Operator kompetisi PT. Liga Indonesia Baru (LIB) menjadi pihak yang paling pusing memikirkan kelanjutan Liga 1 selain klub dan pemain.
Sampai saat ini LIB belum juga memutuskan format yang akan digunakan dalam lanjutan Liga 1 2020. Operator baru menentukan jadwal kelanjutan kompetisi yang akan dimulai pada awal Februari dan berakhir di Juli tahun depan.
Bagaimana kabar terbaru soal kompetisi setelah tidak dapat izin dari kepolisian? Kemudian bagaimana strategi LIB dalam mensiasati padatnya jadwal event sepak bola di 2021 yang mungkin bertabrakan dengan jadwal liga?
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Berikut wawancara khusus CNNIndonesia.com bersama Direktur Utama LIB, Akhmad Hadian Lukita:
Bagaimana kondisi terbaru kelanjutan Liga 1 2020?
Kami koordinasi terus sama klub. Saya sedih, klub dan isinya yang terkena dampak. Pemain, pelatih, media juga tidak ada yang bisa diciptakan, termasuk bisnis di situ.
Kami juga belum bisa janji apapun ke klub. Kami punya group isinya manajer di situ kami ngobrol tentang kesulitan klub dan mereka sebenarnya hanya mencari kepastian. Sebab bisnis yang baik ada kepastian.
Kepastian Liga ini kan sulit dijawab karena kepastian ini bukan dari kami, tapi dari kepolisian. Kami sedang pendekatan lagi ke otoritas keamanan.
Tapi kami mau audiensi lagi dan cerita perkembangan kalau liga mau jalan Februari. Tidak mudah tapi harus dijalani. Termasuk ke sponsor juga kami ngobrol lagi minggu ini atau pekan depan karena ada addendum lagi. Ini kerja berat seperti memulai bisnis dari nol lagi.
Bagaimana kelanjutan proses perizinan di Kepolisian?
Perizinan kami lagi cari tahu apa yang akan memberatkan polisi. Sejauh ini kan tidak ada agenda lagi di Februari.
Ketika liga mundur di Juli sampai Agustus kami sudah pendekatan ke Polda-Polda. Di daerah sih prinsipnya bagaimana izin dari pusat. Pusat punya otoritas, mungkin berisiko kalau diizinkan.
Untuk meyakinkan polisi kita menjalani pendekatan ke suporter biar lebih patuh lagi.
Apa masih memungkinkan melanjutkan Liga di 2020?
Desember kami yakin sulit karena ada Pilkada, natal dan tahun baru. Kenapa tidak Januari? Kami sudah ngobrol dengan klub, sudah pasti holiday season, pemain asing pada pulang, liburan dan lain-lain.
Kalau untuk pertandingan, klub bilang setidaknya butuh sebulan, ngumpulin pemain dan training lagi. Kalau mulai Januari, Desember mereka tidak libur.
Saya baca running text bahwa Polri memperpanjang penanganan Covid-19 sampai 31 Desember. Jadi nggak mungkin kita mulai lagi di 2020.
PSSI sudah sepakat dengan polisi bahwa November-Desember itu ada Pilkada, kenapa masih mau lanjut Oktober/November?
Polisi tidak spesifik bicara bola, cuma bilang fokus ke Pilkada. Nah soal kenapa ambil Oktober/November kompetisi lanjut itu kesepakatan klub waktu di Yogyakarta. Bukan dari kami.
Di sana LIB cuma sebagai host saja. Keluar lah statement November. Yang bilang, November-Desember-Januari itu bukan dari kami. Kalau bisa November bagus, kalau nggak Desember atau Januari. Tapi jelang November tak ada tanda-tanda izin keluar. Dapat masukan dari klub akhirnya ya sudah tahun depan saja.
Bagaimana soal format kompetisi lanjutan Liga 1?
Masih dirumuskan sama tim kompetisi. Intinya, ini kan kemungkinan akan nabrak Piala Dunia. PSSI kasih saran bikin jadwal normatif, kalau Piala Dunia U-20 on-schedule, kita tunda liga sebab ini pesta Indonesia tidak bisa diganggu sama liga seperti saat Indonesia gelar Asian Games beritanya kan harum kemana-mana.
Kalau Piala Dunia U-20 geser ke September kita on schedule mungkin bisa kami ubah sampai Agustus. Mudah-mudahan pengumuman kepastiannya akan segera diinformasikan. Sekarang PSSI lagi berunding terus sama FIFA.
![]() |
Kenapa tidak memulai kompetisi dari awal lagi?
Itu keputusan PSSI untuk silakan lanjut kompetisi. Kalau bisa milih beberapa opsi, kami akan pilih itu. Tapi opsinya cuma satu, ya harus dijalankan.
PSSI ingin full kompetisi mulai dari pekan keempat. Yang jadi pertanyaan masih mau lanjut di Yogyakarta apa tidak? karena klub juga mau main di homebase-nya. Jadi tetap main home-away.
Jadwal terbaru Liga 1 akan tabrakan dengan Piala AFF dan Piala Asia U-19?
Opini saya pribadi, pada saat Piala AFF Indonesia kan enggak selalu jadi tuan rumah. Mungkin bakal ada penundaan saat Indonesia main atau ketika kota jadi tuan rumah. Kalau Piala Dunia baru tidak bisa diganggu. Kami akan cari cara jangan sampai bentrok.
Soal pemain ke Timnas, itu kan kewajiban klub mengirim pemain ke Timnas. Saya harap ada win-win solution antara timnas dan klub. Operator jalankan saja yang diperintahkan regulator.
Semua masih bisa dibicarakan. Ini extraordinary competition. Kalau pemain dipanggil, masih ada pemain pelapisnya. Toh tidak ada degradasi juga.
Strategi yang disiapkan LIB untuk kompetisi lanjutan?
Salah satu strateginya itu tadi, jangan semua di setop karena Piala AFF. Mungkin akan minta ke PSSI kalau Timnas tidak main, liga main. Pasti PSSI juga punya pertimbangan komersial. Kita kasih tau ke sponsor. Tapi sasat ini jadwal dibuat normatif dulu.
Bagaimana soal sponsor dan hak siar dengan kondisi ini?
Saya bersyukur sponsor maklum. Saya komunikasi pakai telepon, WhatsApp, surat resmi dan masih bisa dibicarakan. Kami berharap tetap jalan, ada beberapa hal bisa dijalankan seperti operasional itu berasal dari sponsor.
Klub bilang kalau format berubah drastis bakal mencederai kompetisi itu. Jadi lebih baik mulai liga baru?
Perintah PSSI ke kami untuk melanjutkan kompetisi itu berdasarkan hasil rapat exco. Kalau boleh memilih, kita ambil itu tapi saat ini kita jalankan yang diperintahkan PSSI.
LIB ke klub komunikasi dibangun. Saya mau mengayomi mereka, tugas saya melayani mereka. Melalui pendekatan saya secara personal ke 18 klub liga 1 dan 24 klub liga 2.
Apakah ada regulasi larangan pemain asing yang milih pergi daripada dipotong gaji?
Ini yang kami pikirkan bahwa ada kemungkinan mengubah window transfer. Saya yakin PSSI memikirkan itu, APPI ke PSSI diskusinya dan LIB menjalankan apa yang diselesaikan sebelumnya. Bahwa pemain asing keluar itu hak mereka, tapi ada juga kan pemain asing yang bertahan di sini.
Ada kemungkinan regulasi berubah karena waktunya sudah berubah, windows transfer Desmber juga kan sudah tak terpakai. Saya yakin PSSI sedang memikirkan itu.
Ketidakpastian kompetisi membuat pemain asing ogah ke Indonesia?
Itu hal yang kami sesalkan juga dari dampak kompetisi tak lanjut. Pemain asing punya daya tarik untuk tontonan. Liga belum jalan masih ada waktu untuk memperbaiki tidak ada lagi penundaan supaya kualitas terjaga.
Subsidi bagaimana jadinya kalau format berubah?
Kondisi sulit untuk semua pihak, termasuk LIB. Tapi bukan berarti kami diam. Subsidi Februari itu janji kami. Ini paling lambat. Kalau kami bisa deal dengan beberapa pihak, kami akan dahulukan klub.
Sponsor itu tak semua berkontribusi di awal, ada yang bayar pas pertandingan. Sekarang nggak ada pertandingan ya nggak bayar sponsornya.
Kami masih memungkinkan untuk menambah sponsor, kan sponsor nggak hanya yang sekarang. Bisa membangun bisnis. Tidak cuma dari komersial broadcast. Intinya benefitnya buat klub.
Bagaimana dengan perubahan format untuk Liga 2 karena jumlah peserta jauh lebih banyak?
Bukan membedakan kan Liga 1 dan Liga 2. Tapi lokomotifnya di Liga 1 jalan, Liga 2 pasti jalan. Ini lagi dipikirkan. Lagi kami bicarakan di internal. lokomotifnya harus jalan, perizinan semua bukan cuma Liga 1.
Kualitas berharap tak ada perubahan karena persiapan panjang. Harus sama-sama paham. Otomatis kita bersurat ke kepolisian untuk izin Liga 1 dan Liga 2 tidak ada perubahan harusnya.
Kalau lihat format 1 Oktober, kami sudah bentuk dan belum jalan. Jadi tinggal kami pindahkan saja. Home turnamen 4 kota dulu nanti delapan besar satu kota bukan hal yang sulit.
![]() |
Kenapa diputuskan kompetisi 2020 tanpa degradasi?
Nothing to lose, tanpa degradasi itu hasil rapat PSSI. Kita harus memaklumi ini kondisi tidak normal. Kemarin pertimbangannya takut klub banyak yang terpapar Covid-19 dan menurunkan kualitas pemain, jadi problemnya bisa tidak fair.
Tapi harusnya pemain dan klub tidak berpikir seperti itu. Harusnya pemain berpikir sportif main sebaik-baiknya. Kalau mereka bermain bagus bisa diincar klub yang lebih bagus.
Bagaimana nasib wasit tanpa kompetisi?
Belum ada obrolan sejujurnya tapi saya jadi kepikiran saat di Yogyakarta awal Oktober lalu. Bukan hanya soal uang, tapi juga beraktivitas menjadi wasit karena saat itu wasit sudah datang semangat, terus liga tidak jalan saya nangis. Yang pertama saya pikirkan ya wasit.
Harus mulai memikirkan ke arah sana. Termasuk pemain di klub yang punya kontrak beda-beda. Akhirnya banyak pemain ikut tarkam sama selebrity club. Ini ide bagus soal memperhatikan wasit.
Sebagai orang baru, pernah membayangkan kondisi sepakbola seperti ini?
Di luar ekspektasi pasti saya menjalankan bisnis sepak bola. Sepak bola tidak ada teorinya, cara menjalankan. Saya dapat amanah, tugas yang harus saya selesaikan dengan cara belajar. Belajar dari orang-orang lama di LIB. Saya ingin mendapat informasi, itu juga daya tarik saya.
Bicara bola adalah bicara bisnis besar dari cabor yang paling banyak fansnya, industrinya jalan, tapi industrinya harusnya lebih besar dari sekarang jika dikelola dengan benar.
Jangan ada conflict of intereset. Ini tempat belajar, semakin belajar semakin kurang. Di sepak bola saya harus membuka diri dengan cara elegan. Saya belajar dari klub yang saya anggap senior. Saya menempatkan diri sebagai junior.
Kepikiran untuk menyerah mengurus LIB?
Saya akan mengibarkan bendera putih kalau tidak ada harapan selamanya kompetisi tak bisa jalan. Tapi sekarang masih ada harapan di Februaei saya akan terus mengibarkan bendera bola.
Tapi sejauh ini saya sempat merasakan nggak bisa tidur. Saya belajar dari nol. Ini kesempatan emas, ini nggak ada pelajarannya di luar. Kadang lagi mikir beginian di tempat makan jadi melamun sendiri. Keluarga penghibur saya nomor satu. Kalau keluarga saya komplain ngapain saya lanjut di sini.
(osc)