Jakarta, CNN Indonesia --
La Liga memasuki musim baru, namun tetap saja persaingan diprediksi tak lepas dari dua penguasa lama
Real Madrid dan
Barcelona.
Jika ada kandidat tambahan, atau bisa disebut sebagai pengganggu Madrid dan Barcelona, maka tim itu tidak lain adalah Atletico Madrid. Jika ada klub lain yang mampu menyodok ke peringkat tiga besar, itulah yang dinamakan kejutan.
Dalam sejarah La Liga yang sudah berlangsung sejak 1929, Madrid dan Barcelona adalah kekuatan yang tak tergantikan sejak dahulu. Keduanya memegang dominasi perebutan takhta juara. Madrid juara 33 kali dan Barcelona mengumpulkan 26 gelar.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Jika perhitungan dipersempit selepas era peralihan milenium, atau dua dekade terakhir, hanya tiga klub di luar Barcelona dan Madrid yang bisa menyelesaikan musim sebagai juara yakni Deportivo La Coruna pada 1999/200, Valencia pada 2001/2002 dan 2003/2004, serta Atletico Madrid pada 2013/2014.
Pada kurun waktu yang sama, Barcelona lebih unggul atas Madrid. Blaugrana tampil sebagai pemuncak klasemen akhir pada 10 musim. Sedangkan Los Blancos hanya enam kali saja menjadi klub dengan perolehan poin terbanyak.
 Barcelona merupakan juara bertahan La Liga. (LLUIS GENE / AFP) |
Memasuki musim baru seluruh tim melakukan pembenahan, tidak terkecuali dua raksasa pengumpul gelar. Kondisi tersebut membuat Madrid dan Barcelona masih menjadi tim favorit.
Madrid Mencari Gelar Perdana Sejak 2017Usai kegagalan yang dialami Julen Lopetegui, dan Santiago Solari, Madrid pada akhir musim lalu langsung mendatangkan Zinedine Zidane kembali ke Santiago Bernabeu.
Gagal membangkitkan Madrid secara instan, manajemen El Real masih memberi kepercayaan kepada Zidane untuk mengangkat performa tim pada musim 2019/2020. Untuk mendukung kinerja Zidane, Madrid lantas mendatangkan sederet pemain-pemain top.
 Eden Hazard menjadi salah satu pemain baru yang bakal diandalkan Real Madrid. (Kevin Jairaj-USA TODAY Sports) |
Eden Hazard, Luka Jovic, Eder Militao, Ferland Mendy, dan Rodrygo adalah pembelian baru Madrid yang menguras uang klub hingga mencapai lebih dari 300 juta euro.
Segala ikhtiar Madrid tidak lain dan tidak bukan dimaksudkan untuk mengalahkan sang rival utama, Barcelona, dalam persaingan meraih gelar juara. Dalam 10 tahun terakhir, Madrid hanya mampu dua kali menjadi kampiun. Kali terakhir merasakan gelar juara adalah pada musim 2016/2017. Bahkan setelah menjadi juara, Madrid hanya mampu menempati peringkat ketiga di klasemen akhir.
Upaya Barcelona Mempertahankan GelarKemerosotan Madrid di kompetisi lokal tak lepas dari performa konsisten Barcelona yang tampil pada level terbaik.
Tak cukup dengan mengandalkan Lionel Messi sebagai nyawa tim, kesebelasan asal Catalunya tersebut menambah kekuatan tim dengan mendatangkan beberapa pemain termasuk Antoine Griezmann, dan Frenkie De Jong.
 Antoine Griezmann menjadi anggota baru Barcelona. (REUTERS/Kim Kyung-Hoon) |
Bersama Ernesto Valverde, selama dua musim terakhir, Barcelona menunjukkan tidak memiliki kesulitan dalam bersaing di kompetisi lokal. Yang menjadi tantangan bagi Barca bersama Valverde adalah gelar Liga Champions.
Barcelona pun masih pantas mendapat predikat favorit juara lantaran tim masih cukup solid baik di dalam lapangan maupun di dalam ruang ganti.
Generasi Baru Atletico Intip PeluangTak ada lagi pemain-pemain tua macam Diego Godin, Juanfran atau Filipe Luis di dalam daftar pemain Atletico. Antoine Griezmann, Lucas Hernandez, Rodri, dan Gelson Martins pun sudah hengkang. Kini Diego Simeone mengandalkan pemain-pemain baru.
Joao Felix adalah nama yang menyita perhatian karena membuat Atleti mengeluarkan dana hingga 126 juta euro untuk membayar transfer pemain 19 tahun tersebut.
 Diego Simeone menjalani musim kesembilan di Atletico Madrid. (REUTERS/Javier Barbancho) |
Selain pemain asal Portugal itu, Los Colchoneros juga mendatangkan beberapa pemain berpengalaman seperti Marcos Llorente dan Kieran Trippier.
Jika adaptasi berjalan dengan lancar, maka Atletico bakal menjadi sandungan berarti bagi Barcelona dan Madrid.
Kejutan di Luar Tiga Besar
Selain Real Madrid, Barcelona, dan Atletico Madrid, bukan berarti klub-klub lain tak bisa menembus posisi tiga besar atau bahkan menjadi juara. Namun kemungkinan cukup kecil untuk melihat kejutan besar tersebut.
Kesebelasan semacam Sevilla, Valencia, Athletic Bilbao, atau Real Betis tentu memiliki ambisi besar melampaui capaian mereka pada musim-musim terdahulu. Klub-klub tersebut setidaknya bakal bersaing ketat memperebutkan posisi zona Liga Champions atau empat besar.
Tingkat persaingan yang ketat dan seru pun bisa terjadi dengan keberadaan non-unggulan yang kompetitif dan konsisten selama sembilan bulan.
Bukan tak mungkin pula ganjalan dari klub-klub papan tengah dapat memengaruhi persaingan papan atas dalam perburuan gelar juara, sehingga persaingan berjalan ketat dan kampiun tak muncul jauh-jauh hari sebelum La Liga 2019/2020 bubar pada 24 Mei 2020.
[Gambas:Video CNN] (nva/jal)