Hendry Saputra meninggalkan pelatnas Cipayung setelah tujuh tahun menangani sektor tunggal putra. Berikut wawancara eksklusif CNNIndonesia.com dengan Hendry Saputra.
Hendry Saputra adalah sosok yang bertanggung jawab dalam menangani sektor tunggal putra pelatnas Cipayung sejak 2015. Hendry juga jadi salah satu sosok yang ikut membantu perkembangan permainan Jonatan Christie dan Anthony Ginting yang saat ini jadi andalan Indonesia di nomor tunggal putra.
Bagaimana pandangan Hendry Saputra terkait perjalanan kariernya, berikut wawancaranya dengan CNNIndonesia.com:
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
1. Anda resmi meninggalkan pelatnas Cipayung?
Misal kita kontrak sebuah rumah, ketika kontrak itu sudah habis, tentu ada opsi kita mau kontrak lagi dan kita tidak mau kontrak lagi. Atau sebaliknya yang punya rumah tidak mau mengontrakkan rumahnya lagi.
Saya memutuskan untuk tidak gabung lagi karena melihat pencapaian saya sudah cukup. Lalu saya juga melihat kondisi saya. Selama pandemi ini, saya sudah pernah kena Covid-19 juga harus bolak-balik PCR setiap kali pergi, sudah 156 kali.
Dengan pencapaian di Asian Games, Olimpiade, Thomas Cup, Alhamdulilah sudah cukup bagi saya. Yang terpenting saya sudah membawa pemain Indonesia berhasil di ajang internasional, itu menurut ukuran saya.
Saya tidak memperpanjang kontrak. Saya rasa dengan pencapaian yang ada, saya rasa sudah maksimal. Dengan keputusan ini, mungkin yang lain ada yang bisa maju, jadi bisa lebih elok.
Dengan kemampuan dan kondisi saya, saya rasa sudah maksimal karena saya juga mesti berjiwa besar.
2. Anda datang ke pelatnas bersamaan kembalinya Simon Santoso, namun kemudian setelah itu dipasrahi tugas berat untuk mengawal generasi tunggal putra yang sangat diharapkan. Sejauh mana beban itu?
Saya masuk kontrak PBSI pada Januari 2015, saat itu Jonatan Christie, Anthony Ginting, dan Ihsan Maulana Mustofa masih junior. Peringkat mereka masih kurang lebih ada di 200-an.
Saat itu saya merasa jadi punya tantangan. Saya berharap bahwa pemain-pemain Indonesia ini bisa berjodoh dengan saya. Dengan cara saya melatih, dengan pengalaman saya, saya coba tuangkan hal tersebut dalam keseharian bersama mereka.
![]() |
Kalau dari segi nama mereka memang oke, namun dari segi juara saat itu mereka masih juara di Challenge, belum bisa juara di super series. Saya melihat sektor tunggal putra Indonesia punya bakat yang cukup bagus.
Saya menganggap tiga pemain itu bisa jadi modal bagi tunggal putra Indonesia dan tentu sayang bila saya tidak coba membesarkan mereka.
3. Setiap penampilan Jonatan dan Ginting menurun, anda tak lepas dari kritik. Bagaimana melihat hal itu?
Hahaha.. itu biasa. Saya kasih contoh, Pak Jokowi untuk ukuran saya bagus banget, tetapi yang kritik tetap ada. Hal itu yang selalu saya jadikan motivasi.
Pak Jokowi yang menurut saya kerjanya bagus saja masih dibully orang. Jadi hal itu jadi motivasi saya untuk terus berjuang. Terlepas ada kritikan, menurut saya hal itu sudah bagus. Jujur bagus untuk saya pribadi. Alhamdulillah walau dikritik, Tuhan kasih berkah buat saya.
4. Apa momen paling berkesan untuk anda?
Asian Games, Olimpiade, dan Piala Thomas. Saat Asian Games 2018, Jonatan dan Ginting bermain dengan status sebagai pemain tuan rumah. Mereka bisa berprestasi dan membuat sejarah.
Olimpiade 2020 jadi debut saya membawa pemain ke Olimpiade. Dengan persiapan yang bagus, saya merasa kami memang harus mendapatkan medali.
Tekanan di Olimpiade sangat luar biasa, Kento Momota saja kalah. Saya sangat berharap dan punya beban besar melihat pemain tunggal putra Indonesia bisa mendapat medali di Olimpiade.
Ginting memang tidak terlihat terbebani, namun saya merasa ada beban saat itu. Saya bertekad mengantar pemain untuk bisa meraih pencapaian tersebut yang harus kami kejar. Tidak gampang mendapat medali di Olimpiade karena banyak pemain kelas dunia yang tumbang.
Piala Thomas juga berkesan. Sejak 2016, 2018, dan 2020, Indonesia selalu jadi juara Asia. Saya berpikir,'Masa kita berhasil terus tetapi tidak pernah juara di Piala Thomas?'
Indonesia berhasil juara Piala Thomas dan hal itu tentu bukan ujug-ujug datang. Ada persiapan tim pelatih bersama pemain-pemain tunggal putra yang berkesinambungan dari tahun ke tahun.
5. Di Asian Games 2018 Jonatan dan Ginting tidak masuk daftar unggulan tetapi akhirnya meraih medali. Apa rahasianya?
Karena saat itu kami jadi tuan rumah, persiapan kami lebih bagus. Kami pelajari tiap tipe lawan, seberapa jauh dan seberapa dekat kekurangan dan kelebihan kami. Kami sadar bahwa dengan status sebagai tuan rumah, tentu banyak dorongan untuk jadi juara.
Tekanan jadi tuan rumah itu bisa berbalik kalau pemain tidak siap. Situasi malah bisa saja jadi kacau karena tekanan tuan rumah tersebut.
![]() |
Saat itu saya pasang target masuk final untuk Ginting dan Jonatan. Namun saya lihat perjalanan mereka bagus. Saya makin yakin setelah Ginting mengalahkan Momota dan Jonatan menaklukkan Shi Yuqi.
Saya lihat Jonatan dan Ginting punya keyakinan. Saya tanamkan pada mereka bahwa kesempatan ini harus dimanfaatkan dengan baik. Now or Never.
6. Setelah Asian Games 2018, banyak yang menilai penampilan Jonatan dan Ginting tidak langsung mulus untuk melesat ke papan atas. Bagaimana pandangan anda?
Dari pandangan saya, dalam kurun waktu tiga tahun, tentu bagus ada gelar juara Asian Games. Dengan perjuangan dan latihan bagus, saya rasa cukup.
Kalau ada pendapat lain tentang Ginting dan Jonatan yang masih dianggap kurang setelah Asian Games, itu tergantung persepsi masing-masing.
Namun bila melihat peringkat, kalau dulu 100, lalu 50, 40, sekarang bisa masuk 10 besar. Menurut ukuran saya, saya rasa cukup.
Baca lanjutan berita ini di halaman berikut >>>