Jakarta, CNN Indonesia --
"Selama ada permainan bulutangkis, nama saya tidak akan hilang. Sama saja orang mau melupakan bung Karno juga tidak bisa."Kalimat itu yang diucapkan
Tan Joe Hok dalam wawancara dengan CNNIndonesia.com pada 2014 lalu.
Jonatan Christie,
Taufik Hidayat, Alan Budikusuma, Icuk Sugiarto, Liem Swie King, dan Rudy Hartono adalah deretan nama juara dari banyak pebulutangkis hebat yang pernah mengharumkan nama Indonesia.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Mereka telah mengharumkan nama Indonesia lewat torehan-torehan emas di lapangan badminton. Di awal jalan itu, berdiri nama Tan Joe Hok.
Sudah hal lazim bila seorang pebulutangkis punya sosok idola yang jadi sumber inspirasi. Hal itu juga yang berlaku di Indonesia. Dari generasi ke generasi. Ketika hal itu ditarik ke titik awal, maka inspirasi itu berasal dari Tan Joe Hok.
Tan Joe Hok bersama Ferry Sonneville, Tan King Gwan, Njoo Kiem Bee, dan Eddy Yusuf berhasil mengalahkan Malaysia di partai final dengan skor telak 6-3.
Saat itu, Malaysia adalah negara yang kekuatan bulutangkisnya sudah lebih solid lantaran sering berkiprah di turnamen level dunia. Sementara itu Indonesia adalah pendatang baru.
 Prestasi Tan Joe Hok membuat pebulutangkis Indonesia makin yakin bisa memiliki prestasi di tingkat dunia. (Putra Permata Tegar Idaman) |
Namun ternyata, kekuatan Indonesia yang selama ini hanya bersaing di level lokal bisa tetap menggigit di level dunia.
Kemenangan di Piala Thomas 1958 ini adalah salah satu fondasi keyakinan bahwa badminton Indonesia tidak patut hanya sekadar jadi olahraga dengan tingkat persaingan nasional.
Bukti bahwa badminton Indonesia bisa bersaing di level internasional kembali ditegaskan oleh Tan Joe Hok setahun kemudian. Tan Joe Hok jadi pebulutangkis Indonesia pertama yang mampu jadi pemenang di All England. Tan Joe Hok memenangkan All Indonesian Final melawan Ferry Sonneville.
Dua kemenangan itu yang kemudian membuat badminton jadi salah satu pegangan Indonesia untuk mengangkat nama di dunia. Anak-anak dan pemuda di bawah Tan Joe Hok pun mulai berani bermimpi tinggi.
Era Tan Joe Hok mengejar mimpi jadi pebulutangkis terhebat di dunia adalah era saat badminton belum bisa dijadikan pegangan dan sandaran hidup.
Di tengah kondisi ekonomi Indonesia yang masih sulit pascamerdeka, Tan Joe Hok hanya bisa menggunakan sandal bakiak sebagai 'raket' dalam perkenalan awalnya dengan badminton.
 Tan Joe Hok berusaha keras untuk sekadar memiliki raket baru. (CNN Indonesia/Putra Permata Tegar Idaman) |
Tan Joe Hok juga harus bekerja keras sebagai ball boy demi bisa membeli raket impian.
Bahkan setelah jadi juara All England, Tan Joe Hok tak bisa sepenuhnya menceburkan diri sebagai atlet badminton. Tan Joe Hok juga harus kuliah di Amerika Serikat.
Namun hal itu tidak menghalangi tekad Tan Joe Hok untuk terus mengharumkan nama Indonesia. Ia selalu turun membela Indonesia dan berhasil mempertahankan Piala Thomas di dua kesempatan berikutnya.
Tan Joe Hok dan kawan-kawan mengajarkan, Indonesia bisa jadi yang terbaik di dunia badminton.
Ada jalan panjang yang ditawarkan badminton Indonesia. Ada tujuan yang lebih luas yang diberikan oleh permainan tepok bulu tersebut. Tan Joe Hok dan kawan-kawan bisa melakukannya lewat dominasi di Piala Thomas dan kebanggaan itu yang kemudian diwariskan dan layak diperjuangkan.
Kemenangan dan kejayaan di era Tan Joe Hok akhirnya jadi kebanggaan. Kebanggaan itu kemudian diwariskan ke generasi berikutnya, seterusnya, dan setelahnya.
Hingga kini, begitu berbicara badminton, maka impian yang mutlak untuk para pebulutangkis Indonesia adalah menjadi yang terbaik di dunia.
Selamat ulang tahun, Tan Joe Hok! (ptr/har)