Di luar optimisme meraih hasil terbaik, Tipi mengatakan posisi Indonesia di cabor surfing Tipi masih sangat rendah. Pasalnya untuk bisa masuk jajaran surfer elite dunia, Indonesia harus mengikuti kejuaraan dunia di beberapa negara secara berkelanjutan selama satu tahun.
Saat ini, atlet Indonesia masih terbentur masalah visa dan anggaran. Untuk bisa keliling mengikuti Kejuaraan Dunia, atlet Indondesia harus kembali ke negara asal untuk mendapatkan visa dan kondisi ini cukup merepotkan dan membutuhkan biaya besar.
"Padahal Rio itu sangat diwaspadai oleh lawan-lawan dari negara lain, seperti dari Brasil, AS, Australia, dan Prancis. Kemampuan Rio itu di atas rata-rata surfer yang tampil di Olimpiade besok. Walaupun Rio tidak main di Kejuaraan Dunia, tapi dia adalah surfer junior terbaik di dunia," aku Tipi.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Persiapan juga disebut Tipi sudah dibuat sematang mungkin jelang keberangkatan pada Sabtu (17/7). Tim surfing Indonesia akan berangkat dari Bali menuju Jakarta untuk bergabung dengan rombongan kontingen cabang olahraga lain di Bandara Soekarno-Hatta dan langsung terbang menuju Tokyo, Jepang.
Sejak dua hari lalu, tim surfing juga telah menjalani tes PCR tujuh hari beruntun jelang keberangkatan sebagai syarat yang diminta pemerintah Jepang untuk kontingen Indonesia. Kedua surfer saat ini juga hanya berlatih ringan, pemanasan sambil adaptasi dengan papan selancar untuk menghindari cedera jelang perlombaan.
"Sekarang semua sudah aman, dalam kondisi prima, tidak ada kendala semua berpikir positif. Peralatan juga sudah siap dan kami siap berangkat dan bertanding," tutup Tipi.