Kekalahan di San Siro bisa menjadi pemicu semangat mengejar gelar juara atau menjadi awal kemerosotan Milan.
Respons setelah laga melawan Juventus menjadi faktor penting yang harus dipoles Pioli menghadapi Liga Italia yang masih panjang. Terlebih Milan kini hanya unggul satu poin dari Internazionale Milan yang menghuni peringkat kedua.
Musim ini Milan menampilkan perbedaan performa dan semangat. Namun Juventus adalah lawan di level lain yang patut dijadikan standar untuk menggapai sukses.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Milan pernah berada dalam situasi tertinggal dan bisa membalikkan keadaan, hanya saja formula Pioli kali ini tidak mujarab. Efektivitas serangan Milan bisa dinilai dari 20 percobaan yang hanya berhasil menembus gawang satu kali saja.
![]() |
Rossoneri bertahan dengan lumayan baik. Seandainya bukan Juventus yang menjadi lawan, bisa jadi tiga poin sudah di tangan. Performa individu pemain Juventus juga patut menjadi perhatian.
Terlepas dari Cristiano Ronaldo yang bermain kurang greget, Dybala, Chiesa, Kulusevski, dan McKennie membuat repot Gianluigi Donnarumma dan kawan-kawan. Hal ini membuktikan Juventus tidak memiliki ketergantungan kepada satu pemain saja.
Khusus untuk Kulusevski dan McKennie yang baru masuk pada babak kedua, kredit layak diberikan kepada Andrea Pirlo yang jeli melakukan pergantian pemain yang mengeksplorasi tenaga lawan.
Disiplin taktik menjadi salah satu pelajaran penting yang bisa dipetik Milan dari Juventus dari laga pekan ke-16.
Kehilangan tiga poin Milan berarti persaingan menuju tangga juara kembali terbuka. Selain Inter yang menempati peringkat kedua, Roma dan Juventus pun kini punya kans mengejar klub asal Kota Mode tersebut.
Milan tentu masih punya kesempatan menyudahi puasa gelar yang hampir berlangsung satu dekade, namun masih ada banyak hal yang harus dibenahi jika ingin mewujudkan mimpi mengangkat trofi.
(ptr)