Saya bisa jadi atlet angkat besi itu karena doktrin dari pelatih. Ditunjukkan foto-foto peraih medali Olimpiade 2000 dan dibilang bisa dapat segala fasilitas kalau juara.
Awal kenal angkat besi, saya diajak teman untuk melihat latihan di sasana angkat besi di Metro Lampung pada 2000, karena masih kecil belum tahu apa-apa jadinya ikut-ikutan saja.
Sebelum ke angkat besi kegiatan masa kecil saya sama seperti anak-anak lain di kampung. Main sama teman-teman, main di sawah.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Setelah melihat-lihat, sama pelatih yang di sasana itu disuruh masuk ke dalam diajakin latihan.
"Sini-sini masuk, mau dikasih uang enggak tiap minggu? Kalau mau, sini latihan."
Awalnya seperti itu sehingga bisa direkrut. Jadi setiap minggu itu dikasih uang Rp5.000. Bayaran itu untuk yang baru-baru latihan saja, kalau yang sudah senior ya dapat gaji per bulan.
Waktu pertama latihan belum kepikiran ingin jadi atlet. Mulai kepikirannya itu waktu sudah latihan seminggu-dua minggu.
![]() |
Jadi saat itu dibilangin sama Mas Yon Haryono (pelatih). Kita dikasih lihat gambar-gambar juara Olimpiade 2000: Winarni, Lisa Rumbewas, dan yang lainnya.
Kita semua didoktrin, "Kamu mau seperti ini gak? Juara Olimpiade. Dapat juara, kamu dibiayain semuanya, kamu menginap di hotel".
Nah dari situ pikiran saya langsung, "wah enak juga ya semua-semuanya dibayarin, trus menginap di hotel". Ya termotivasi menjadi atlet. Lalu selang berapa bulan masuk ke mess.
Sebenarnya ketika awal latihan itu orang tua saya tidak tahu kalau saya latihan angkat besi. Orang tua saya tahunya, saya pergi main saja.
Ketahuannya saya latihan angkat besi waktu pulang ke rumah, orang tua lihat celana SD saya sobek. Jadi waktu awal-awal latihan itu saya baru lulus SD.
Latihan pakai celana SD, karena kan latihan belum pakai celana ketat, jadi sobek sampai kaya rok.
"Kamu ini kenapa kok bisa sampai sobek?", kata orang tua saya bertanya. Ya akhirnya bilang kalau latihan angkat besi. Setelah tahu, orang tua mendukung. Pas latihan pagi saya dibangunin subuh, disuruh solat subuh dahulu sebelum latihan.
Setelah latihan sekitar tiga bulan, saya ikut kejuaraan invitasi nasional di Indramayu, tahun 2000 juga.
Tetapi latihan di Metro Lampung itu tidak lama. Di sana seperti ada sengketa, sehingga enggak boleh latihan lagi. Karena kan latihan di sana (Lampung), tapi atas nama Kalimantan Selatan.
Latihan di Lampung tidak sampai setahun, cuma enam bulan doang. Akhirnya kita dipindah ke Parung Panjang dan sekolah dipindah ke sana semua.
Untuk dapat izin dari orang tua karena harus merantau tidak susah. Orang tua menyetujui saja, asal semua itu baik untuk anak, ya mereka setuju saja.
Apalagi anak cowok kan. Orang tua juga mengantar saya sampai ke tempat latihan di Parung Panjang. Dari tahun 2001 awal saya udah merantau.
Pulang ke Lampung hanya setahun sekali, pas Lebaran saja. Kalau libur panjang tidak pulang, hanya Lebaran saja pulangnya, naik travel.
Di Parung Panjang itu dilatih oleh Jony Firdaus, karena pelatih yang awal tidak bisa meninggalkan keluarganya di Metro Lampung.
Setelah enam bulan latihan, saya dibawa ke kejuaraan nasional dan dapat perunggu, dari situ saya makin mantap mau jadi atlet.
Sejak 2000 awal latihan itu saya mulai berprestasi dapat medali emas di kejuaraan nasional tahun 2004. Empat tahun itu termasuk cepat untuk pengalaman dari awal latihan sampai mendapat juara di nasional.
Lihat Juga : |
Selanjutnya saya terus berprestasi di kejuaraan nasional. Tahun 2004, 2005, 2006 selalu dapat emas di kejuaraan nasional.
Nah pada 2006 itu ada seleksi nasional. Setelah mengalahkan juara nasional akhirnya ditarik ke pelatnas, persiapan Asian Games 2006 di Doha, Qatar. Semenjak itu terus di pelatnas.
Dalam karier selama ini, yang saya sayangkan setelah operasi, prestasi saya terus menurun. Sempat ingin naik lagi pada 2018, tapi ada kejadian seperti itu. Jadi trauma lagi.
Pada SEA Games 2019, persiapan sudah bagus-bagus ternyata orang lain yang diberangkatkan.
Untuk pemulihan mental seperti itu, saya hanya memikirkan keluarga. Saya harus bangkit untuk keluarga, karena ingat dengan istri dan anak-anak.
Karena anak dan istri sudah sering saya tinggal. Pulang ke rumah cuma seminggu sekali. Masa sih enggak ada titel juara lagi yang bisa saya dapat? Itu saja sih yang masih benar-benar saya kejar sampai sekarang.