Jakarta, CNN Indonesia --
Talenta muda Indonesia, Witan Sulaeman, telah resmi dikontrak klub Polandia, Lechia Gdansk, Selasa (31/8). Dalam kontrak dua musim, bisakah Witan melebihi Egy Maulana Vikri?
Faktanya, kehadiran Witan di klub berjulukan Budowlani atau Pekerja Konstruksi, ini diiringi cibiran. Media massa Polandia memprediksi Witan akan mengulangi perjalanan tak mengesankan kompatriotnya di Timnas Indonesia itu.
Egy yang dikontrak Gdansk selama tiga musim tak mampu bersaing. Pemain berposisi winger ini hanya tampil 10 kali di kasta tertinggi. Itu pun dominan sebagai cadangan. Statistik Egy sama sekali tak menggembirakan.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Witan yang berposisi sama dengan Egy, utamanya sebagai winger kanan, diprediksi bakal mengalami hal serupa. Parameternya penampilan Witan selama dua musim bersama klub Serbia, Radnik Surdulica, juga tak memuaskan.
Pada musim pertamanya, 2019/2020, pemain kelahiran Palu ini tampil 72 menit dalam dua kesempatan. Musim berikutnya lebih buruk: 42 menit dari tiga kesempatan sebagai pengganti. Modal inilah yang dibawa Witan ke Gdansk.
Walau tak impresif bersama Radnik Surdulica, Lechia tetap mengontraknya. Sudah begitu, nama Witan bocor akan dikontrak Gdansk sebelum pelatih baru mereka datang, Tomasz Kaczmarek. Hal ini menjadi pertanyaan media massa Polandia.
Mereka menganalisis Witan didatangkan hanya untuk memenuhi keinginan pemilik saham. Meski perusahaan Indonesia, Paytren, sudah tak menjadi sponsor, Ustaz Yusuf Mansur masih tercatat sebagai pemilik 10 persen saham klub.
 Egy Maulana Vikri minim durasi bermain di Lechia Gdansk. (CNN Indonesia/Arby Rahmat Putratama) |
Yusuf Mansur lewat PT Veritra Sentosa Internasional mengeluarkan dana sebesar 2,5 juta euro atau setara Rp41,2 miliar pada 2018 untuk mengakuisisi 10 persen saham klub. Yusuf mengatakan status saham tersebut belum dilepas.
Terlepas dari praduga tersebut, bagaimana peluang Witan menembus skuad inti Gdansk?
Di klub berusia 76 tahun ini Witan setidaknya harus bersaing dengan lima pemain. Mereka itu adalah Ilkay Durmus (Turki), Marco Terrazzino (Jerman), Joseph Ceesay (Swedia), Flavio Paixao (Portugal), juga Kacper Sezonienko (Polandia).
Durmus contohnya, sudah tampil enam kali pada musim 2021/2022 sebagai winger kanan. Pemain yang lahir di Jerman dan menimba ilmu sepak bola di akademi VfB Stuttgart ini andal melepaskan umpan silang juga licin saat penetrasi.
Terrazzino yang juga baru didatangkan, punya pengalaman lebih panjang. Mantan pemain 1899 Hoffenheim ini diyakini akan menjadi salah satu pembelian sukses Gdansk. Sebagai jebolan timnas Jerman U-20 teknik individunya tak diragukan.
Baca lanjutan berita ini di halaman berikutnya>>>
Berikutnya Ceesay. Pemain 23 tahun ini sudah tampil enam kali sebagai winger kiri. Selain piawai sebagai penyerang sayap, Ceesay juga cakap sebagai gelandang. Niscaya, nantinya kualitas Cassey akan sering dikomparasi dengan Witan.
Lantas ada dua striker yang juga sering dimainkan sebagai winger, yakni Paixao dan Sezonienko. Dua nama ini akan menjadi pesaing Witan untuk mendapat posisi inti. Utamanya Paixao musim lalu menjadi top skor klub dengan 12 gol.
Musim ini, sebelum Gdansk berganti pelatih, formasi 4-5-1 dan 4-3-3 jadi andalan. Piotr Stokowiec mengandalan Lukasz Zwolinski sebagai ujung tombak. Musim ini Stokowiec telah melesakkan dua gol, setelah musim lalu menceploskan delapan gol.
Kini Gdansk kemungkinan besar tak akan menggunakan formasi 4-5-1 lagi. Dalam tiga musim terakhir, termasuk musim lalu saat menjadi asisten pelatih Pogon Szczecin, Kaczmarek cenderung menggunakan formasi 4-4-2.
Dengan formasi 2 striker ini Witan berpeluang dapat menit main, setidaknya sebagai pengganti. Namun, jika formasi 4-3-3 kembali dipakai, Witan akan kesulitan. Pasalnya, trisula lini depan telah paten dan tiga gelandang kuat dalam bertahan.
Sayangnya Witan bukan pemain dengan karakter perebut bola. Ia pelari, penusuk, dan pengumpan. Saat membela Radnik Surdulica misalnya, ia sering kedodoran. Pembawaannya belum tenang, yang itu berdampak pada kesalahan umpan.
Dalam wawancara yang ditayangkan Lechia Gdansk di kanal Youtube, Kamis (2/9), Witan mengaku bisa bermain di tiga posisi: winger kiri atau kanan dan gelandang serang. Tiga keahlian inilah yang akan ia tawarkan ke pelatih Gdansk.
"Dalam permainan saya bisa bermain sebagai winger, baik itu di kanan maupun di kiri, juga sebagai gelandang serang. Saya bisa bermain untuk semua posisi itu," ucap pemain yang pernah dikontrak PSIM Yogyakarta ini.
[Gambas:Photo CNN]
Seusai latihan perdana bersama Gdansk, dengan malu-malu, Witan mengaku semuanya berjalan lancar. Secara diplomatis sang pelatih pun memuji bakatnya. Hal sama dialami Egy saat tiba di Gdansk.
"Semuanya baik. Kami hari ini kami berkumpul, karena kami punya pelatih baru. Hari ini [Kamis, 2/9] adalah kali pertama kami berlatih dengannya [Tomasz Kaczmarek]. Semuanya berjalan dengan baik," kata Witan, Kamis (2/9).
Apakah nantinya petualangan Witan itu akan baik saja? Kiranya tidak. Witan selayaknya dapat kritik dan dikupas rutin oleh suporter Gdansk. Jika tak dikritik atau dipuji, artinya Witan jarang main.
[Gambas:Video CNN]
Filsuf Prancis Rene Descartes amat dikenal dengan sebuah ungkapan Cogito ergo sum: aku berpikir maka aku ada, bisa menjadi perenungan Witan. Tetapi bagi pesepakbola frasanya mungkin sedikit berubah menjadi 'aku bermain maka aku ada'.
Tudingan bahwa Witan hanya 'pemain titipan' taipan Indonesia di Lechia Gdansk sudah sepantasnya pula dimentahkan. Salah satunya dengan memberi kontribusi lewat penampilan di lapangan.