Orde Baru
Begitu Orde Lama tumbang digantikan Orde Baru, yang ditandai naiknya Soeharto pada 1967, diskriminasi terhadap keturunan Tionghoa muncul. Para peranakan Tionghoa banyak dicap sebagai komunis.
Cap ini tak lepas dari fakta bahwa aliran komunisme tumbuh besar di China. Orde baru lantas memerintahkan para peranakan ini untuk menasionalisasi nama dengan yang khas Indonesia.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Peristiwa ini membuat banyak olahragawan peranakan tak betah dan memutuskan pergi. Sebagian lainnya menjadi sangat tertutup dalam sosialisasi kehidupan karena dipandang sebelah mata.
Karenanya pada fase ini olahragawan yang muncul ke permukaan dari cabang individu. Bulutangkis menjadi salah satu medan tempur para keturunan Tionghoa ini untuk membuktikan nasionalisme.
Nama-nama seperti Christian Hadinata, Alan Budikusuma Susy Susanti, dan Ivana Lie adalah beberapa di antaranya. Meski begitu itu mereka ini tetap saja tak mendapat hak yang layak dan sepantasnya.
Untuk sepak bola nama-nama peranakan Tionghoa yang muncul semakin berkurang. Klub-klub sepak bola Tionghoa pun mulai tenggelam. Hanya beberapa yang bertahan, seperti Union Makes Strength.
Pada saat yang sama dari cabang bola basket muncul sosok yang kini melegenda, Liem Tjien Sion alias Sonny Hendrawan. Pemain terbaik Asia 1967 ini banyak dapat perlakuan tak patut.
Pasca-Reformasi
Begitu orde baru tumbang, yang jadi salah satu sejarah kelam bagi peranakan Tionghoa, era kebebasan mulai didapat. Perlahan tapi pasti para keturunan ini kembali menghiasi wajah olahraga Indonesia.
Dari sepak bola muncul pemain seperti Kim Jeffrey Kurniawan, Sutanto Tan, dan Juan Revi. Mereka ini sempat menjadi pilihan di Timnas Indonesia, walau akhirnya tersisih karena kalah kualitas.
Pada awal abad ke-21 ini muncul pula Chris John yang akhirnya menandai tonggak baru tinju Indonesia. Atlet berdarah Tionghoa dari ibu ini menjadi juara dunia kelas bulu selama satu dekade (2003-2013).
Pada fase yang sama muncul atlet kelas dunia dari nomor wushu, Lindswell Kwok. Mendalami seni beladiri dari China tersebut, ia lima kali menjadi juara dunia di nomor Taijiquan maupun Taijijian.
Cabang olahraga lainnya, seperti tak mau ketinggalan. Lamting dan Joe Taslim mewarnai prestasi Indonesia di nomor taekwondo dan judo. Mereka lantas sering aktif mengisi layar kaca lewat film laga.
Renang sebagai cabang olahraga individu bergengsi tak luput jadi sasaran. Salah satu nama yang berprestasi adalah Felicia Tjandra. Olahraga berpikir catur juga tak henti menelurkan bakat.
Sentimen rasial telah mengiringi remuk redam para atlet keturunan Tionghoa. Diskriminasi berdasarkan garis keturunan tak sepantasnya muncul, karena olahraga bukan soal warna.
(abs/har)