TESTIMONI

Charis Yulianto: RD dan Kisah Pilu Piala Asia 2007

Charis Yulianto | CNN Indonesia
Rabu, 31 Mar 2021 19:05 WIB
Mantan pemain Timnas Indonesia, Charis Yulianto mengungkapkan pelatih Rahmad Darmawan punya peran besar dalam kariernya.
Charis Yulianto dipercaya menangani Bhayangkara Solo FC Putri. (Bhayangkara Solo FC Putri/Dani)

Kisah saya bersama Timnas Indonesia tidak diwarnai dengan gelar. Tahun 2004, saya sebenarnya hampir meraih gelar, tetapi kami gagal karena kalah di final.

Momen itu terjadi di Piala AFF 2004 saat kami kalah dari Singapura. Di Piala AFF 2004 itu yang saya ingat jadi momen munculnya seorang Boaz Solossa.

Selain itu, di lini depan kami juga punya Ilham Jaya Kesuma dan juga Kurniawan Dwi Yulianto. Dari segi materi tim waktu itu, kami terbilang mumpuni untuk bersaing jadi juara.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Timnas Indonesia waktu itu sebenarnya kurang ideal dari segi persiapan. Praktis kami hanya punya waktu dua pekan sebelum tampil di ajang sebenarnya.

Meski persiapan kurang kami tetap memiliki keyakinan tinggi. Hasil yang kami raih di penyisihan grup juga baik, kami bermain bagus dan kompak di lapangan.

Di penyisihan grup kami mampu mengalahkan tuan rumah Vietnam dengan skor telak 3-0. Kami lolos dengan catatan tidak terkalahkan dan performa bagus itu bisa terus dipertahankan sampai babak semifinal dengan menyingkirkan Malaysia.

Di final kami bertemu dengan Singapura. Pada leg pertama, kami kalah 1-3 dari mereka di Jakarta dan saya harus absen di leg kedua karena terkena sanksi akumulasi kartu.

Australia's Josh Kennedy (L) contests the ball with Indonesian captain Charis Yulianto (R) during the the Asian Cup 2011 qualification match in Brisbane on March 3, 2010. Australia won 1-0.  AFP PHOTO / Greg WOOD (Photo by GREG WOOD / AFP)Charis Yulianto tidak merasakan gelar bersama Timnas Indonesia. (AFP/GREG WOOD)

Posisi saya kemudian digantikan oleh Hamka Hamzah. Dia berduet dengan Firmansyah yang jadi tandem saya di jantung pertahanan sepanjang turnamen. Saat bermain di kandang lawan, kami kembali kalah dengan skor 1-2 sehingga gelar Piala AFF 2004 gagal kami persembahkan untuk kali pertama.

Di partai final itu kami jelas terlihat tidak siap dari segi mental. Kami tidak bisa menjaga konsistensi setelah tampil bagus sejak penyisihan grup.

Tekanan bermain di partai final membuat kemampuan pemain tidak keluar. Itu yang saya rasakan dan sepertinya masalah mental ini masih tetap dialami Timnas Indonesia sampai sekarang.

Padahal, seharusnya kami bisa jadi juara dengan materi pemain yang dimiliki saat itu. Benar-benar sangat disayangkan.

Setelah kegagalan di Piala AFF 2004, saya kembali masuk skuad untuk Piala Asia 2007. Ini juga sebuah pengalaman yang sangat berkesan karena dapat kesempatan menghadapi tim-tim kuat di Asia.

Timnas Indonesia saat itu sedang dalam masa peralihan dari Peter Withe ke Ivan Kolev. Perubahan di posisi pelatih itu juga terasa cukup signifikan.

Charis YuliantoCharis Yulianto memiliki mimpi untuk melatih klub Liga 1 di masa depan. (Bhayangkara Solo FC Putri/Dani)

Persiapan tim untuk tampil di Piala Asia 2007 juga bagus. Seluruh pemain begitu antusias dan semua berlomba untuk bisa masuk timnas Indonesia di ajang ini. Persaingan untuk masuk skuad final juga begitu ketat.

Kami melakukan persiapan di Samarinda, kota kecil yang jauh dari mana-mana pada saat itu. Selama satu bulan kami berada di sana. Kami digembleng habis-habisan oleh Kolev.

Dari persiapan itu saya baru tahu bagaimana Kolev yang sebenarnya ketika mempersiapkan sebuah tim karena latihan yang diterapkan dia benar-benar gila, mungkin sama seperti Shin Tae Yong sekarang.
Sebulan itu kami hanya latihan fisik, pagi dan sore. Sebelum ke lapangan kami juga harus berlatih lebih dulu di gym.

Zaman Kolev itu dia sudah tahu secara mental pemain Timnas Indonesia kurang. Hasilnya mental pemain diasah dengan latihan fisik yang berat sehingga mental dan karakter pemain bisa terlihat.

Alhamdulillah saat tampil di turnamen kami bisa berbicara banyak, bisa unjuk kemampuan. Kami bisa mengalahkan Bahrain dan mengimbangi tim-tim kuat seperti Korea Selatan dan Arab Saudi.

Banner Video Highlights MotoGP 2021

Sebelum menang lawan Bahrain juga ada pengalaman lucu yang masih terus saya ingat. Kami justru malah sulit tidur karena sibuk memikirkan berangkat ke pertandingan harus memakai jas.

Saya ingat itu pertama kali Timnas Indonesia memakai setelan jas untuk berangkat ke pertandingan. Alhasil, kami bingung karena kebanyakan pemain tidak tahu cara memakai dasi sampai susah tidur.

Beberapa jam jelang pertandingan, akhirnya kami mengantre di kamar Bambang Pamungkas, karena dia salah satu yang pintar mengikatkan dasi. Kami pun sampai dilihatin pemain Korsel sama Arab karena tingkah kami..he..he

Sayangnya, kiprah kami di negeri sendiri harus terhenti di fase grup. Kami kalah dari Arab Saudi karena gol di masa injury time. Padahal imbang saja kami bisa lolos dari penyisihan grup.

Pelanggaran di menit-menit akhir kami lakukan dan lewat set pieces Arab Saudi bisa mencetak gol kemenangan. Kami semua lemas dan seisi stadion langsung hening. Konsentrasi yang hilang di menit-menit akhir membuat kami gagal melangkah ke babak selanjutnya.

Namun, kegagalan itu tidak lantas membuat saya terpuruk. Kecewa pasti, tetapi semua sudah terjadi dan apapun yang saya lakukan setelahnya tidak akan mengubah hasil itu.

Saya belajar untuk terus menatap ke depan terlepas dari apapun hasilnya dari coach RD. Itulah alasan mengapa coach RD punya pengaruh besar buat saya. Suatu hari nanti saya berharap bisa bekerja sama dengan beliau di sebuah tim yang sama.

(jal)

HALAMAN:
1 2
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER