Uang Berbicara di Gengsi Daerah PON

CNN Indonesia
Jumat, 01 Okt 2021 21:07 WIB
Semangat persaingan di PON mengalami perubahan karena gengsi daerah dan kegagalan membina atlet berprestasi.
PON dirusak gengsi daerah yang kemudian mengambil jalan pintas merekrut atlet kenamaan. (ANTARA FOTO/GALIH PRADIPTA)
Jakarta, CNN Indonesia --

Pekan Olahraga Nasional (PON) sejatinya merupakan ajang pamer hasil pembinaan atlet di berbagai cabang olahraga. Tapi kini, pesta olahraga terbesar di Indonesia itu menjadi ajang adu gengsi yang membuat ruh persaingan jadi berubah.

Sejak pertama kali digelar di Solo pada 1948, PON bertujuan untuk melengkapi proses pembangunan bangsa melalui nilai-nilai luhur yang terdapat di olahraga. Daerah dalam hal ini memberikan kontribusi untuk mencari atlet terbaik untuk dibina dengan memanfaatkan potensi yang ada di masing-masing daerah.

Hasil akhir dari pembinaan di level daerah itu kemudian diadu di level nasional untuk selanjutnya menjadi perwakilan negara di level yang lebih tinggi. Mulai dari SEA Games, Asian Games sampai yang tertinggi yakni Olimpiade.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Permasalahan yang terjadi saat ini, banyak daerah yang memilih jalan pintas untuk mencetak prestasi atlet. Alih-alih mencari bibit potensial, daerah justru lebih senang dengan menarik atlet berlabel pelatnas yang sudah punya rekam jejak prestasi untuk menjadi bergabung dengan daerah tertentu dibanding mencari dan mencetak bibit asli daerah yang belum tentu bisa menghasilkan prestasi gemilang.

Caranya, tak lain dengan menawarkan sejumlah bonus besar kepada sang atlet atlet yang telah mencetak prestasi di level internasional untuk pindah membela daerah tertentu. Pemerintah Daerah sendiri tak menutup mata terhadap praktik transaksi mutasi atlet jelang PON. Meskipun pada dasarnya mereka memahami bahwa mencetak prestasi tidak bisa dilakukan secara instan.

"Kecuali ngebon. Itu tata cara yang tidak baik menurut hemat kami, tidak terlihat pembinaannya. Atlet sudah jadi, kemudian diambil. Jadi jangan sampai terjadi seperti itu seharusnya," kata Setiawan Wangsaatmaja, Sekretaris Daerah Jawa Barat sekaligus Chef de Mission (CdM) Kontingen Jawa Barat di PON 2020 Papua, ketika ditanya mengenai pembibitan atlet daerah.

Banner Testimoni

Menanggapi hal tersebut, pengamat olahraga nasional, Tommy Apriantono mengatakan besar-besaran nominal bonus yang ditawarkan daerah untuk atlet yang berlabel pelatnas atau berprestasi di level internasional menjadi sebuah persoalan besar. Seharusnya, pemerintah bertugas mengatur besaran bonus di daerah supaya tidak lagi terjadi mutasi atau jual-beli atlet demi gengsi daerah.

"Semua itu bisa diatur lewat regulasi di KONI Pusat. Mulai dari pengaturan umur atlet yang bisa tampil di PON, pembatasan prestasi atlet yang pernah tampil dan meraih medali di SEA Games, Asian Games atau Olimpiade untuk main di PON sampai pembatasan bonus supaya tujuan PON sebagai pencarian bibit unggul atlet bisa tercapai," kata Tommy kepada CNNIndonesia.com.

Baca lanjutan artikel ini di halaman selanjutnya>>>

PON Sebagai Ukuran Pembinaan, Bukan Gengsi Semata

BACA HALAMAN BERIKUTNYA

HALAMAN:
1 2
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER