Kadar Testosteron Tinggi, Sprinter Namibia Gagal ke Olimpiade

CNN Indonesia
Minggu, 04 Jul 2021 23:41 WIB
Ilustrasi logo Olimpiade Tokyo. (AFP/CHARLY TRIBALLEAU)
Jakarta, CNN Indonesia --

Dua sprinter putri Namibia, Christine Mboma dan Beatrice Masilingi, dinyatakan tidak memenuhi syarat untuk tampil di cabang olahraga lari 400 meter putri Olimpiade Tokyo 2020.

Komite Olimpiade Nasional Namibia dan Asosiasi Permainan Persemakmuran (NNOC-CGA) mengatakan dalam sebuah pernyataan resmi pada Jumat (2/7) bahwa kadar testosteron Mboma dan Masilingi kian meninggi secara alami.

Disadur dari CNN yang mengutip World Athletics, kadar testosteron sprinter yang meraih empat dari lima ajang prestisius atletik 2021 ini terdeteksi meningkat tajam selama 2021.

Berdasarkan aturan yang dikeluarkan badan olahraga global itu, seorang atlet putri diharuskan memiliki kadar testosteron darah di bawah 5 nmol/L (nanomole per liter) agar berhak bersaing untuk nomor tertentu, termasuk lari 400 meter.

Berdasarkan hasil tes medis yang dilakukan di Italia, tempat mereka berlatih, dua sprinter 18 tahun itu dinyatakan tidak memenuhi syarat terkait Differences of Sex Development (DSD) atau Perbedaan Perkembangan Jenis Kelamin.

Badan atletik Dunia melarang atlet yang mengalami peningkatan kadar testosteron darah untuk berkompetisi dalam kategori lari 400 meter putri hingga maraton putri di kompetisi internasional. Peraturan DSD ini baru diterapkan pada 2018.

Jika atlet dengan DSD tersebut ingin tampil dan bersaing di ajang internasional, termasuk di Olimpiade, para atlet tersebut harus menurunkan kadar testosteronnya dengan obat-obatan. Menurut World Athletics agar persaingan berlangsung adil.

Diketahui, catatan waktu terbaik Masilingi adalah 49,53 detik untuk kategori 400 meter putri. Catatan waktu tersebut dibukukan Masilingi saat tampil di Zambia pada April 2021, yang tercatat sebagai rekor tertinggi ketiga sepanjang 2021.

Meski demikian masih ada waktu bagi Mboma dan Masilingi untuk mencari keadilan. Keduanya bisa membawa kasus ini ke Pengadilan Arbitrase Olahraga dan Pengadilan Hak Asasi Manusia, seperti dilakukan sprinter Afrika Selatan, Caster Semenya pada 2019.

(abd/rhr)
KOMENTAR

ARTIKEL TERKAIT
TOPIK TERKAIT
TERPOPULER
LAINNYA DARI DETIKNETWORK