Jendi Pangabean yang pernah mewakili Indonesia di ajang Paralimpiade Tokyo 2020 mengungkapkan salah satu hal terberat sebagai atlet selama Ramadan adalah menahan rindu pada keluarga.
Sudah tak terhitung kehilangan momen kebersamaan dengan keluarga lantaran harus berkompetisi di luar negeri. Kendati demikian menurutnya hal tersebut merupakan bentuk dari profesionalitas sebagai atlet.
Lihat Juga : |
"Sudah berkali-kali saya di luar negeri tapi lagi [bulan] puasa. Pasti kangen sama suasananya, apalagi pas baru masuk [bulan] puasa seperti ini. Karena [menjalani] awal Ramadan tapi lagi di luar negeri itu sangat berat. Tahu sendiri kalau di Indonesia kan menyambut Ramadan dengan suka cita," kata dia.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Selain harus melepas momen awal Ramadan, atlet pelatnas para di Solo itu juga terpaksa merelakan hangatnya suasana Idulfitri bersama keluarga. Ia sampai tidak ingat sudah berapa kali tidak merayakan lebaran di hari raya Idulfitri dengan sanak saudara.
![]() |
"Bahkan tidak cuma puasa, pernah pas lebaran juga lagi di luar negeri. Karena seringnya pas lebaran saya lagi di pelatnas. Kami kan beda dengan pegawai, ada cuti atau libur-libur lain," katanya.
"Kalau kangen keluarga pas lebaran, paling cuma video call saja," ujar dia.
Karena itu, atlet berusia 30 tahun tersebut menegaskan sebisa mungkin menyempatkan pulang ke kampung halaman di Muara Enim setelah Idulfitri untuk bersilaturahmi. Ia tidak memiliki jadwal khusus untuk mengunjungi orang tua karena harus menyesuaikan dengan jadwal latihan dan kompetisi.
Jika tak sempat bertolak ke kediaman orang tua, ia mengajak keluarga besar ke rumahnya di Solo, Jawa Tengah. Dengan cara itu Jendi bisa 'mengakali' momen Idulfitri tanpa mengganggu profesionalitas sebagai atlet.
"Mungkin lebaran tahun ini kumpul di Solo. Kebetulan saya ada rumah di Solo dekat sama tempat pelatnas juga," katanya.