakarta, CNN Indonesia --
Ezra Walian tidak bisa memperkuat
Timnas Indonesia U-23 di
kualifikasi Piala Asia U-23 2020. Striker 21 tahun itu tidak mendapatkan lampu hijau dari FIFA untuk memperkuat Tim Garuda Muda.
Masalah administrasi Ezra muncul ke permukaan saat berlangsungnya rapat koordinasi pra-pertandingan jelang tampil di kualifikasi Piala Asia U-23 2020 di Hanoi, Kamis (21/3).
Perwakilan PSSI mengatakan pendaftaran Ezra tidak diterima oleh Kondeferasi Sepak Bola Asia (AFC). Status pemain kelahiran Amsterdam bermasalah karena pernah membela timnas Belanda U-17 di kualifikasi Piala Eropa 2014.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Ezra sudah dua kali membela timnas Belanda di level junior pada kompetisi resmi UEFA. Menurut catatan Transfermarkt, Ezra tampil saat melawan San Marino, 19 Oktober 2013, dan kemudian Georgia.
Kiprah bersama timnas Belanda U-17 itu pula yang akhirnya mengganjal langkah Ezra. Dalam kasus ini, AFC mengetahui bahwa Ezra adalah pemain naturalisasi.
Diduga masalah soal status ini muncul karena aduan dari Federasi Sepak Bola Vietnam (VFF) kepada AFC. Hal itu pula yang membuat PSSI diminta AFC mengkonfirmasi soal keabsahan Ezra ke Federasi Sepak Bola Belanda (KNVB).
Dalam rilisnya, PSSI mengklaim sudah mengirim dokumen yang diminta AFC berupa sumpah kewarganegaraan hingga decree presiden. Namun, masalah Ezra ini mentok karena KNVB merespons surat dari PSSI dengan mencantumkan bahwa pemain RCK Waalwijk itu pernah membela timnas Belanda U-17 di kualifikasi Piala Eropa tahun 2013.
 Ezra Walian akhirnya tidak masuk dalam daftar 23 pemain Timnas Indonesia U-23. (ANTARA FOTO/Fikri Yusuf) |
AFC kemudian meminta PSSI mendapatkan persetujuan FIFA. PSSI pun telah mengirimkan dokumen yang dibutuhkan; sumpah, decree, pernyataan dari Wzra, paspor Belanda, paspor Indonesia - versi Inggris dan Bahasa.
Setelah ditinjau FIFA tetap pada peraturannya bahwa Ezra tidak dapat berpindah asosiasi karena pernah bermain di kompetisi resmi sebelum dinaturalisasi tahun 2017 lalu.
Ezra terganjal statuta FIFA pasal 5 ayat 2 terkait tata cara seorang pemain membela tim nasional.
"Dengan pengecualian terhadap kondisi yang dijelaskan pada pasal 8, setiap pemain yang pernah bermain di pertandingan [baik penuh maupun tidak] pada pertandingan kompetisi resmi di setiap kategori dan jenis sepak bola atas nama salah satu asosiasi tidak diperbolehkan untuk bermain di pertandingan internasional asosiasi lainnya," bunyi pasal 5 FIFA.
Ezra tidak memenuhi pengecualian yang kemudian tertuang di pasal 8 yang mengatur sejumlah pengecualian. Di pasal 8 tersebut, FIFA menyebut seorang pemain punya kesempatan untuk melakukan permintaan penggantian kewarganegaraan satu kali dalam hidupnya, baik itu untuk pemain yang berkewarganegaraan ganda maupun pemain yang punya kesempatan mendapat kewarganegaraan baru.
Status Ezra lantas terganjal oleh butir A yang berbunyi: "Dia tidak pernah bermain [baik penuh maupun tidak] di kompetisi resmi pada kategori 'A' pertandingan untuk asosiasinya saat itu, dan pada saat ia bermain secara penuh maupun tidak di pertandingan internasional pada kompetisi resmi dari asosiasinya saat itu [asosiasi sebelumnya], ia telah memiliki kewarganegaraan dari tim yang ia hendak bela [asosiasi baru]."
 Timnas Indonesia U-23 hanya akan diperkuat Dimas Drajad dan Marinus Wanewar karena Ezra Walian terganjal masalah administrasi. (ANTARA FOTO/Wahyu Putro A) |
Pertanyaan pun muncul terkait peran PSSI dalam masalah keabsahan Ezra Walian. Induk organisasi sepak bola Tanah Air itu sudah sepatutnya bisa mengantisipasi masalah yang mungkin timbul terkait Ezra.
Hal ini dikarenakan proses naturalisasi Ezra sudah dilakukan sejak dua tahun lalu atau tepatnya pada 2017. Artinya, PSSI punya banyak waktu untuk membereskan persoalan ini termasuk untuk menjernihkan persoalan administrasi sang pemain.
Ezra sendiri pernah tampil bersama Timnas Indonesia kelompok umur di SEA Games Malaysia 2017 Ia juga pernah bermain dalam laga uji coba Timnas senior melawan Myanmar di Stadion Pakansari, Cibinong, Kabupaten Bogor, Maret 2017.
Apalagi PSSI sudah tidak asing dengan kehadiran pemain naturalisasi yang pernah membela timnas junior di sebuah negara. Mantan gelandang Persebaya Surabaya, Raphael Maitimo, menjadi salah satu contoh dalam hal ini.
Namun, tidak menutup kemungkinan pula ada kealpaan dari federasi terkait masalah ini karena pemain yang membela Timnas senior yang berbeda dari timnas junior seringkali terjadi. Kondisi ini tidak berlaku hanya di Indonesia, tetapi juga di negara lain.
"Kami baru tahu ini. Kami juga kaget karena di SEA Games bisa main. Ketika itu dia masuk. Makanya, ini apa pertimbangannya?" ujar Asisten Kepala Delegasi Timnas Indonesia U-23, Sumardji, saat dikonfirmasi soal masalah administrasi Ezra, Kamis (22/3).
Selain PSSI, media maupun pencinta sepak bola di Tanah Air sedikit banyak punya andil atas masalah administrasi Ezra ini. Media juga tidak melakukan proses pengecekan yang detail untuk mengetahui secara lebih jelas mengenai statuta FIFA yang mengatur tentang boleh tidaknya seorang pemain naturalisasi membela timnas.
Sebaliknya, media justru kerap larut dalam euforia seiring kehadiran para pemain naturalisasi, termasuk Ezra yang mulai berlangsung tahun 2010. Setali tiga uang, masyarakat sepak bola juga larut dalam euforia yang sama. Oleh karena itu, masalah Ezra ini membuat semua pihak termasuk PSSI, media, maupun fan sepak bola di tanah air bisa menjadi lebih baik.
Dengan demikian semua stakeholder sepak bola di Indonesia harus belajar dari masalah Ezra ini. Terlebih, masih ada sejumlah pemain keturunan yang rencananya akan dinaturalisasi.
[Gambas:Video CNN] (har)