ANALISIS

Bukayo Saka, Bocah 19 Tahun Blunder Terbesar Southgate

Haryanto Tri Wibowo | CNN Indonesia
Senin, 12 Jul 2021 20:25 WIB
Apakah tepat memberi beban mengakhiri kutukan juara Inggris yang sudah bertahan 55 tahun kepada pemain minim pengalaman di level senior seperti Bukayo Saka?
Para pemain timnas Inggris coba menghibur Bukayo Saka. (AP/Carl Recine)

Oke, Bukayo Saka memang tampil impresif sepanjang Euro 2020 hingga membawa timnas Inggris ke babak final.

Pergerakan Saka di sayap kanan merupakan salah satu kunci sukses Tiga Singa lolos ke final. Tapi, Southgate lupa satu faktor penting dalam menentukan Saka sebagai eksekutor penalti: Pengalaman!

Euro 2020 adalah turnamen besar pertama yang diikuti Saka, pemain berdarah Nigeria yang baru masuk di sepak bola profesional pada 2018. Tekanan mengambil penalti saat sesi latihan akan jauh berbeda daripada saat melakukannya di sebuah final Euro.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Catatan lainnya adalah: Saka tidak pernah mengambil tendangan penalti di level senior. Bisa dibayangkan betapa tegangnya Saka saat menghadapi Donnarumma yang memiliki tubuh luar biasa besar di bawah gawang Italia.

Tidak hanya dia melakukan penalti pertama di level senior, Saka juga harus melakukannya sebagai penendang terakhir, di final Euro, di depan hadapan puluhan ribu suporter, untuk timnas yang negaranya sangat gila sepak bola dan tidak pernah menjadi juara dalam 55 tahun terakhir.

Untuk menerima keputusan Southgate yang menunjuknya sebagai eksekutor terakhir saja Saka seharusnya pantas mendapat pujian. Karena masih ada sejumlah pemain Inggris yang lebih pantas dan punya pengalaman lebih banyak untuk menjadi penendang penalti terakhir, seperti Raheem Sterling, Jack Grealish, John Stones, atau Luke Shaw.

Banner TestimoniFoto: CNN Indonesia/Timothy Loen

Saka memang sudah tiga tahun bermain secara profesional, namun secara pengalaman di sepak bola internasional, winger kelahiran 5 September 2001 itu terbilang masih 'bocah'.

Bukayo dalam bahasa Nigeria berarti 'menambah kegembiraan'. Sayang Saka tidak bisa memberi kegembiraan bagi masyarakat Inggris di Euro 2020. Namun itu bukan kesalahan Saka, tapi lebih kepada kesalahan Southgate.

Sekali lagi akan terasa lebih mudah mengkritik seorang pelatih usai kekalahan timnya, tapi dengan segudang pengalaman Southgate seharusnya tahu Saka belum siap menjalankan tugasnya. Memilih Saka, bocah 19 tahun minim pengalaman, sebagai penendang penalti terakhir di Euro 2020 adalah blunder terbesar Southgate.

(sry)

HALAMAN:
1 2
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER