PODIUM HIJAB

Sara Ahmed, Simbol Wanita Arab di Angkat Besi Olimpiade

CNN Indonesia
Senin, 03 Mei 2021 16:03 WIB
Sara Ahmed catatkan sejumlah rekor di Olimpiade 2016. (AFP/GOH CHAI HIN)
Jakarta, CNN Indonesia --

Rasa takut menggelayuti Sara Ahmed ketika memasuki arena pertandingan angkat besi di Olimpiade Rio de Janeiro 2016 di Riocentro - Pavilio 2. Pada saat itu, Sara hendak melakoni momen-momen penentuan pertandingan final angkat besi kelas 69kg putri.

Sorot mata penonton yang merupakan pendukung rivalnya dalam final itu membuat ciut nyali Sara saat hendak melakukan angkatan pertama.

Dalam final tersebut, Sara tidak saja bersaing dengan lifter-lifter dari Asia, tetapi ada juga dari Kolombia (Leidy Yessenia Arboleda) yang sama-sama dari Amerika Selatan dan lebih dekat dengan Brasil.

"Tetapi saya fokus pada pengangkatan dan mengedipkan penonton, terutama karena kebanyakan dari mereka mendukung pesaing saya dari Kolombia," ujar Sara dikutip dari Egypt Independent.

Dalam situasi tersebut, Sara mencoba menguatkan diri dengan pikiran positif, bahwa pertandingan itu hanya berlangsung satu jam dan dirinya bisa memberikan hasil terbaik.

Dengan mengenakan pakaian serba hitam yang menutupi lengan dan kaki serta penutup kepala merah, yang mencerminkan warna Mesir, Sara cukup percaya diri dalam angkatannya.

"Alhamdulillah, saya mengakhiri snatch di tempat ketiga, dan saya bertekad melaluinya hingga akhir," ucap Sara.

Perjuangan sebenarnya bagi Sara terjadi di angkatan clean and jerk. Pada momen tersebut, terdapat empat lifter yang berjuang ke podium: Sara Ahmed (Mesir), Xiang Yanmei (China), Zhahira Zhapparkul (Kazakhstan), dan Leydi Solis (Kolombia).

Xian Yanmei begitu tangguh di angkatan pertama dan kedua dengan angkatan terbaik di angka 145kg. Leydi Solis juga mengancam dengan dua angkatan beruntun 140kg dan 143kg.

s Sara Ahmed competes during the Women's 69kg weightlifting competition at the Rio 2016 Olympic Games in Rio de Janeiro on August 10, 2016. (Photo by Stoyan Nenov / POOL / AFP)" title="Sara Ahmed" />Sara Ahmed sempat gugup pada fase-fase babak final di Olimpiade 2016. (AFP/STOYAN NENOV)

Zhahira sempat gagal di angkatan pertama dengan 140kg, namun berhasil di angkatan kedua dan ketiga dengan 140kg dan 144kg.

Sementara itu Sara memulai dengan angka yang lebih kecil dari ketiga pesaingnya: 135kg di angkatan pertama dan 140kg di angkatan kedua.

Di tengah ketegangan tersebut, pada fase-fase akhir penentuan perebutan medali, Sara teringat dengan ibunya.

"Dalam clean and jerk [ketiga] saya mengangkat 143kg, Solis mencoba mengangkat 146kg untuk mengalahkan saya, tetapi dia gagal, dan saya memenangkan medali dengan total angkatan 255kg," ucap Sara dikutip dari Ahram.

"Itu rekor baru bagi saya. Allah membantu saya sepanjang malam itu," tutur Sara menambahkan.

Dengan total angkatan 255kg, Sara Ahmed dinobatkan sebagai peraih medali perunggu. Sementara emas dan perak jadi milik Xiang Yanmei serta Zhahira Zhapparkul.

Sejak itu sejarah tercipta, Sara Ahmed sebagai atlet Mesir pertama yang meraih medali Olimpiade dari seluruh cabang olahraga.

Saat dia menundukkan kepalanya ketika menerima medali, Sara seperti mewakili kekuatan wanita Muslim dunia. Prestasinya itu mengganggu isu pelarangan hijab di Prancis dan juga penindasan terhadap wanita Muslim di Amerika Serikat serta di tempat lain.

Prestasi Sara, yang pada Olimpiade 2016 masih 18 tahun, diukir setelah 104 tahun Mesir ikut Olimpiade. Dia juga disebut sebagai wanita Arab pertama yang memenangi medali Olimpiade di cabang angkat besi.

"Ini adalah kehormatan yang sangat besar, dan saya tidak bisa mengungkapkan pikiran saya," kata Sara dilansir dari Olympics.com.

Capaian Sara Ahmed di Olimpiade 2016 terbilang mengagumkan, karena dua tahun sebelumnya wanita asal Ismailia, Mesir, itu meraih medali emas di Youth Olympics Games 2014 di Nanjing, China.

"Seluruh Mesir sudah menunggu satu atau dua medali dari tim kami," kata Sara.

Menurut laporan Reuters, pada Olimpiade London 2012, lifter putri Mesir Abeer Abdelrahman menempati posisi kelima di kelas 75kg.

Akan tetapi, karena tiga teratas atau peraih medali di kelas tersebut tersangkut kasus doping, maka Abdelrahman dinyatakan meraih medali perak.

Hanya saja, medai perak itu baru diberikan kepada Abdelrahman pada 2016 setelah Komite Olimpiade mendiskualifikasi ketiga peraih medali sebelumnya.

"Tetapi, saya yang [wanita Mesir] pertama berada di podium," ucap Sara yang mengenal angkat besi dari kakaknya.

Sara Ahmed kemudian mendedikasikan medali perunggu Olimpiade 2016 untuk seluruh rakyat Mesir dan keluarga, khususnya sang ayah yang mendukung karier di angkat besi.

"Saya teringat semua usaha saya sebelum Olimpiade, cedera saya. Itu seperti film. Saya juga teringat ayah yang meninggal pada 2015 sebelum Kejuaraan Dunia Junior di mana saya memenangkan tiga medali emas," ujar Sara.

"Jadi, saya mendedikasikan pencapaian ini untuknya, atas bantuan dan dorongan beliau. Saya berutang banyak padanya," kata Sara menambahkan.

Di Olimpiade Rio de Janeiro, Sara adalah simbol wanita kuat. Betapa tidak, dengan tubuh mungil yang hanya 155cm, dia bisa mengangkat beban hingga 255kg.

Kekuatan itu juga yang menunjukkan keteguhannya pada agama Islam, dengan tetap mengenakan kerudung saat melakoni pertandingan resmi di Olimpiade.

Sara bisa mengenakan hijab dan pakaian yang serba tertutup saat bertanding setelah Federasi Angkat Besi Internasional mengubah peraturan tersebut pada 2011.

Sebelum peraturan itu diubah, sangat sedikit wanita di Arab menggeluti olahraga angkat besi karena masalah pakaiannya yang hanya menggunakan singlet dianggap tidak sopan.

"Saya berharap ini akan mendorong gadis-gadis lain berolahraga. Generasi baru angkat besi bisa lahir, sebuah awal yang baru," kata Sara.

"Saya harap, saya bisa membantu membangun kembali Mesir sebagai negara angkat besi yang sukses," tutur Sara.

Putus Sekolah demi Medali Olimpiade


BACA HALAMAN BERIKUTNYA
HALAMAN :