Saya sejak SD sudah punya uang sendiri sehingga tidak minta uang sama ibu. Saya dapat uang dari jual gorengan. Saya jualan bisa dapat Rp4.000, kadang Rp6.000.
Uangnya saya kasih ke ibu saya. Saya kasih ke kakak juga buat ongkos sekolah dia. Saya paling cuma ambil Rp200 buat beli es untuk main bola. Pagi setelah sekolah pulang jam 10, saya jualan gorengan dahulu sampai jam 12 siang. Setelah itu langsung main bola sampai sore.
Tetangga saya yang bikin gorengan. Saya hanya bantu jualan saja. Rumahnya hanya beberapa blok dari rumah kami. Tapi kalau Sabtu dan Minggu, saya jual gorengan yang ibu saya bikin.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Sehari bisa jual banyak. Orang-orang yang beli juga sudah banyak kenal saya. Saya memang yang mau jualan buat bantu-bantu orang tua, buat kasih kakak juga. Bukan hanya gorengan, saya juga jualan es mambo. Kalau jualan es itu di Stadion Gelora 10 November, sekadar akal-akalan saya saja. He he he.
 Andik Vermansah pernah berkarier di Malaysia bersama Selangor FA. (Dok.Bhayangkara FC) |
Saya jualan supaya bisa masuk ke stadion buat nonton Persebaya, gratisan. Sering ketahuan juga sama penjaga stadion. Tidak punya tiket, tapi masuk menonton. Kadang kena sepak juga. Kalau mau beli tiket waktu itu tidak ada uangnya juga.
Pernah pula saya bersembunyi di balik jaket orang lain agar tidak ketahuan bisa masuk ke dalam stadion. Pura-pura jadi anak orang, yang penting waktu itu bisa masuk dan melihat Persebaya.
Saya juga pernah jualan koran tapi sebentar. Hal yang saya suka dari jualan koran kalau ada berita-berita tentang Persebaya. Saya juga senang baca-baca berita bola lainnya seperti Roberto Carlos atau Cristiano Ronaldo.
Semua pekerjaan saya lakukan dengan senang hati. Bahkan ketika dipilih jadi
ball boy (anak gawang) Persebaya, gembiranya bukan main.
Kalau jadi
ball boy waktu kecil memang digilir dari SSB, selalu bergantian. Saya sempat beberapa kali jadi anak gawang. Senang sekali rasanya waktu itu karena melihat langsung dari pinggir lapangan Persebaya bermain.
Pernah bermain di luar negeri tentu melebihi impian bagi seorang Andik Vermansah. Dahulu, cita-cita saya hanya ingin jadi pesepakbola profesional dan membela Timnas Indonesia. Itu saja cukup.
 Andik Vermansah mensyukuri karier sebagai pesepakbola. (AFP PHOTO / TED ALJIBE) |
Pengalaman yang menggetarkan saya ketika kali pertama bermain di Stadion Utama Gelora Bung Karno (SUGBK) membela Timnas Indonesia.
Ketika melihat SUGBK sebelum bermain, saya spontan menyanyikan Lagu Indonesia Raya. Sempat malu juga sih dilihat rekan-rekan setim dan orang lain. Tapi tidak apa-apa karena saya saking senangnya.
Rupanya pencapaian saya melebihi dari yang saya bayangkan. Saya dapat kesempatan yang tak banyak pemain Indonesia mengalaminya, merumput di luar negeri. Saya berkesempatan bermain di Liga Super Malaysia membela Selangor FA. Saya resmi memperkuat salah satu klub besar di Malaysia itu pada November 2013.
Alhamdulillah, Tuhan memberikan saya melebihi dari yang saya cita-citakan. Saya selalu bersyukur atas pengalaman paling berharga itu hingga hari ini.
(har)