Jakarta, CNN Indonesia --
Shin Tae Yong sudah menjatuhkan pilihan. Seperti yang dijanjikan jauh-jauh hari, pemain-pemain muda jadi tulang punggung Timnas Indonesia di Kualifikasi Piala Dunia 2022 yang bakal dijajal terlebih dahulu dengan laga melawan Afghanistan (25/5).
Dari 29 nama dalam daftar pemain yang dibawa ke Dubai, Uni Emirat Arab, hanya Evan Dimas yang tercatat pernah main dalam lima laga Kualifikasi Piala Dunia 2022.
Sejak pemanggilan pemain untuk training center di Jakarta, sebenarnya ada dua nama yang berpengalaman di laga Kualifikasi Piala Dunia 2022. Namun Rudolof Yanto Basna tidak dapat memenuhi panggilan.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Selain Evan, para pemain yang dipanggil mayoritas jebolan Timnas Indonesia U-22 dan Timnas Indonesia U-19, serta beberapa pemain muka baru.
Sempat memanggil pemain dengan usia 'lanjut' seperti Ilija Spasojevic pada saat pemusatan latihan di Jakarta, Shin kini hanya memiliki Adam Alis dan Kushedya Hari Yudo sebagai pemain paling senior.
Adam dan Yudo merupakan pemain kelahiran 1993. Selain itu, Shin menggebrak dengan melakukan panggilan kepada pemain-pemain belia seperti Pratama Arhan Alief Rifai, yang naik daun bersama Timnas Indonesia U-19, serta beberapa nama seperti Koko Ari, Braif Fatari, atau Saddam Emiruddin Gaffar yang kalah tenar jika dibandingkan dengan Hansamu Yama Pranata dan Riko Simanjuntak atau beberapa pemain naturalisasi seperti Stefano Lilipaly dan Otavio Dutra.
 Muka-muka lama di Timnas Indonesia disisihkan Shin Tae Yong. (CNN Indonesia/Nova Arifianto) |
Peremajaan pemain bukan hal baru yang mendadak dilakukan Shin. Sebelum pandemi Covid-19, pelatih asal Korea Selatan itu sempat memanggil beberapa pemain muda jelang laga melawan Thailand yang waktu itu masih direncanakan berlangsung pada Maret 2020. Dari 34 nama yang dipanggil pada pemusatan latihan, separuhnya merupakan pemain-pemain muda.
Bukan sekadar sensasi, Shin Tae Yong punya tujuan tersendiri menghadirkan pemain muda di Timnas Indonesia dan menyisihkan pemain senior.
"Sebelumnya liga Indonesia tidak bergulir selama satu tahun lima bulan, karena itu performa pemain sangat menurun dan fisik juga sangat menurun juga."
"Jadi saat training camp kita bisa panggil pemain-pemain muda baru bisa kita mengubah pikiran atau mental mereka biar bisa jadi lebih baik. Dengan begitu, kita bisa menaklukkan lawan tim-tim yg akan kita nanti temukan di Kualifikasi Piala Dunia nanti," ujar Shin dalam pemusatan latihan di Jakarta pada pertengahan Mei lalu.
[Gambas:Video CNN]
Shin tampak ingin membentuk pola pikir baru kepada pemain-pemain muda. Jika pemain senior yang dipanggil ada kemungkinan muncul beragam kendala, termasuk faktor mental dan kebiasaan berada di zona nyaman sepak bola.
Mantan gelandang timnas Korea Selatan itu sudah menunjukkan cara membenahi skuad Garuda sejak menangani Timnas Indonesia U-19 yang menjalani TC di Kroasia pada September 2020.
Mental yang ditanamkan Shin bukan hanya mengenai soal di dalam lapangan, melainkan juga perihal kebiasaan makanan yang terlihat remeh.
Hal tersebut sekiranya merupakan pantauan Shin sejak kedatangan ke Indonesia pada akhir 2019. Ketika itu Shin sudah menemukan pekerjaan rumah yang harus dibenahi, yakni masalah stamina dan mental.
[Gambas:Video CNN]
Pertandingan uji coba Timnas Indonesia vs Afghanistan menjadi sarana yang pantas menguji hasil TC selama satu bulan. Shin bisa saja langsung menetapkan starter pilihan yang akan ditempatkan dalam tiga laga Kualifikasi Piala Dunia 2022.
Level Afghanistan kiranya cukup menjadi pembanding bagi kualitas Timnas Indonesia yang baru dibentuk dalam kurun waktu satu bulan dan masih mencari bentuk permainan yang diinginkan Shin.
Salah satu negara Asia Tengah itu bukan barometer sepak bola Benua Kuning. Di Kualifikasi Piala Dunia 2022, Afghanistan menempati peringkat ketiga di klasemen Grup E. Namun tipis kemungkinan Afghanistan bisa lolos.
Catatan satu kemenangan tipis atas Bangladesh, satu kali seri melawan India, serta tiga kali kalah termasuk dibombardir Qatar dan Oman menunjukkan kualitas Afghanistan masih tergolong medioker dan layak jadi lawan pertama pasukan muda Shin.
Menilik Shin yang memiliki kepercayaan tinggi pada pemain muda, lumrah jika kelak Pratama Arhan menjadi pilihan dalam pemain inti melawan Afghanistan. Jika Asnawi Mangkualam sudah benar-benar pulih, tak diragukan mantan pemain PSM itu akan menjadi pilihan pada starting XI. Sama dengan Asnawi, Ryuji Utomo pun punya peluang besar jika sudah fit 100 persen.
Evan Dimas, Adam Alis, Yakob Sayuri, dan Osvaldo Haay yang merupakan 'jebolan' liga lokal akan bersaing ketat dengan pemain impor macam Syahrian Abimanyu, Witan Sulaeman, serta Egy Maulana Vikri.
Sementara Saddam Gaffar dan KH Yudo patut mendapat perhatian menilik daya tarik yang membuat Shin jatuh hati pada keduanya.
 Suasana pemusatan latihan jelang Kualifikasi Piala Dunia 2022. (ANTARA FOTO/Aditya Pradana Putra/foc) |
Terlepas dari laga uji tanding melawan Afghanistan dan Oman, laga pada Juni mendatang juga bisa masuk kategori coba-coba.
Dengan status juru kunci Grup G di Kualifikasi Piala Dunia 2022 dan nihil peluang melaju ke babak selanjutnya, Timnas Indonesia memainkan pertandingan tanpa beban dalam tiga laga sisa menghadapi Thailand, Vietnam, dan UEA.
Motivasi dan dorongan semangat sebagai pemain anyar bakal menjadi kekuatan yang membedakan sosok-sosok seperti Syahrian Abimanyu atau Witan Sulaeman untuk menunjukkan kepantasan menyandang gelar 'pemain timnas senior'.
Perbedaan gaya pendekatan Shin dengan Simon McMenemy atau Yeyen Tumena, yang menangani Timnas Indonesia pada lima laga Kualifikasi Piala Dunia 2022 terdahulu, disinyalir bakal menyajikan penampilan Timnas Indonesia yang sulit ditebak lawan.
Taktik dan strategi ala Shin serta mental yang ditumbuhkan selama pemusatan latihan setidaknya bisa menumbuhkan harapan baru pada skuad Garuda yang lebih segar.
Perubahan yang ditampilkan Shin bahkan membuat media Thailand dan Vietnam menoleh persiapan Indonesia yang kini memiliki rata-rata usia pemain di kisaran 22 tahun.
Di balik asa yang membubung harus pula dipersiapkan kesiapan menerima hasil tak memuaskan. Bisa jadi peralihan generasi Timnas Indonesia tidak akan langsung berbuah hasil, karena proses membentuk pemain muda membutuhkan waktu.
Sehingga bisa jadi bahaya yang ditimbulkan bukan mengacu ke gawang lawan melainkan ke gawang sendiri.
Seandainya gagal mendulang poin dan kian tenggelam di dasar klasemen, toh Timnas Indonesia masih memiliki agenda jangka menengah dan jangka panjang. Hanya saja dibutuhkan konsistensi bagi PSSI guna mendukung performa stabil skuad Merah Putih.