Jakarta, CNN Indonesia --
Benar kata pepatah, hidup bagaikan roda yang berputar. Kadang di bawah, kadang pula di atas. Demikianlah yang terjadi pada Kenny 'Xepher' Deo, atlet Esports asal Indonesia yang kini direkrut tim Dota asal Korea Selatan, T1.
Sebelum sukses menjadi atlet Esports, Kenny memiliki masa lalu yang penuh perjuangan. Kenny tumbuh bukan dari keluarga yang berada. Tetapi, ketertarikannya pada game komputer membawanya pada kesuksesan.
"Waktu aku kecil aku bukanlah dari keluarga yang berada , tapi aku sangat tertarik dengan game komputer. Aku menyimpan uangku untuk bermain warnet 2-5 jam. Main dua jam pada saat SMP dan lima jam pada saat SMA."
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Walaupun dengan keterbatasan uang, untungnya aku masih menghabiskan waktu untuk menonton orang karena memang aku sangat tertarik dengan game seperti anak-anak warnet lainnya," ucap Kenny kepada CNNIndonesia.com.
Sejak kecil Kenny mengaku telah memiliki jiwa sebagai seorang 'petarung'. Ia selalu ingin menjadi yang terbaik dari gamers-gamers lainnya.
Pria yang lahir di Jakarta, 27 Juni 1996 itu mengaku kerap menjelajah ke berbagai warnet untuk menjajal skill dan membuktikan dirinya yang terbaik.
"Dari kecil jiwa aku memang ingin menjadi yang terjago atau terbaik di lingkunganku. Aku mungkin sudah 4-5 kali berpindah lingkungan [warnet], dan hokinya setiap aku pindah lingkungan selalu ada yang lebih jago dari diriku.
"Pada saat di lingkungan terakhir aku merasakan posisi aku sudah termasuk terbaik, akhirnya teman-temanku mengajak aku ikut turnamen Dota 1 untuk iseng-iseng," ucap Kenny.
Namun, perjalanan Kenny di awal karier profesionalnya tak berjalan mulus seperti yang ia kira. Tujuh kali ikut turnamen, tujuh kali pula ia gagal total.
"Saat itu sayangnya hidup enggak berjalan semulus seperti yang aku kira. Tujuh kali ikut turnamen, 7 kali tidak masuk top 3 sama sekali. Padahal untuk prizepool cuma top 3 saja yang dapat," ucap Kenny.
Ujian Kenny semakin bertambah saat orangtuanya tak mendukung karier anaknya di dunia Esports.
"Nah, di saat itu orangtua ku mulai mempertanyakan. 'Ngapain sih ikut-ikutan gituan? Buang-buang duit saja'," ujar Kenny.
Baca lanjutan berita ini di halaman berikut >>>
Dulu, untuk ikut sebuah turnamen Dota, para peserta harus menyiapkan modal sendiri untuk biaya pendaftaran. Tetapi, Kenny menegaskan dirinya tidak pernah meminta kepada orangtuanya.
"Oh iya, dulu zamannya Dota 1 turnamen masih bayar uang registrasi, bayar billing, bayar makan, sama transportasi. Kurang lebih setiap turnamen aku spend uang for nothing, untuk bayar biaya turnamen itu juga aku menggunakan uang chinese new year (angpao) yang aku simpan setiap tahunnya, atau dikasih jajan sama paman," ujar Kenny.
Seiring berjalannya waktu, skill bermain Kenny pun semakin terasah usai mengikuti sejumlah turnamen hingga akhirnya merasakan gelar juara pada kompetisi Dota kedelapan yang diikutinya.
"Setelah itu Dota 2 keluar dan akhirnya pada turnamen ke delapan aku merasakan juara yaitu juara ketiga. Sayangnya, juara 3 pun hanya kurang lebih untuk balikin modal turnamen yang kita sudah keluarkan," kata Kenny.
Setelah berhasil juara, nama Kenny pun semakin dikenal hingga akhirnya dia mendapat tawaran kontrak dari tim Zero Latitude (ZL) pada 2014.
"Setelah itu tidak lama kemudian akhirnya ada satu tim yang mau nawarin kita untuk nge-tim dan akhirnya untuk pertama kali bisa merasakan main dengan dibiayain oleh tim itu yang bernama ZL. Pas pertama kali aku punya tim, akhirnya orangtua setuju kalau aku mau serius dalam bidang ini," kata Kenny.
 Kenny pernah direkrut oleh tim Esports ternama di Indonesia. (Dok. Kenny Deo) |
Berbekal skil yang tidak bisa dipandang sebelah mata, Kenny kemudian pernah direkrut oleh tim Esports ternama di Indonesia seperti RRQ, NXL, Kanaya, dan ThePrime Arvire.
Setelah itu, Kenny pun mencoba peruntungannya berkarier di luar negeri dengan memperkuat tim Esports Malaysia TNC Tigers pada 2018 dan kemudian pindah ke tim Geek Fam Malaysia di 2019.
Kini, karier Kenny pun kian menanjak dengan direkrut tim Esports asal Korea Selatan, T1. Prestasi Kenny saat memperkuat tim luar negeri juga cukup membanggakan.
Saat bersama TNC Tigers, Kenny berhasil membawa timnya menjadi juara SEACA 2018, juara Dream League Season 10, dan peringkat 13-16 di Kuala Lumpur Major.
Kemudian saat bergabung dengan tim Geek Fam, Kenny sukses tampil di turnamen bergengsi Dota Summit 11 dan WePlay! Bukovel Minor 2020.
Sedangkan, saat memperkuat tim T1 Esports, Kenny mendapat kesempatan tampil dalam kejuaraan DOTA 2 paling bergengsi di dunia, The International 10 (TI10).
Kini, Kenny pun tercatat sebagai salah satu atlet Esports dengan penghasilan tertinggi di Indonesia.
"Ini hanya dari hadiah turnamen," kata Kenny seraya tertawa. "Aku yakin atlet yang lain pasti menghasilkan lebih tinggi terutama game yang sedang booming di Indonesia."
[Gambas:Video CNN]