Olimpiade Tokyo: Multievent Rasa Single Event
Penyelenggaraan Olimpiade Tokyo 2020 memberikan kesan berbeda dibanding di Rio de Janeiro 2016 lalu. Bahkan, kondisi pandemi membuat ajang multievent ini serasa single event.
Perbedaan itu dirasakan oleh peraih medali perak angkat besi di Olimpiade Rio de Janeiro, Eko Yuli Irawan. Bahkan, peraih medali perak kelas 61 kg Olimpiade Tokyo 2020 ini mengatakan edisi kali ini berbeda dengan tiga gelaran lain yang pernah dia ikuti sebelumnya.
Eko menyebut Olimpiade Tokyo 2020 sangat sepi dan kurang meriah. Ketidakhadiran penonton menjadi salah satu perbedaan mencolok yang dirasakan Olimpian 32 tahun tersebut.
"Biasanya juga kalau Olimpiade kan ada theme song nya apa gitu, ini tidak ada. Sepi banget. Multievent rasa single event. "Di Athlete Village juga euforianya biasanya tinggi. Ada live music, ada saja yang BBQ di mana-mana. Terus biasanya fasilitas-fasilitas lain komplet. Sekarang banyak fasilitas yang hilang," kata Eko kepada CNNIndonesia.com, Rabu (28/7).
Di masa pandemi, pergerakan para atlet juga jadi terbatas. Sebab, selama di Olimpiade para atlet tetap menjalani masa karantina dan hanya bisa bergerak di area bubble yang telah disediakan.
Bahkan, mobilisasi atlet dibatasi hanya ke kamar, dining hall, dan tempat latihan atau venue pertandingan. Paling jauh, menurut Eko, ia hanya bisa melepaskan penat ke tempat penjualan souvenir untuk membeli oleh-oleh untuk keluarganya.
"Karena sekarang pandemi jadi dibatasi semuanya. Kita juga jadi agak takut mau ngobrol sama atlet negara lain karena harus sama-sama saling menjaga. Jadi agak canggung juga," ucap Eko.
"Sebenarnya mau menikmati Tokyo, tapi tidak bisa karena karantina di bubble itu. Saya yang sudah selesai pertandingan juga tidak bisa apa-apa. Kalau kita melanggar, kita di karantina 10 hari."
Bersambung ke halaman berikutnya...