Jakarta, CNN Indonesia --
Shin Tae Yong mungkin hanya bisa geleng-geleng kepala ketika mendapati kenyataan stamina jeblok
Timnas Indonesia. Salah satu solusi sementara dari pelatih asal Korea Selatan ini kemungkinan mengulik strategi yang sesuai keterbatasan stamina pemain.
Tae Yong sempat mengakui rata-rata pemain seleksi Timnas Indonesia hanya kuat bermain selama 20 menit. Lebih dari 20 menit, fisik para pemain sedikit demi sedikit mulai kedodoran.
"Secara fisik sangat kurang. Setelah menit ke-20, para pemain terlihat kelelahan. Karena itu di Chiang Mai [Thailand] kami berkonsentrasi meningkatkan kemampuan fisik," kata Shin Tae Yong dalam rilis PSSI yang diterima
CNNIndonesia.com.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Mantan pelatih Timnas Korea Selatan di Piala Dunia 2018 itu sempat menggodok para pemain Timnas Indonesia U-19 di Thailand pada 22 Januari hingga 1 Februari.
 Shin Tae Yong saat memantau latihan Timnas Indonesia. (ANTARA FOTO/Puspa Perwitasari) |
Tentu tak mudah membalikkan telapak tangan untuk mendongkrak kemampuan fisik para pemain. Dengan program yang disiapkan, Tae Yong idealnya hanya bisa mendongkrak stamina dari hanya kuat tampil 20 menit menjadi maksimal sekitar 70 menit.
Mustahil program pemusatan latihan mampu memperbaiki persoalan stamina pemain hingga 100 persen. Hal ini wajar karena idealnya pelatih timnas di negara mana pun tak lagi fokus mengurusi masalah kebugaran para pemain.
Program di level klub-klub yang sejatinya menjaga stamina pemain di level tinggi, ketika kompetisi berjalan. Ketika libur, tanggung jawab ini pun sepenuhnya ada di setiap pemain sebagai pesepakbola profesional.
Pilihan realistis bagi Tae Yong pun menyiapkan strategi permainan sesuai kondisi stamina para pemain. Salah satu yang bisa diamati adalah skema dan gaya permainan.
Jika menengok kiprah Korea Selatan di Piala Dunia 2018, Tae Yong cenderung menggunakan pola 4-4-2.
 Son Heung Min andalan di lini depan Korea Selatan. (ANTARA FOTO/INASGOC/Hery Sudewo) |
Dari tiga laga yang dilakoni Korsel di Grup F, Tae Yong hanya sekali menerapkan skema 4-3-3 ketika lawan Swedia. Hasilnya, Son Heung Min dan kawan-kawan kalah dari lawannya itu 0-1.
Tae Yong mengubah pola permainan menjadi 4-4-2 ketika menghadapi Meksiko. Kala itu dia menempatkan Ju Se Jong dan Ki Sung Yueng sebagai gelandang jangkar.
Sementara Son dan Lee Jae Sung diposisikan sebagai dua striker. Korsel tetap menderita kekalahan atas tim itu dengan skor 1-2.
Pada laga terakhir Grup F, Tae Yong tak mengubah skema 4-4-2 melawan Jerman. Keputusan itu secara mengejutkan membuahkan kemenangan. The Taegeuk Warriors menang 2-0 atas Der Panzer pada laga terakhir.
Skema 4-4-2 biasanya dipakai untuk menjamin keseimbangan pertahanan dan daya dobrak di depan. Pola itu mengisyaratkan permainan yang efisien terutama dalam hal stamina.
 Suasana latihan Timnas Indonesia. (ANTARA FOTO/Puspa Perwitasari) |
Salah satu kunci ada pada
double pivot di lini tengah seperti yang pernah diterapkan Tae Yong di Piala Dunia 2018.
Pilihan lain adalah menggunakan skema 5-3-2 atau 5-4-1. Pola ini menekankan lima bek di skuat. Meski demikian, kerja keras ada pada dua bek sayap yang harus mampu 'naik-turun' untuk bertahan dan membantu serangan.
Paling aman tentu dengan skema 5-4-1 dengan menumpuk pemain di lini belakang dan tengah. Salah satu penekanannya dengan memaksimalkan kemampuan serangan balik yang cepat.
Tae Yong juga sepertinya mulai memikirkan untuk sedikit berkompromi soal gaya bermain. Tak mungkin lagi dia memaksakan permainan cepat dengan umpan-umpan pendek.
Permainan kombinasi umpan pendek dan panjang bisa jadi pilihannya. Meski demikian, semua berpulang kepada para pemain dalam memahami dan menerapkan strategi Tae Yong.