Bagaimana Anda mengatur diri, mental, fisik untuk tampil di 3 nomor sekaligus di Paralimpiade?
Sebenarnya kalau latihan, saya lebih keras dari pertandingan. Tapi beban mentalnya yang beda. Selama pertandingan dari 2013 tapi di 2021 saya habis di fisik, mental semuanya.
Pertama beban target dan ke mental. Meskipun tidak pernah dibebankan, tetapi ada ambisi dalam diri yang ingin berprestasi juga kan.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Padahal di latihan saya mengatur waktu dengan baik. Waktu mau Paralimpiade kemarin saya dikasih tahu bahwa jeda waktu saya dari pertandingan ke pertandingan cuma 20 menit. Buat saya tidak masalah.
Tapi kondisinya kemarin, sebelum final di tunggal putri dan ganda campuran malamnya saya tes doping sampai lewat tengah malam. Tes doping itu kan wajib, tidak mungkin saya bilang saya tidak mau karena besok pagi saya sudah harus main lagi.
Tes doping selesai jam 2 pagi, saya jam 6 sudah harus berangkat dari hotel ke tempat pertandingan karena jam 8 sudah harus main. Jadi fisioterapis saya malam itu juga tidak bisa maksimal, karena kalau maksimal saya akan lebih kurang lagi istirahatnya.
![]() |
Pertandingan pagi itu di tunggal putri, sudah habis saya itu rasanya. Terus saya telepon keluarga, mereka bilang ke saya tidak usah sedih. Padahal memang dalam hati, saya sudah bilang apapun hasilnya saya puas, apapun.
Saya mau saja mati-matian di tunggal putri biar bisa dapat medali emas, tapi pertimbangannya saya pasti akan habis waktu main di ganda campuran, saya tidak akan kuat.
Terus saya pikir lagi, pasangan saya Mas Hary (Susanto) itu sudah sangat perhatian sama saya. Dia sudah maksimal latihan, terus dia sudah tua juga kan usianya. Saya tidak mau kecewain dia, karena dia berharap banget sama saya, emas Paralimpiade ini kan mimpinya mas Hary juga.
Belum lagi istrinya mas Hary yang juga sangat baik sama saya. Jadi saya pikir banyak yang akan kecewa kalau hasil di ganda campuran tidak maksimal. Saya puas dengan hasil itu [perak di tunggal putri], saya sudah ngoyo tapi saya akui hanya segitu hasil yang bisa saya kasih.
Pada pertandingan final tunggal putri Anda terlihat begitu terpukul setelah kalah, tapi dalam tempo beberapa jam kemudian bisa bangkit lagi untuk main di final ganda campuran, apa yang membuat Anda bisa memulihkan fisik dan mental dalam waktu singkat?
Kalau dibilang terpukul, saya lebih terpukul waktu kalah di Asian Para Games 2018. Saat itu orang tua saya nonton, masyarakat Indonesia nonton teriakin nama saya.
Waktu itu saya akui saya kalah bukan karena permainan, tapi saya kalah di mental. Saya tidak bisa all out waktu itu jadi hasilnya tidak maksimal.
Tapi di Paralimpiade ini, saya cukup puas saya kalah bukan karena mental, tapi karena fisik saya tidak kuat. Pemain lain selesai pertandingan bisa pulang istirahat ke hotel, saya bisa seharian ada di lapangan dari satu pertandingan ke pertandingan lain.
Tapi satu yang bikin saya kuat setelah kalah di tunggal putri Paralimpiade kemarin, banyak yang kasih motivasi ke saya untuk bisa bangkit dan maksimal di ganda campuran.
Anda menargetkan tiga emas di Paralimpiade, tetapi di tunggal putri kalah dari Cheng Hefang. Apa ada pengaruh psikologis dalam pertemuan kemarin?
Head to head sama Hefang, saya kalah 2-5. Padahal, saya kalau ketemu Hefang dari postur jangkauan saya menang, pukulan power kuat saya. Kalau saya turun di satu nomor saya yakin saya bisa menang lawan dia.
![]() |
Badminton untuk pertama kalinya masuk di Paralimpiade, dan Anda berhasil meraih 2 emas 1 perak, bagaimana rasanya?
Rasanya seperti mimpi, dari pertama dapat emas. "Tuhan ini ujung dari semua mimpi saya."
Latihan keras saya, saya hari minggu masih latihan. Dan perjuangan itu terwujud semua hasilnya. Rasanya plong, badan rasanya ringan banget. Apalagi pas saya ingat, target dari NPC itu satu medali emas.
Sampe sekarang lagi karantina, kan berjemur kalau pagi, ketemu Mas Hary dia sambil nepuk pundak saya masih bilang "Kaya mimpi ya, Rat". Istrinya Mas Hary juga bilang 'Terima kasih ya, Rat' itu rasanya kaya mimpi.
Anda atlet tersukses Indonesia dalam sejarah Paralimpiade, apa perasaan Anda saat tahu rekor bersejarah itu?
Pas dengar berita di media begitu, saya merinding. Saya bangga sama diri sendiri, akhirnya bisa jadi sejarah untuk Indonesia. Ketika saya tidak main lagi mereka kenal saya jadi legenda para badminton.
Prestasi gemilang, apresiasi dari pemerintah, apa Anda penasaran dengan jumlah bonus yang sekarang masih rahasia?
Penasaran pasti. Tapi sudah disampaikan Pak Menteri [Menpora Zainudin Amali], minimal sama dengan yang Olimpiade kemarin.
Pak Menteri bilang pas kita live kemarin di salah satu stasiun TV, "Saya sudah sampaikan, dipastikan minimal sama, tapi bisa jadi lebih."
Penasaran tapi ya bisa dikira-kira lah, hehehe.
Sudah Ada rencana bonus mau digunakan untuk apa? Kabarnya mau buat GOR Badminton?
Tidak pernah terbayang dapat uang banyak. Di Asian Para Games, saya dapat bonuns Rp2,7 miliar saja sudah banyak, sudah bisa bantu orang di sekitar, bisa bantu keluarga, banyak yang bisa saya kerjakan. Apalagi ini, berlipat-lipat dari yang saya dapat kemarin.
Belum ada bayangan bonus itu mau dibuat apa. Pengennya, buat GOR Badminton untuk disabilitas. Karena teman-teman yang pakai kursi roda itu susah kalau mau main badminton. Jarang ada GOR yang fasilitasnya bisa untuk disbilitas.
Pengennya bangun di Solo, karena pelatnas kan di Solo. Itu keinginan sudah lama banget sebenarnya. Setelah saya suka ikut tarkam-tarkam, main sama teman-teman yang kursi roda mereka tidak boleh main sama yang punya lapangan karena takut rusak lapangannya.
![]() |
Beberapa waktu lalu Anda sempat bilang mau menikmati kemenangan dulu, ada rencana pensiun dalam waktu dekat?
Saya pernah ditanya kapan pensiun. Kan juara dunia sudah, semua sudah saya dapat. Saya bilang saya cuma mau jadi juara di Paralimpiade.
Saya bilang, "Sebelum dapat emas di Paralimpiade saya akan main terus."
Tapi sekarang saya sudah dapat emas di Paralimpiade, saya belum mau pensiun. Saya hanya mau menikmati waktu sama keluarga dulu. Saya juga mau jadi orang normal, memikirkan kehidupan keluarga, menenangkan diri sama keluarga, terus membangun keluarga.
Tapi bukan berarti saya tidak main lagi. Saya pasti akan main lagi. Orang-orang yang dekat sama saya pasti tahu, saya tidak tahan kalau lama-lama tidak main badminton.
Selagi saya mampu main badminton, saya bisa jadi pelatih. Jadi belum ada rencana pensiun dari badminton.
Ada rencana apa ke depan untuk karier Anda selanjutnya?
Saya masih pengen menempuh pendidikan. Kemarin Rektor UNS bilang, yang meraih medali di Paralimpiade, bisa dapat beasiswa sampai S-3. Sekarang saya sudah S-2 jadi bisa lanjut.
Saya S-1 olahraga, S-2 saya Bahasa Indonesia. Rencananya, saya mau ngulang di S-2 ambil olahraga biar linier sama S-1 dan S-3 bisa ambil olahraga juga.
(ttf/nva)