Sehari menjelang hari kemerdekaan Indonesia, dua pasang patriot olahraga Indonesia pernah menghadirkan kado indah berupa medali emas di Olimpiade.
Penyelenggaraan Olimpiade yang biasa berlangsung pada Juli-Agustus memungkinkan Indonesia mendapat persembahan spesial dari para atlet yang berlaga.
Tahun ini penyelenggaraan agak berjauhan dengan hari bersejarah 17 Agustus, berbeda dengan Olimpiade 2016.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Pada lima tahun lalu, tradisi emas Olimpiade Indonesia dipertahankan pasangan ganda campuran Tontowi Ahmad/Liliyana Natsir.
Owi/Butet yang kala itu merupakan pasangan ganda campuran terkuat pelatnas Cipayung menjadi tumpuan tim badminton Indonesia.
Tekanan menjadi berlipat setelah mayoritas wakil Merah Putih gugur di fase grup. Owi/Butet juga malah harus bertemu Praveen Jordan/Debby Susanto.
Kekalahan Greysia Polii/Nitya Krishinda Maheswari di perempat final sektor ganda putri membuat Owi/Butet menjadi satu-satunya wakil Indonesia di fase semifinal.
Owi/Butet kemudian menundukkan Zhang Nan/Zhao Yunlei yang merupakan unggulan utama di semifinal. Pada partai final yang berlangsung 16 Agustus 2016, Owi/Butet merontokkan wakil negeri Jiran Chan Peng Soon/Goh Liu Ying dengan skor 21-14 dan 21-12.
Delapan tahun sebelum Owi/Butet, Markis Kido/Hendra Setiawan juga meraih medali emas pada 16 Agustus di Olimpiade Beijing.
Andalan Indonesia di sektor ganda putra tersebut menumbangkan pasangan jagoan tuan rumah, Cai Yun/Fu Haifeng, di partai final dengan skor 12-21, 21-11, 21-16.
Kido/Hendra ke final melewati partai-partai berat dengan menghadapi ganda-ganda kuat dunia yakni Guo Zhendong/Xie Zhongbo, Koo Kien Keat/Tan Boon Heong, serta Lars Paaske/Jonas Rasmussen.
Di hari yang bersamaan dengan kemenangan Kido/Hendra, Maria Kristin Yulianti juga mempersembahkan medali perunggu.
(nva/sry)