Jakarta, CNN Indonesia --
Justin Gaethje mendapat jalan terbuka untuk jadi juara interim kelas ringan
UFC. Gaethje berpeluang mengubah statusnya sebagai kuda hitam menjadi kuda pemenang.
Gaethje mendapat 'durian runtuh' ketika Khabib Nurmagomedov mundur dari pertarungan melawan Tony Ferguson di UFC 249. Hal itu membuat Gaethje yang awalnya masih berada di luar orbit tiba-tiba langsung mendapat kesempatan besar untuk keluar sebagai pemenang.
Dalam drama perburuan sabuk juara kelas ringan UFC, nama Gaethje memang di luar pembahasan. Semua sibuk mengincar Khabib Nurmagomedov, mulai dari Tony Ferguson hingga Conor McGregor yang sudah sempat kalah dari Khabib pada 2018.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Nama Gaethje benar-benar di luar orbit pembicaraan itu. Gaethje ada di daftar antrean penantang Khabib tanpa pernah tahu kapan bakal mendapat giliran. Sebelumnya, setelah duel lawan Ferguson, nama McGregor kembali diapungkan untuk jadi lawan Khabib.
Situasi makin sulit karena Gaethje ada di bawah naungan Ali Abdelaziz, sama halnya dengan Khabib sehingga potensi duel makin kecil.
 Dua kekalahan di awal karier UFC membuat nama Justin Gaethje sedikit tercoreng. (AFP/Gregory Shamus) |
Namun dengan keputusan Dana White menggelar duel pengganti Ferguson vs Gaethje, hal tersebut bakal jadi tiket pasti untuk menuju pertarungan perburuan gelar.
Ketika UFC 249 batal digelar pada 18 April keberuntungan masih menaungi Gaethje karena UFC 249 dipindahkan ke 9 Mei dengan tetap menjadikan duel dirinya lawan Ferguson sebagai partai utama.
Bila Gaethje menang lawan Ferguson, dia akan berstatus juara interim dan bakal menghadapi Khabib di pertarungan berikutnya. Abdelaziz sendiri sudah memastikan bakal membiarkan duel itu terjadi bila Gaethje berstatus sebagai juara interim.
Gaethje sendiri punya modal bagus untuk bisa tampil sebagai kuda pemenang di UFC. Dalam 17 laga perdana di ajang
Mixed Martial Arts yang ia lakukan, Gaethje sukses mencetak 17 kemenangan.
Debutnya di UFC melawan Michael Johnson pun berakhir dengan kemenangan TKO.
Noda di karier Gaethje kemudian terjadi di laga lawan Eddie Alvarez dan Dustin Poirier. Gaethje kalah KO/TKO di dua laga tersebut. Padahal, Alvarez adalah sosok yang dikalahkan McGregor sedangkan Poirier adalah petarung yang sudah dibungkam Khabib.
 Duel lawan Tony Ferguson merupakan kesempatan bagus untuk Justin Gaethje. (Ed Mulholland/Getty Images/AFP) |
Hal inilah yang kemudian sering dijadikan alasan bahwa Gaethje belum layak dianggap sebagai petarung papan atas di kelas ringan.
Padahal bila menilik tiga laga terakhir Gaethje, ia punya kemampuan dan potensi besar untuk jadi juara kelas ringan. Dalam tiga laga terakhir lawan James Vick, Edson Barboza, dan Donald Cerrone semua berakhir dengan kemenangan KO/TKO di ronde pertama.
Kekuatan pukulan Gaethje merupakan salah satu kelebihan dari petarung asal Colorado ini. Hal ini yang mesti jadi perhatian khusus tiap lawan yang dihadapi oleh Gaethje.
Laga lawan Ferguson bakal jadi titik penentuan bagi Gaethje. Bila ia menang, ia bisa mengubah status dari kuda hitam menjadi kuda pemenang di laga berikutnya lawan Khabib.
Namun jika Gaethje terkapar di hadapan Ferguson, ia harus melupakan mimpinya untuk jadi juara kelas ringan karena ia butuh mengulang perjalanan dari awal dan berbaris di antrean yang masih panjang.
(ptr/har)
[Gambas:Video CNN]