Israel dan Sejarah Panjang Politik di Olimpiade

CNN Indonesia
Kamis, 05 Agu 2021 16:39 WIB
Judoka Israel Tohar Butbul mendapat dua bye setelah lawannya menolak bertanding di Olimpiade Tokyo 2020. (REUTERS/SERGIO PEREZ)
Jakarta, CNN Indonesia --

Dalam Piagam Olimpiade salah satu prinsip dasar kompetisi olahraga adalah netralitas atau lepas dari politik. Namun nyatanya, Olimpiade dan politik tak pernah terpisahkan.

Hampir di setiap gelaran Olimpiade selalu ada momen politik yang menjadi sorotan, baik melalui aksi boikot, propaganda, ataupun protes. Dalam gelaran Olimpiade Tokyo 2020 sejumlah momen yang erat kaitan dengan politik juga terjadi.

Judoka Israel Tohar Butbul menjadi salah satu atlet yang mendapat sorotan di Olimpiade Tokyo 2020 karena mendapat dua kali bye di kelas 73 kilogram setelah dua lawannya yang merupakan judoka muslim menolak untuk bertanding.

Mundur jauh ke belakang, penyelenggaraan Olimpiade Munich 1972 juga telah dirusak oleh serangan teroris terhadap tim Israel. Serangan di Desa Olimpiade ini menewaskan dua anggota tim Israel dan sembilan orang disandera.

Aksi politik sejatinya sudah ada sejak lama di Olimpiade. Bukan hanya menjadikan Olimpiade sebagai ajang demonstrasi politik, tetapi juga banyak atlet yang memanfaatkan momen Olimpiade untuk mencari suaka.

Pada Olimpiade London 1948 perenang Hungaria, Oscar Charles yang sukses merebut medali perak menolak untuk pulang ke negaranya.

Ia membelot untuk tetap tinggal di Inggris karena ingin menghindari rezim pemerintahan komunis di negara asalnya. Dua tahun tahun kemudian Oscar Charles bermigrasi ke Australia dan melatih tim renang negara tersebut untuk tampil d Olimpiade Helsinki 1952.

Di Olimpiade Melbourne 1956, pesenam Hungaria, Keleti, yang memenangkan medali emas dan dua perak juga menolak pulang ke negaranya. Dia memilih bertahan di Australia dan bergabung dengan puluhan atlet Eropa timur yang juga menolak pulang ke negara asalnya.

Lalu, pembawa bendera Irak pada upacara pembukaan Olimpiade Atlanta 1996, Raed Ahmed, kabur dari Desa Olimpiade setelah berkompetisi di cabor angkat besi. Dia kabur karena menolak pulang ke negara asalnya dengan alasan ingin menghindari rezim Saddam Hussein.

Perenang Komoro, Ayoa-Ali Shiame juga dilaporkan kabur dari Desa Olimpiade London 2012 setelah berkompetisi di nomor gaya bebas 100 meter putri. Atlet berusia 17 tahun itu menolak pulang ke negaranya lantaran tak mau 'dijual' oleh keluarganya untuk menjalani pernikahan paksa dengan pria yang jauh lebih tua.

Bersambung ke halaman berikutnya...

Aksi Boikot dan Isu Pengungsi di Olimpiade


BACA HALAMAN BERIKUTNYA
HALAMAN :