TESTIMONI

Triyatno dan Keajaiban di Olimpiade 2008

Triyatno | CNN Indonesia
Rabu, 02 Feb 2022 19:00 WIB
Lifter Indonesia Triyatno bercerita tentang pengalaman karier di angkat besi, termasuk saat meraih medali perunggu dan perak Olimpiade.
Triyatno memiliki pengalaman berbeda saat tampil dalam dua Olimpiade. (AFP PHOTO / GOH Chai Hin)
Jakarta, CNN Indonesia --

Tampil dalam dua Olimpiade, di Olimpiade 2008 Beijing dan 2012 di London, pasti berkesan bagi saya.

Olimpiade itu kan benar-benar yang dinanti semua atlet. Olimpiade itu ajang yang paling puncak untuk pesta olahraga.

Saya ini ikut defile waktu di Olimpiade Beijing, bersama kontingen Indonesia. Perasaan saya waktu itu, wah sekali, karena memang ramai banget ini kejuaraan, pembukaannya luar biasa, spektakuler.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Pokoknya perasaan ini campur aduk bisa mewakili Indonesia di Olimpiade.

Dulu di Olimpiade 2008, cabang angkat besi tidak terlalu ditarget emas, tapi untuk Eko Yuli ditarget emas. Kalau untuk saya tidak. Pelatih waktu itu, Pak Lukman, tidak menargetkan apa-apa dalam setiap pertandingan.

Dia cuma bilang angkatan dalam latihan itu harus bisa tercapai di setiap pertandingan, jadi atlet tidak terlalu terbebani.

Lagipula waktu 2008 itu saya memang mendapatkan keuntungan besar, beruntung sekali, karena kawan-lawan saya pada gagal melakukan angkatan, sehingga DNF (did not finish) atau dianggap tidak selesai.

Triyatno sedang lakukan angkatan clean and jerk di Hall A JIExpo Kemayoran (22/8)Asian Games 2018 jadi salah satu pengalaman buruk Triyatno tampil di ajang besar. (CNN Indonesia/M. Arby Rahmat Putratama H)

Kalau di angkat besi itu kan dalam tiga angkatan gagal, maka dianggap DNF, sehingga saya naik ke peringkat ketiga dan dapat medali perunggu (kelas -62kg).

Saya merasa beruntung sekali, karena pertama, saya tidak diunggulkan, dan kedua lawan-lawan saya gagal melakukan angkatan.

Karena sejak awal saya tidak ditarget medali, saya benar-benar tanpa beban di sana, dan setiap selesai pertandingan saya dengan pelatih selalu menonton lawan-lawan bertanding sampai selesai.

Lawan-lawan saya itu mendapatkan kesempatan mengangkat pada sesi terakhir. Setelah saya itu masih banyak yang belum kebagian angkatan, total ada sekitar enam lifter lagi yang harus melakukan angkatan.

Setelah bertanding saya hanya tinggal menunggu mereka selesai. Saya tinggal menunggu keajaiban saja. Mereka akhirnya selesai, dan saya mendapatkan medali perunggu Olimpiade 2008.

Banner Testimoni

Nasib di Olimpiade 2008 berbeda dengan Olimpiade 2012. Kalau Olimpiade 2012 saya harus berjuang keras, ketara banget perjuangan di 2012.

Dalam angkatan snatch saya ada di peringkat kesembilan. Saat itu Pak Lukman bilang ke saya, "ya sudah kamu enggak usah pikirkan snatch, kita masih ada angkatan clean and jerk".

Ya sudah saya kembali fokus untuk clean and jerk dan mengatur strategi sedemikian rupa dengan Pak Lukman. Sampai akhirnya saya jadi orang kedua terakhir yang melakukan angkatan penentuan untuk emas dan perak.

Lifter China (Lin Qingfeng) yang jadi pesaing saya itu gagal di angkatan terakhir, dia nembak 198 kg, saya berhasil di 188kg. Tetapi karena dia sudah unggul jauh di snatch, jadi tetap dapat emas, saya dapat perak (kelas -69kg).

Medali perak Olimpiade 2012 itu jadi yang paling berkesan bagi saya. Karena tidak ada keberuntungan, kekuatan lawan juga sudah kita petakan, ditambah lagi hanya angkat besi yang dapat meraih medali di 2012.

Apalagi waktu persiapan dan bertanding saya dalam kondisi cedera juga. Cedera meniscus di lutut.

Saya dapat cedera itu saat latihan rutin dalam persiapan ke Olimpiade 2012. Saat pertandingan masih terasa sakit. Tapi karena Olimpiade, sakit itu jadi tidak dirasa.

Dalam persiapan saya masih tahan-tahan itu cedera. Sebelumnya tidak ada riwayat cedera. Sampai sekarang yang namanya cedera itu momok bagi atlet, mengganggu sekali. Sebisa mungkin jangan cedera.

Sayangnya prestasi pada Olimpiade 2008 dan 2012 tidak terulang di Asian Games 2018 di rumah sendiri. Sebenarnya angkatan saya sudah bagus, seperti di London, hanya tinggal diterapkan di pertandingan. Eh, terjadi hal-hal yang tidak diinginkan, ya kesalahan komunikasi itu.

Angkatan pertama saya di 175kg, seharusnya dinaikkan 5kg, karena lawan-lawan juga sudah dinaikkan. Setelah angkatan pertama itu saya tidak bisa mengejar yang lain.

Saya akhirnya di peringkat empat, hanya selisih 1kg dari peraih perunggu, beda 2kg dengan peraih perak.

Kalau dibilang kepikiran karena kegagalan itu, ya pasti kepikiran. Apalagi saya dapat perunggu waktu Asian Games 2010. Tapi ya sudahlah, move on saja, masih ada kejuaraan-kejuaraan lain.

Buat saya pribadi, kalau pengalaman pahit seperti itu saya buang jauh-jauh. Karena kan kejuaraan tidak itu saja. Jadi untuk diri sendiri lupakan saja, masih ada kejuaraan lain yang lebih penting juga.

Baca kelanjutan berita ini di halaman berikutnya>>>

Doktrin Manis di Sasana Metro

BACA HALAMAN BERIKUTNYA

HALAMAN:
1 2
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER