Cerita Pemain NBA Alami Kebrutalan Polisi seperti Floyd

CNN Indonesia
Kamis, 04 Jun 2020 18:45 WIB
HONOLULU, HI - OCTOBER 03: Thabo Sefolosha #18 of the Houston Rocket moves the ball up court as JaMychal Green #4 of the Los Angeles Clippers gives chase at the Stan Sheriff Center on October 3, 2019 in Honolulu, Hawaii. TO USER: User expressly acknowledges and agrees that, by downloading and/or using this photograph, user is consenting to the terms and conditions of the Getty Images License Agreement.   Darryl Oumi/Getty Images/AFP
Thabo Sefolosha (kiri) pernah mengalami kekerasan oleh polisi di AS. (AFP/Darryl Oumi)
Jakarta, CNN Indonesia -- Pebasket NBA, Thabo Sefolosha, mengaku pernah mengalami kebrutalan polisi di Amerika Serikat, seperti yang dialami George Floyd.

Sefolosha yang kini bermain untuk Houston Rockets tahu betul betapa kejamnya polisi terhadap orang kulit hitam.

Peristiwa nahas itu terjadi pada 2015, ketika masih bermain untuk Atlanta Hawks. Karena itu, saat melihat apa yang dialami Floyd, pebasket asal Swiss ini teringat pernah merasakan hal yang serupa.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Saya pikir setiap kulit hitam di Amerika, menurut pendapat saya, dari 14 tahun saya tinggal di sini, bisa merasakan hal itu," ujar Sefolosha dikutip dari CNN.

"Ini intimidasi yang hebat. Saya pikir, itu hanya penyalahgunaan kekuasaan yang pernah Anda lihat di prasekolah, intimidasi di sekolah menengah, dan pada tingkat yang tinggi sehingga orang-orang harus muak dan sesuatu harus dilakukan untuk menyelesaikan itu," ucap Sefolosha menambahkan.

Pada dini hari di tanggal 8 April 2015, Sefolosha bersama rekannya di Hawks, Pero Antic asal Makedonia ditangkap di dekat tempat penikaman forward Indiana Pacers ketika itu, Chris Copeland, dan dua wanita di luar sebuah klub malam di New York.

Polisi mengatakan Sefolosha dan Antic tidak terlibat dalam penikaman itu. Tetapi mereka dituduh melakukan pelanggaran ringan, termasuk perilaku tidak tertib dan menghalangi administrasi pemerintah.

Tidak lama setelah insiden itu, TMZ merilis video yang menunjukkan sekelompok polisi menangkap dan menempatkan Sefolosha di jalanan.

Seorang petugas dari kelompok itu mengeluarkan tongkat dan menjulurkannya di dekat Seflosha. Namun belum jelas apakah tongkat itu yang membuatnya cedera. Yang pasti, pebasket 36 tahun itu harus berjalan dengan tertatih-tatih ketika petugas membawanya pergi.

Sefolosha mengalami patah tulang fibula dan kerusakan ligamen ketika ditangkap. Ia mengatakan, cedera itu disebabkan oleh perilaku polisi. Karena cedera tersebut, ia melewatkan sisa musim reguler 2015 dan seluruh postseason.

GIF Banner Promo Testimoni
Jury New York menyatakan Sefolosha tidak bersalah atas tiga tuduhan pelanggaran ringan. Tuduhan terhadap Antic yang berkulit putih juga dihentikan. Sefolosha akhirnya memenangi gugatan terhadap lima petugas polisi senila US$4 juta.

"Semuanya terjadi begitu cepat, sehingga sulit meski hanya untuk melihat ke belakang, hanya bisa duduk di sel dan berkata, 'Oke, saya tidak melakukan kesalahan apa pun," tutur Sefolosha.

Setelah melihat video Floyd, Sefolosha mengaku marah. Ia menyebut petugas polisi dari Minneapolis itu sengaja membunuh Floyd.


"Bagaimana manusia bisa melakukan itu kepada orang lain, dan hanya duduk di lehernya selama sembilan menit? Sengaja di siang hari membunuh seseorang seperti ini," kata Sefolosha.

"Dan kemarahan itu meluas ke petugas lain yang hanya menonton di sekitarnya," ujar mantan pemain Chicago Bulls itu menambahkan. (sry/nva)
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER