WAWANCARA EKSKLUSIF

Gregoria Mariska: Saya Tak Mau Lagi Tertekan

Putra Permata Tegar Idaman | CNN Indonesia
Jumat, 04 Mar 2022 18:58 WIB
Berikut wawancara eksklusif CNNIndonesia.com dengan Gregoria Mariska, kapten Indonesia saat juara BATC 2022.
Indonesia untuk pertama kali sukses merebut gelar BATC. (Arsip PBSI)

Kamu berusia 22 tahun namun sudah terbilang senior di pelatnas Cipayung. Sejauh mana beban yang ada?

Saya masuk pelatnas pertengahan 2014 dan berarti sudah delapan tahun. Memang jadinya sudah termasuk senior di pelatnas.

Kalau beban mungkin ada. Saat ini, selain ingin membuktikan bahwa saya masih mampu, saya juga ingin membagi pengalaman pada para pemain junior.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Saya ingin pemain-pemain junior di tunggal putri siap ke kelas selanjutnya.

Dalam 3-4 tahun terakhir, saya jadi pemain dengan peringkat tertinggi di Indonesia. Tetapi secara prestasi, belum ada yang spesifik. Sebenarnya beban itu keluar dari diri sendiri yang ingin tampil bagus. Semoga setelah ini saya bisa lebih melepas beban tersebut.

Bagaimana rasanya jadi tumpuan utama tunggal putri di usia masih belasan?

Sebenarnya di awal-awal 2018, saya merasa penampilan saya lumayan meski belum cukup. Saat itu bisa memberi perlawanan ke pemain yang ada di atas saya.

Namun selama 2019 kelihatan menurun karena beberapa kali kalah di babak pertama. Mungkin itu proses, saat di 2018 dan 2017, mungkin saya belum tahu apa itu beban dan tekanan.

Dengan keseringan saya kalah di 2019 itu buat diri saya menjadi down dan berpikir penyebab saya selalu stuck di situ-situ saja.

Kemudian pandemi 2020 tidak ada turnamen dan setelah itu di awal 2021 hasilnya masih sama.

Apakah hasil-hasil itu membuat kamu jadi susah fokus?

Bukan susah fokus tapi ada dampak ke mental karena dalam mengikuti turnamen butuh mental yang kuat.

Seharusnya saya bisa lebih percaya diri dan lepas dari tekanan. Dari dalam diri saya juga seperti ada semacam perang untuk berusaha.

Gregoria Mariska (Arsip PBSI)Gregoria Mariska bisa memenangkan seluruh pertandingan yang ia mainkan di BATC 2022. (Arsip PBSI)

Zaman media sosial tentu membuat penampilan kamu tidak lepas dari komentar di medsos. Apakah kamu terusik dengan hal itu?

Dulu awal-awal mungkin pernah merasa terusik. Sejak junior, saya terbiasa dengan omongan miring. Mungkin karena waktu di junior juga banyak yang bila saya nomor satu, jadi mungkin orang-orang ekspektasinya tinggi [setelah jadi juara dunia junior 2017].

Lalu saya jadi belajar bahwa setiap orang berhak berkomentar. Karena para pemain yang sudah bagus saja masih dapat kritik.

Untuk sekarang, saya bisa lebih memfilter apa yang masuk dan saya dengar.

Saya tidak menutup telinga untuk kritik. Namun tentu ada juga komentar yang membuat saya sakit hati.

Komentar macam apa yang membuat sakit hati?

Banyak sih, kayak 'Mati aja lu' gitu kan kacau banget.

Justru kalau komentar penampilan di lapangan, saya malah penasaran. Saya mau tahu komentar karena saya juga butuh evaluasi dari yang nonton.

Tetapi kalau sudah di luar topik itu, kayak..'Apaan sih?'

Tetapi tentunya tidak semua komentar di medsos kamu nadanya negatif kan?

Iya, banyak juga komentar yang mendukung. Misal saya baca tiga komentar jelek, tetapi pasti ada juga yang berkomentar bagus. Yang komentar itu mungkin juga kecewa dengan hasil saya tetapi bisa lebih menjaga perkataan.

Apa target kamu di tahun ini terutama dari segi peringkat dunia?

Saya pernah di posisi 13 dunia. Untuk target peringkat, saya ingin kembali merangkak lagi untuk bisa di 20 besar.

Saya ingin membuktikan ke diri saya sendiri. Karena kalau saya masih tertekan, tentu waktu untuk saya keburu habis sebagai pemain.

Bagaimana persiapan untuk All England?

Saya ingin lebih fokus dari sekarang dari segi teknik sampai mental agar lebih percaya diri.

Kamu sering dibandingkan dengan pemain junior lain seperti An Se Young. Bagaimana menurut kamu?

Hal itu tidak terlalu mengganggu bagi saya karena saya sendiri juga ingin seperti mereka.

Bagaimana kamu bisa masuk pelatnas di usia 15?

Saya juara kejuaraan nasional 2013 lalu 2014 masuk pelatnas. Saat itu saya kaget karena bisa main di kejurnas pun terbilang hoki saat mewakili Jawa Barat.

Saat itu di atas saya masih banyak yang bagus. Tapi saya bisa juara Kejurda lalu jadi wakil di Kejurnas.

Saat itu saya masih sering ikut sirkuit nasional di kelompok pemula dan beberapa kali turun di kelompok remaja. Tetapi belum pernah ikut sirnas di kelompok taruna.

Namun saya bisa jadi juara kelompok taruna di Kejurda lalu ikut Kejurnas dan bisa jadi juara juga sehingga dipanggil ke pelatnas.

Atlet PB Mutiara Gregoria Mariska TunjungGregoria Mariska jadi juara dunia junior 2017 dan diharapkan bisa jadi tumpuan Indonesia di nomor tunggal putri. (CNN Indonesia/Arby Rahmat Putratama)

Kamu lahir di Wonogiri namun ikut PB Mutiara di Bandung. Bagaimana prosesnya?

Saat kelas 5 SD, saya pergi ke Bandung karena diterima di Mutiara. Saya masuk Mutiara setelah ikut turnamen di Yogyakarta.

Setelah itu ada yang menawari ikut audisi di Mutiara. Awalnya saya sempat tidak mau jauh dari orang tua karena masih kecil. Karena orang tua yang masih siapkan baju saya untuk latihan.

Akhirnya saya mau setelah orang tua janji mau sering menjenguk saya.

Kalau dilihat sekarang, saya bangga sama perjuangan orang tua. Karena tentu tidak mudah melepas anaknya dari kecil di kota yang asing.

Saya juga bangga sama diri sendiri karena bisa menjaga diri. Saya bersyukur bisa melewati itu semua sampai sekarang.



(jal)

HALAMAN:
1 2
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER