Setiap turnamen tarkam tak lepas dari para petaruh. Bahkan uang taruhan yang beredar dari satu pertandingan tarkam bisa mencapai Rp20-30 juta.(CNN Indonesia/Safir Makki)
Jakarta, CNN Indonesia -- Pada sekitar pukul tiga sore di bulan Oktober, belasan orang mendatangi salah satu sudut lapangan Mini Gebyuran, Joglo, Jakarta Barat, tempat turnamen tarkam Porsegeb akan digelar. Sebagian berdiri di pinggir lapangan dan sebagian lainnya duduk di warung tenda yang jaraknya tidak jauh dari lapangan.
Mereka terlihat asyik berbincang satu dengan yang lain, sesekali menyeruput kopi dan mengisap rokok.
Berjarak beberapa meter dari warung tersebut, orang-orang yang berdiri di pinggir lapangan membentuk pola setengah lingkaran. Satu per satu dari kerumunan itu bergantian menendang bola ke arah gawang yang jaraknya 30 meter. Mereka hanya bertelanjang kaki menendang bola ke gawang yang kosong.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Belasan orang tersebut pun sukses mencuri perhatian. Teriakan-teriakan dan ekspresi mereka mengundang penasaran segelintir penonton di bagian lain lapangan.
Sebenarnya sore itu penonton belum benar-benar ramai. Pertandingan antara Sparta FC melawan Putra Betawi baru akan dimulai satu jam kemudian. Hanya para pedagang dan anak-anak kecil yang terlihat. Tak ayal teriakan-teriakan dari kerumunan orang itu pun jelas terdengar.
Disela-sela waktu tersebut, belasan orang yang sedari tadi paling aktif di pinggir lapangan coba memanfaatkan waktu yang tersisa. Saat bola tendangan salah satu orang dari kerumunan itu tepat bersarang ke jaring gawang, dia akan menerima uang. Jumlahnya bisa mencapai Rp500 ribu.
Di sela-sela pertandingan tarkam, para petaruh sering melakukan adu penalti sembari mempertaruhkan uang. (CNN Indonesia/Safir Makki)
Berbeda dari penonton biasa, belasan orang kerumunan itu dikenal warga sebagai petaruh atau penjudi. Umumnya mereka akan datang ketika turnamen tarkam digelar.
Para petaruh ini datang dengan tujuan yang berbeda. Di saat penonton hanya ingin dapat hiburan, para petaruh yang berasal dari berbagai tempat itu ingin cuan alias cari untung.
Mereka berasal dari beragam profesi, mulai dari penjual tanaman hias, distributor gas, hingga karyawan kantoran. Mereka datang dengan pakaian yang sesantai mungkin. Kebanyakan malah menggunakan sandal jepit.
Namun jika diamati lebih jeli, akan tampak jelas perbedaannya. Para petaruh ini selalu memegang uang di salah satu tangannya, baik itu pecahan Rp20 ribu, Rp50 ribu, atau bahkan Rp100 ribu. Mereka biasa berkerumun di satu titik lapangan agar negosiasi sesama petaruh lebih mudah saat pertandingan berlangsung.
Para petaruh ini bukan hanya menebak tim A atau B yang jadi pemenang. Kadang mereka bertaruh tim mana yang akan menendang bola pertama. Ada pula yang berjudi memilih tim yang mencetak gol lebih dahulu, tim yang dapat kartu kuning pertama, hingga tim yang memenangi adu penalti. Ada banyak kemungkinan di lapangan yang bisa dijadikan taruhan.
"Judinya macam-macam. Ada yang main voor-vooran, ada juga yang menebak siapa tim pertama kick-off sampai tim yang kartu kuning pertama," ujar Andri yang ditemui CNNIndonesia.com di lapangan.
"Buat saya ini [taruhan] sekadar hiburan saja. Karena tarkam kalau enggak ada yang begini, enggak ramai. Justru yang datang itu [menonton pertandingan tarkam] mayoritas petaruh."
Setiap pertandingan tarkam biasanya tak lepas dari para petaruh atau penjudi. (CNN Indonesia/Safir Makki)
Andri mengaku koceknya bisa terkuras sampai Rp2 juta untuk bertaruh dalam satu pertandingan.
"Itu kalau kalah. Kalau menang taruhan bisa sampai segitu juga nilainya," kata pria berpostur jangkung ini saat berbincang.
Andri dan kawan-kawannya bukan sembarangan dalam bertaruh. Sebelum pertandingan dimulai, mereka akan mengamati seksama pemain dari kedua tim yang bertanding. Apakah tim tersebut hanya diperkuat pemain lokal atau ada pemain asing.
Biasanya para petaruh ini akan wara-wiri ke bangku cadangan kedua tim. Tujuannya hanya satu agar mereka tidak salah memilih tim dan bisa pulang mendulang uang sebanyak mungkin usai pertandingan.
Bukan hanya skor pertandingan, para petaruh juga kadang menebak penendang gol pertama, atau bahkan tendangan sudut pertama. (CNN Indonesia/Safir Makki)
Sulit Ditertibkan
Begitu pertandingan berlangsung, petaruh yang terdiri dari beragam usia, mulai anak-anak muda hingga orang tua itu sulit diatur. Apalagi, jumlah petugas keamanan yang sangat terbatas, membuat kerumunan tersebut sulit 'ditertibkan'.
Setiap turnamen tarkam biasanya hanya mempekerjakan tiga sampai empat petugas keamanan. Tak jarang pula yang direkrut adalah para 'jagoan' setempat.
Kerumunan penonton, termasuk petaruh bukan hanya berdiri melewati garis pinggir lapangan, tetapi juga kerap bertingkah bak bos pemilik tim tersebut.
Kondisi itu membuat hakim garis kerap dibuat geleng-geleng kepala. Asisten wasit pun terpaksa mengalah dan justru berdiri di sisi dalam lapangan. Tak jarang, para petaruh buru-buru menyingkir karena ada pemain yang berebut bola di dekat pinggir lapangan.
"Tolong itu abang-abang yang ada di sisi sebelah sana agak mundur. Masak menonton bola sampai melewati garis lapangan. Ayo tolong dibantu biar sama-sama enak," seru Abang Yaya, komentator pertandingan Porsegeb lewat pengeras suara.
Mendengar imbauan itu, para petaruh mundur teratur. Namun, itu tidak berlangsung lama karena mereka kembali berdiri melewati garis pinggir hanya dalam hitungan detik.
Saat ada pemain dari salah satu tim yang didukung tampil buruk, para petaruh ini bisa mendadak berubah jadi orang paling kejam. Teriakan bernada makian kerap terdengar saat mereka kecewa.
"Ganti saja itu pemain nomor sembilan. Masak main bola begitu, lemas banget. Masih ada kan itu pemain di bangku cadangan yang lain," ucap salah seorang petaruh ketus.
"Bagaimana mau menang kalau mainnya begitu. Mengoper bola saja masih salah," sahut petaruh yang lain dengan nada tinggi.
Warga mengadakan taruhan uang sebelum Pertandingan laga Porsegeb Cup IV di Stadion mini Gebyuran, Joglo, Jakarta Barat. (CNN Indonesia/Safir Makki)
Saweran ke Pemain
Tak selamanya para petaruh ini galak di pinggir lapangan. Mereka bisa mendadak jadi dermawan saat pemain yang mereka dukung bisa membobol gawang lawan.
Jika itu terjadi, pemain yang mencetak gol akan dipanggil ke sisi lapangan, mendatangi uang yang dilambai-lambaikan. Jika sedang mujur, pemain bisa mendapatkan uang ratusan ribu rupiah dari beberapa petaruh yang menang taruhan berkat gol pemain tersebut.
Biasanya setelah mencetak gol dan melakukan selebrasi, pemain yang bersangkutan menghampiri kerumunan penonton. Sang pemain mengambil uang saweran dari salah satu atau sejumlah penonton yang tak lain adalah petaruh.
Tentu saja pemain yang langganan disawer adalah striker atau penyerang karena punya kans besar mencetak gol. Meski demikian, bukan berarti pemain macam kiper tak berpeluang mendapat saweran dari petaruh.
Sang penjaga gawang biasanya mendapat uang dari petaruh jika berhasil menggagalkan peluang pemain lawan dari adu penalti. Pertandingan biasanya dilanjutkan melalui tos-tosan jika laga tanpa tambahan waktu berakhir imbang.
Tak jarang para petaruh juga menyawer pemain yang bisa mencetak gol dan membuat mereka untung besar. (CNN Indonesia/Safir Makki)
Taruhan di turnamen tarkam jadi hal lumrah. Hampir di setiap turnamen tarkam para petaruh yang tergabung dalam komunitas tertentu selalu tumpah ruah.
Kedatangan mereka memberikan warna lain untuk setiap turnamen yang tengah berlangsung. Selain memberikan pendapatan dari tiket untuk panitia turnamen, aksi-aksi mereka di pinggir lapangan kerap jadi hiburan tersendiri.
Para petaruh ini juga tergolong jor-joran saat turnamen tarkam memasuki fase krusial seperti semifinal atau final. Mereka bahkan rela sampai menjual motor hingga mobil agar punya cukup modal untuk bertaruh.
"Ada yang jual motor sampai mobil, itu sudah enggak aneh. Kalau sudah fase seperti delapan besar, taruhan makin besar. Satu orang ada yang berani mengeluarkan uang sampai Rp15 juta satu pertandingan," ucap Andri.
"Seluruh transaksi antarpetaruh biasanya dilakukan langsung di lapangan. Ya, mereka bawa uang sebanyak itu [puluhan juta] ke lapangan."
Total bisa sampai Rp20-30 juta uang yang beredar dalam bursa taruhan dalam sekali pertandingan di sepak bola tarkam.