TESTIMONI

Andik Vermansah: Antara Gorengan dan Timnas Indonesia

Andik Vermansah | CNN Indonesia
Rabu, 19 Feb 2020 19:10 WIB
Sebelum memiliki karier sebagai pesepakbola, Andik Vermansah harus kerja keras berjualan gorengan dan es mambo.
Andik Vermansah memiliki jalan yang panjang sebelum meraih sukses bersama Timnas Indonesia.(ANTARA FOTO/Widodo S. Jusuf)
Jakarta, CNN Indonesia -- Jadi pesepakbola profesional, apalagi pernah membela Timnas Indonesia, masih terasa seperti mimpi bagi Andik Vermansah. Seolah saya tak mau terbangun dari mimpi indah ini.

Saya amat bahagia karena karier saya sekarang bisa membantu ekonomi keluarga. Orang tua dan saudara kandung, tetap menjadi motivasi saya untuk terus sukses. Niat saya sejak kecil memang ingin berhasil demi keluarga.

Saya dibesarkan dari keluarga yang sederhana. Saya dan keluarga sebenarnya kelahiran Kota Jember. Kemudian kami ikut ibu merantau ke Surabaya. Di Surabaya kakak saya yang main bola. Waktu itu saya hanya ikut dia datang latihan ke lapangan. Saya jadi yang paling kecil ikut latihan waktu itu.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Ibu saya sempat tidak membolehkan saya main bola. Ngapain katanya, nanti takut patah kakinya. Takut cedera. Mungkin juga karena badan saya terlalu kecil. Tapi, saya tetap saja keras kepala mau main bola.

Saya sembunyi-sembunyi buat main bola. Jadi dulu kalau sekolah pulang jam 10 pagi. Lalu saya jualan sampai siang. Lepas itu saya main bola sampai sore. Waktu kecil saya sempat diragukan. "Ini anak badannya kecil banget, memang bisa main bola?", begitu kira-kira mungkin penilaian orang-orang.

Andik Vermansah kecil sempat diremehkan untuk menjadi pemain bola karena tubuh yang kecil.Andik Vermansah kecil sempat diremehkan untuk menjadi pemain bola karena tubuh yang kecil. (CNN Indonesia/Fajrian)
Itu waktu saya masih kelas 3 Sekolah Dasar (SD) kalau tidak salah ingat. Tapi saya tidak peduli, tetap main saja. Ternyata saya larinya cepat. Dari SD bahkan saya juga sudah berani ikut turnamen antarkampung. Saya jadi semacam pemain cabutan main di sana-sini. Kalau ada yang cari pemain, carinya saya.

Pertama kali main di tarkam itu dapat uang Rp40 ribu. Kalau saya cetak gol bisa dapat Rp70 ribu. Uangnya saya kasih kakak. Saya paling ambil sedikit saja dari situ.

Namanya masih bocah, pikiran masih polos. Saya sempat berpikir uang itu juga buat tambahan beli rumah untuk ibu karena kami belum punya rumah waktu itu. Kami sering pindah-pindah kontrakan.

Andik Vermansah: Antara Gorengan dan Timnas Indonesia
Kemudian ada pelatih SSB (Sekolah Sepak Bola) Surya Naga melihat saya dan minta saya ikut latihan. Kalau yang lainnya bayar, saya disuruh main saja. Tidak usah bayar, gratis. Mungkin pelatih tahu saya tidak punya uang kalau disuruh bayar.

Di sana saya ikut latihan sampai bisa cetak gol terus. Lalu orang-orang mulai memperhatikan saya. Dahulu ada namanya Liga Campina. Saya main di sana, tapi tidak dari SSB itu. Saya ingat betul wajah saya sampai ada di spanduk turnamen itu.

Nah, waktu itu ada seleksi Persebaya Surabaya junior. Dari SSB-SSB di Surabaya dan sekitarnya dipilih lima orang untuk ikut seleksi. Tapi saya tidak tahu kalau ada seleksi.

Andik Vermansah musim ini memperkuat Bhayangkara FC.Andik Vermansah musim ini memperkuat Bhayangkara FC. (Dok.Bhayangkara FC)
Saya tahu dari teman dekat saya yang rumahnya jauh. Jadi kalau ke Surabaya, dia biasanya menginap dahulu di rumah saya. Malam itu dia datang. Saya tanya, "Mau ngapain?" Kata dia mau ikut seleksi Persebaya junior. Saya tanya kok saya tidak dikasih tahu?

Terus dia bilang: "Sudah ikut saja, tidak apa-apa."

Ya sudah, saya ikut keesokan paginya. Teman saya itu posisi sebagai kiper.

Sampai di sana saya pura-pura saja kalau ikut dipanggil seleksi. Kemudian dikumpulkan dibagi jadi beberapa tim untuk diadu.

Lalu ada salah satu tim yang pemainnya cedera. Saya yang di pinggir lapangan ditanya posisi saya apa? Saya jawab gelandang. Gayung bersambut, saya disuruh main. Di situ saya cetak gol lagi, terus lolos ke babak selanjutnya sampai selesai dan saya lolos seleksi. Teman saya yang mengajak saya seleksi malah tidak lolos. Mungkin memang rezeki saya di situ.

Kemudian saya bisa main di Persebaya junior. Lalu juara lagi di liga pemuda Jawa Timur. Berikutnya saya main di PON 2008 dan masuk ke Persebaya senior, setelah itu dipanggil ke Timnas Indonesia. Waktu di Persebaya saya jadi yang paling muda dan badannya paling kecil.

Tambaksari ke Malaysia

BACA HALAMAN BERIKUTNYA

HALAMAN:
1 2
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER