Peraih medali perak angkat besi Olimpiade Tokyo 2020 (2021) Eko Yuli Irawan berharap Kemenpora dan Lembaga Anti Doping Indonesia (LADI) tidak mempermainkan atlet yang telah bekerja keras.
Eko Yuli menilai kejadian yang menimpa tim beregu putra Indonesia dalam Thomas Cup 2020 (2021), meraih gelar juara tanpa ada bendera merah putih yang dikibarkan, harus menjadi renungan bersama. Semua pihak harus giat bekerja di masing-masing posisi.
"Coba direnungkan lagi, jangan dipermainkan atlet. Atau bisa dibilang lebih taatlah. Kita atlet disuruh latihan ya latihan, disiplin ya disiplin. Berikan prestasi, iya. Ayolah giat di bagian masing-masing sampai 100 persen," kata Eko, Senin (18/10).
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Kalau mungkin ada miskomunikasi, ya mudah-mudahan bisa cepat diselesaikan, karena tahun depan ada Asian Games dan SEA Games. Sayang bendera kita ga bisa berkibar. Coba didiskusikan dan dimediasi ke WADA," ucapnya menambahkan.
Peraih medali emas kejuaraan dunia angkat besi 2018 kelas 61 kilogram ini berharap Kemenpora, Komite Olimpiade Indonesia (KOI), dan LADI bergerak sungguh-sungguh. Pasalnya Eko yakin atlet akan tetap bekerja keras meski ada sanksi WADA.
"Kalau saya sendiri, intinya sebagai atlet, akan tetap berjuang meski Merah Putih tidak boleh berkibar. Ini maksimal satu tahun kalau tidak salah sanksi WADA. Lihat dari Piala Thomas semalam, Indonesia Raya masih berkumandang," kata Eko Yuli.
Atlet 32 tahun ini mengisahkan, proses pengambilan sampel doping di Indonesia dan internasional tak jauh berbeda. Yang membedakan hanya jumlah sampel dari satu nomor pertandingan dan kedisiplinan mengikuti aturan WADA.
Untuk Pekan Olahraga Nasional (PON) Papua 2020 (2021) misalnya, hanya atlet peraih medali emas yang menjalani pengambilan sampel doping. Ini berbeda dengan jumlah sampel saat tampil di Olimpiade beberapa bulan lalu.
"Kalau kayak PON kemarin [Papua 2020] hanya yang juaranya saja. Kalau internasional, Olimpiade atau Kejuaraan Dunia itu satu sampai empat biasanya dites. Nah, kalau untuk di nasional kita tidak tahu aturannya bagaimana," ucap Eko.
"Kalau di Olimpiade kemarin tim Indonesia rata semua dites doping sebelum bertanding. Sampai di Tokyo, besoknya langsung dites doping, acak sebelum pertandingan. Setelah pertandingan, kalau sudah podium, pasti tes lagi. Ya urine, ya darah juga," ujarnya.
Peraih medali emas angkat besi kelas 67 kilogram putra PON Papua 2020 ini menambahkan, mayoritas atlet taat tes doping. Karena aturan doping ketat dan berpengaruh, persoalan ini diharapkan bisa segera diselesaikan oleh pemerintah.
"Tentang ketaatan atlet tentang tes doping, sebagai atlet hanya bisa patuh. Kalau masalah yang saat ini kan antara LADI dengan WADA. Tak ada ada urusannya dengan atlet, kecuali atletnya yang mangkir. Aturan dari WADA ke LADI kan mereka yang tahu," katanya.
(abd/ptr)