Jakarta, CNN Indonesia --
Barcelona pernah merasakan menjadi klub yang begitu disegani di Eropa dan dunia ketika
Pep Guardiola menjabat sebagai pelatih di Camp Nou.
Sejak Juli 2008 hingga Juni 2012, 14 trofi dari berbagai ajang dipersembahkan Guardiola bersama Barcelona.
Guardiola tidak saja memberikan gelar, tetapi juga membentuk tim yang solid, yang terus merebut trofi meski dirinya meninggalkan klub asal Catalunya tersebut.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Setelah ditinggal Guardiola, Blaugrana masih bisa menambah 15 trofi lagi hingga musim lalu meski dengan pelatih yang berbeda-beda.
Gaya bermain Barcelona dari tiki-taka milik Guardiola pun kian memudar. Dominasi Barcelona setelah itu mungkin tidak sekental bersama Guardiola, namun lemari trofi tetap bisa terisi.
Mendiang Tito Vilanova, Luis Enrique, hingga Ernesto Valverde adalah pelatih-pelatih selepas Guardiola yang masih bisa memberikan gelar untuk Barcelona.
Akan tetapi sejak ditinggal Guardiola manajemen Barcelona tampak tidak puas dengan performa pelatih-pelatih yang mereka rekrut.
 Xavi Hernandez menorehkan kesuksesan besar sewaktu jadi pemain. (AFP PHOTO / CHRISTOPHE SIMON) |
Terkecuali Luis Enrique. Selama tiga musim, Enrique sukses memberikan tiga gelar untuk Blaugrana. Enrique jadi pelatih Barcelona paling berhasil setelah Guardiola.
Sosok seperti Enrique dan Guardiola itu yang kini dibutuhkan Barcelona. Nama yang paling santer dikaitkan dengan klub asal Catalunya itu adalah mantan kapten mereka, Xavi Hernandez, yang kini melatih klub Qatar Al Sadd.
Posisi pelatih Barcelona yang kini ditempati Quique Setien masih bisa berubah musim depan. Media-media Spanyol menyebut sisa musim ini jadi pertimbangan manajemen memperpanjang atau memutus kontrak Setien.
Selain Xavi, Mauricio Pochettino juga punya kans besar melatih Gerad Pique dan kawan-kawan. Namun dibandingkan Pochettino, Xavi punya peluang lebih terbuka.
Sebagai pemain Xavi memiliki banyak warisan bersama Barcelona. Dia salah satu pemain kunci kesuksesan Barcelona di era Guardiola.
Xavi merupakan contoh gelandang sempurna dengan kualitas lengkap. Dia kuat, punya kualitas olah bola mumpuni, dan visi bermain yang apik. Bersama Andres Iniesta, Xavi adalah kombinasi ideal di lini tengah Barcelona.
[Gambas:Video CNN]Total Xavi mempersembahkan 25 gelar juara untuk Barcelona di sepanjang kariernya. Sembilan 'tangan' pelatih dirasakan Xavi di Barcelona, mulai dari Louis van Gaal hingga Luis Enrique.
Peninggalan Xavi itu modal untuk pelatih kelahiran Terrassa tersebut menukangi Barcelona musim depan.
Kesuksesan Xavi sebagai pemain sama dengan yang dimiliki Guardiola di Barcelona. Tetapi, Xavi tentu bukan Guardiola. Skema dan permainan yang diterapkan juga berbeda.
Nasib Xavi dan Guardiola di Barcelona bisa berbeda. Namun, Xavi tetap memiliki takdir melatih Barcelona, seperti Guardiola.
Langkah Xavi untuk bisa melatih Barcelona boleh dibilang lebih bagus ketimbang Guardiola. Ketika manajemen Barcelona berjudi 'menaikkan' Guardiola dari Barcelona B, Xavi justru 'sudah menimba ilmu' bersama Al Sadd.
 Xavi Hernandez meraih gelar bersama Al Sadd. (AFP/KARIM JAAFAR) |
Dalam 28 pertandingan bersama Al Sadd, Xavi meraih 15 kemenangan, 4 kali imbang, dan 9 kali kalah di berbagai ajang. Dua trofi diriah Xavi di klub tersebut, Piala Super Qatar 2019 dan Piala Qatar 2020. Torehan bagus untuk musi pertama seorang pelatih.
Bersama Al Sadd, Xavi lebih banyak bermain dengan pola 4-3-2-1, sementara Guardiola 4-3-3 semasa di Barcelona. Meski demikian, pola yang diterapkan Xavi di Al Sadd tetap sesuai kebutuhan, terkadang pakai 4-2-2 atau 4-3-3.
Semasa bermain, Xavi menilai sepak bola sebagai hubungan 'ruang waktu'. Dia tidak peduli dengan seperti apa sebuah permainan. Yang ada di pikiran Xavi hanya seorang pemain mesti memanfaatkan ruang dengan baik, karena dengan begitu bola akan mudah mengalir kepadanya.
Skema itu yang sepertinya diterapkan Xavi di Al Sadd. Pemain-pemain Al Sadd tidak banyak mengontrol atau menahan bola, tapi cepat memberikan bola kepada rekan yang dalam posisi lebih terbuka.
Orang akan bilang permainan semacam itu kalau dilakukan dengan cepat akan mirip tiki-taka. Tetapi itu fakta dari sebuah pemikiran Xavi dalam permainan sepak bola.
Xavi punya banyak modal kuat untuk jadi pelatih Barcelona. Dengan gelar-gelar yang diraihnya, para pemain akan lebih menghormati sosok Xavi. Sama seperti ketika Guardiola melatih Barcelona.
Pada masa-masa itu Guardiola tidak segan mendepak Zlatan Ibrahimovic atau Ronaldinho. Untuk prinsip yang satu itu, Xavi akan sama beraninya dengan Guardiola demi menjadikan Barcelona tim yang solid.
Belum lama ini Xavi juga ikut campur soal rivalitas Barcelona dengan Real Madrid. Xavi menyebut Real Madrid lebih banyak mendapat keberuntungan saat juara Liga Champions, ketimbang Barcelona.
Untuk jadi juara Liga Champions, Barcelona harus benar-benar superior dan mendominasi. Pernyataan itu menunjukkan Xavi punya takdir sebagai pelatih senior Barcelona.
Sebagai pemain yang besar dan sukses di Catalunya, keinginan Xavi melatih di Barcelona sangat kuat, dan itu wajar. Namun ia juga tidak ingin memulai eranya itu di tengah waktu.
Ketika Ernesto Valverde dirumorkan bakal didepak pada Januari lalu, nama Xavi jadi salah satu yang dimunculkan sebagai pengganti. Isu Xavi dihubungi pihak Barcelona terus mencuat. Tetapi Xavi menolak, karena dia ingin memulainya dari awal musim.
Jika ke Barcelona musim depan, Xavi diyakini akan melakukan sejumlah perombakan. Pemain-pemain senior macam Sergio Busquets, Ivan Rakitic, atau Gerard Pique mungkin bisa jadi pelengkap kedalaman skuat. Bisa jadi hanya Lionel Messi pemain senior yang diandalkan Xavi.
Musim depan bisa jadi waktu yang tepat bagi Xavi ke Barcelona. Kesuksesan di Al Sadd jadi 'tabungan' bagi kelanjutan karier kepelatihan Xavi bersama Barcelona.
Apabila Xavi menerima tawaran manajemen Barcelona untuk musim 2020/2021, salah satu tantangan yang bisa dihadapi Xavi adalah masalah transfer pemain.
Pandemi virus corona atau Covid-19 saat ini membuat Barcelona kesulitan keuangan. Bahkan para pemainnya harus rela potong gaji hingga 70 persen.
Kondisi itu bisa mengganggu rencana transfer Blaugrana pada bursa transfer nanti. Dengan begitu, keinginan Xavi merombak skuat juga berpeluang ikut terkendala.
Meski demikian, seandainya Barcelona minim aktif di bursa transfer atau tidak bahkan tidak merekrut satu pemain pun, skuat saat ini masih bisa bersaing untuk gelar domestik.
(har)