Chafidz Yusuf tak lagi menjabat sebagai asisten pelatih ganda putri Pelatnas Cipayung. Berikut wawancara eksklusif CNNIndonesia.com dengan Chafidz.
PBSI memutuskan untuk tidak lagi menempatkan Chafidz sebagai asisten pelatih ganda putri. Hal itu kemudian memantik polemik di kalangan penggemar badminton Indonesia lantaran nomor ganda putri berprestasi di 2021.
Keberhasilan Indonesia meneruskan tradisi emas Olimpiade adalah berkat kemenangan Greysia Polii/Apriyani Rahayu di Tokyo tahun lalu. Sebelum bertugas di nomor ganda putri, Chafidz juga pernah bertanggung jawab menangani sektor pratama ganda putra.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Chafidz meninggalkan pelatnas Cipayung setelah bertugas selama satu dekade di sana. Bagaimana pandangan Chafidz soal perjalanan kariernya dan rencananya setelah ini, berikut wawancara CNNIndonesia.com dengan Chafidz Yusuf:
Apa tugas anda sebagai asisten pelatih di PBSI?
Saya berstatus sebagai asisten di ganda putri. Tugasnya membantu kepala pelatih, apapun, misalnya seperti program, masukan-masukan tentang kombinasi partner di pelatnas, lau juga mengamati.
Saya punya kewajiban memberikan masukan kepada kepala pelatih. Semua selalu terlibat dalam diskusi, baik saya, Eng Hian, maupun pemain. Ada koreksi terhadap hal yang bisa diperbaiki. Sebagai asisten, saya harus punya pandangan, masukan, dan juga catatan.
Status anda habis kontrak lalu tidak diperpanjang atau bagaimana?
Sebetulnya agak susah untuk cerita. Mungkin bisa diinformasikan bahwa kalau dalam 1-2 tahun terakhir saya belum pernah menandatangani surat kontrak. Belum ada surat tertulis. Kalau di kepengurusan sebelumnya ada tetapi tidak berarti saya membandingkan antara pengurus sebelumnya dengan pengurus yang sekarang.
Saya kemarin dipanggil, mungkin sebelum itu ada pertimbangan lain, atau mungkin ada masukan dan koreksi buat saya. Tetapi apapun, mereka sudah memutuskan seperti ini.
Sudah banyak yang tahu kalau saya kerja itu tidak pernah menyalahi aturan-aturan yang ada. Yang menurut saya baik, kan belum tentu baik buat mereka. Tetapi apapun itu, saya orang yang patuh mengikuti suatu keputusan.
Bagaimana suasana saat anda diberitahu bahwa anda tidak melatih lagi di Pelatnas Cipayung?
Kemarin saya dipanggil pengurus dan di situ saya diputuskan tidak diperpanjang. Saya menanyakan atas dasar apa saya tidak diperpanjang. Karena menurut saya, meskipun sifatnya saya hanya membantu kepala pelatih, tetapi hasilnya ada.
Istilahnya tidak diperpanjang karena tidak ada kontrak loh ya.
Sebetulnya ada satu jawaban, satu pertimbangan, namun hal itu tidak akan saya sampaikan di sini karena takutnya malah jadi polemik. Tetapi menurut saya ada sesuatu yang kurang tepat buat saya.
Tidak berhubungan dengan indisipliner karena saya tidak punya kasus. Namun apapun itu, pelatnas sudah memberikan kesempatan pada saya. Mungkin pengurus ada pandangan lain dan saya menghormatinya.
Bagaimana hubungan anda dengan Eng Hian?
Baik, baik. Komunikasi selama ini juga baik dan dia juga cukup terbuka. Dia juga cukup mengerti dan memahami masukan-masukan yang saya berikan. Saya dan Eng Hian tahu betul menjalankan satu proses untuk menjadikan atlet itu seperti apa. Hubungan saya dengan Eng Hian baik.
Setelah mendapat keputusan itu, saya menginformasikan pada Eng Hian, bahwa keputusannya seperti ini [tidak diperpanjang]. Eng Hian juga kaget saat saya laporkan bahwa keadaannya dan keputusannya seperti itu.
Siapa pemain pertama yang diberitahu oleh anda terkait keputusan tersebut?
Greysia [Polii], Ribka [Sugiarto], sama [Siti] Fadia. Bukan bermaksud membedakan pemain lain, tetapi saya dengan Greysia, Ribka, dan Fadia ini sudah seperti ayah kepada anak.
![]() |
Saya katakan, semua keputusan harus kita hormati dan kalian harus tetap bisa meski tidak ada saya di sana [pelatnas Cipayung].
Bagaimana karier anda di dunia badminton?
Saya angkatan Icuk Sugiarto. Satu angkatan. Cuma bila Icuk sering juara, saya kalahan terus. Saya jadi pemain pelatnas kira-kira 5-6 tahun. Setelah itu saya mulai jadi pelatih di PB Djarum.
Saat itu PB Djarum baru membentuk pelatas khusus ganda dan dipercayakan ke Bapak Christian Hadinata. Pak Christian lalu menunjuk saya untuk membantu.
Saya senang untuk membantu, dalam pikiran saya mungkin bisa ikut mendorong prestasi.
Anda pernah menangani sejumlah pemain yang memutuskan tampil independen sekitar 2009-2010. Bagaimana kisahnya saat itu?
Saat itu statusnya profesional. Saya menangani Hendra AG, Vita Marissa, lalu juga ada Flandy Limpele. Para mantan pemain pelatnas. Mereka waktu itu menghubungi saya dan Alhamdulilah prestasinya terlihat.
Saat itu kesannya menyenangkan karena program kami bahas bersama-sama, lalu juga mengatur turnamen sendiri. Peringkat para pemain saat itu juga bagus.
Kemudian pada 2012 saya mendapatkan panggilan untuk melatih di Pelatnas Cipayung. Saya dipercaya memegang kelompok pratama alias pemain-pemain yang masih junior.
Salah satu pemain yang anda pegang adalah Kevin Sanjaya Sukamuljo yang saat itu baru masuk pelatnas. Bagaimana penilaian anda terhadap Kevin?
Sejak pertama melihat dari Djarum hingga Pelatnas Cipaung, saya melihat Kevin memiliki kemampuan di atas rata-rata. Cuma saa itu kendalanya adalah postur tubuhnya masih kecil.
Sempat ada pandangan bahwa Kevin tidak akan bisa namun saya punya keyakinan. Saya kasih kepercayaan sama Kevin. Saya kasih semangat padanya, bahwa dia itu punya kemampuan di atas rata-rata dan tinggal diasah lagi.
Saya lihat Kevin itu baik teknis maupun non teknis memang di atas rata-rata. Soal non teknis, mental Kevin itu tidak pernah takut, dan dia pintar soal cara main di lapangan.
Lalu bagaimana proses Marcus Fernaldi Gideon kembali masuk pelatnas?
Saat itu saya kaget karena Marcus datang ke pelatnas, dia datang ke saya dan bilang ingin berprestasi kembali. Dia datang ke saya meminta pandangan, intinya dia ingin berprestasi lagi.
Saat itu saya melihat kesungguhannya, kemauannya. Sebelumnya saya memang sudah melihat bahwa Gideon ini kemauan dan usahanya bagus.
Setelah berbicara dengan Gideon, saya sampaikan hal itu kepada Pak Rexy [Mainaky] yang saat itu jadi Kabid Binpres. Saya sampaikan argumentasi bahwa Gideon punya kesungguhan dan kemauan. Melalui rapat akhirnya Gideon bisa diterima lagi di pelatnas.
Apakah anda menjadi jembatan sehingga hubungan Marcus dengan Herry IP kembali membaik?
Saat itu Herry IP sedang fokus menangani ganda-ganda yang dipersiapkan untuk Olimpiade 2016, saya konsentrasi ke pembinaan. Lama-lama hubungan itu [Marcus dan Herry IP] kembali baik.
Saya sampaikan juga bahwa permasalahan yang pernah ada sudah lewat dan harus menatap ke depan. Kita semua di pelatnas itu satu, tidak ada sekat.
![]() |
Lalu bagaimana dengan duet Fajar/Rian?
Rian itu masuk duluan sedangkan saya saat itu melihat Fajar masih di luar pelatnas. Saat itu prestasi Fajar sebenarnya lebih bagus di ganda campuran dibanding di ganda putra.
Saya punya rencana bahwa Fajar ini bakal bagus bila dipasangkan dengan Rian. Saya punya keyakinan duet ini bakal bagus.
Baca lanjutan berita ini di halaman berikut >>>