Di mana ada kegelisahan, di situ ada panggilan. Begitulah perjalanan Helda Gustiara Amanda di dalam dunia voli putri Indonesia yang akhirnya memilih tampil berhijab di Proliga 2016.
Ketika itu pikiran Helda seperti tarian ombak di lautan, layaknya gelombang yang datang karena tiupan angin. Keinginannya bermain sembari berhijab masih naik-turun.
Proliga 2016 merupakan musim ketiga Helda tampil dalam level profesional. Pada momen itu juga sebuah langkah besar dipilih.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Bersama Shinta Ainni Fathurrahmi, rekan satu timnya di Gresik Petrokimia, dara kelahiran Bandung, Jawa Barat, ini menerobos pandangan berhijab yang selama ini dianggap pantang bagi atlet voli putri Indonesia.
Keberanian Helda itu seperti kiprah budayawan MH Ainun Najib atau Cak Nun pada akhir 1980 hingga awal 1990 lewat pementasan puisi 'Lautan Jilbab'.
Pada masa itu, pertunjukan puisi 'Lautan Jilbab' Cak Nun tersebut digelar lantaran hijab tidak saja bermasalah di Indonesia, tetapi juga di dunia. Siswi berjilbab jadi polemik di negeri ini, sedangkan di luar negeri, siswi berjilbab dilarang masuk sekolah di Inggris dan Prancis.
Akan tetapi, tabu yang telah menyerupai karang tersebut berhasil dilebur dengan cara yang lembut. Tanpa konfrontasi, tak lewat revolusi, juga bukan dengan agresi. Helda mengelusnya dengan hegemoni.
Helda mengisahkan, kegelisahan tentang jilbab bagi atlet voli putri telah mengusik pikirannya sejak lama. Tetapi, sebagai remaja periang yang bergaul dengan zamannya, Helda tak punya nyali maju sendirian untuk melawan.
Di luar voli Helda konsisten mengenakan kerudung. Begitu bergelut dengan voli, terpaksa dilepas. Pada masa tersebut, seperti ada aturan tak tertulis bahwa di dalam voli tak diperkenankan mengenakan hijab.
"Sebenarnya Helda sudah dari lama ingin banget setop untuk buka tutup hijab karena malu sama diri sendiri," kata Helda saat berbincang dengan CNNIndonesia.com.
"Seperti merasa mempermainkan agama sendiri gitu, tapi Helda enggak ada keberanian untuk memulai dan belum tahu harus bagaimana prosedurnya, karena memang belum ada sama sekali yang turun di lapangan memakai hijab pada saat itu," ucap Helda menambahkan.
Sambil memendam keinginan, Helda tak henti memanjat doa. Pemain berposisi libero ini terus berharap segera menemukan nyali.
Momentum itu tiba pada 2016, saat sedang dalam pemusatan latihan tim Gresik Petrokimia, ketika Helda bertemu Shinta. Seniornya itu menyusul bergabung dengan tim di Gresik setelah beberapa pekan pemusatan latihan.
"Kak Shinta datang dan dia turun ke lapangan memakai hijab. Di situ Helda langsung berpikir, 'Oh mungkin ini jawaban dari Allah untuk doa-doa Helda.' Ternyata ada orang yang sama-sama sudah mulai berhijab," katanya.
"Sudah, dari situ Helda enggak mau nunda-nunda lagi. Besoknya langsung turun ke lapangan pakai hijab. Itu perlengkapan latihan dari kerudung sampe legging juga Helda pinjam dulu punya kak Shinta saking enggak mau nunda-nunda lagi pada saat itu," ia menambahkan.
Kebetulan, keluarga Helda mendukung penuh. Segala aral yang melintang pun dilibas. Sindiran atau bahkan cibiran diabaikan.
Tidak banyak harapan Helda ketika jilbab diperbolehkan di Proliga. Dia hanya ingin hijab dan voli jadi hal biasa, lumrah, wajar, dan hak asasi.